Liputan6.com, Pontianak - Rapat koordinasi pengendalian kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan telah digelar di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), pada Jumat 19 September 2014. Rapat dipimpin Sekda Provinsi Sumatera Selatan yang dihadiri Kepala BNPB, K/L, TNI, Polri, Pemda dan pejabat terkait lainnya. Siaga darurat pun ditetapkan terhadap bencana asap di Sumsel.
"Siaga darurat bencana asap telah ditetapkan oleh Gubernur Sumatera Selatan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Jumat (19/9/2014).
Baca Juga
Menurut Sutopo, diperkirakan kemarau di Sumsel hingga awal Oktober 2014. Pola puncak hotspot sesuai historisnya di Sumsel berlangsung hingga akhir September, sehingga dikhawatirkan bencana asap meluas jika tidak diantisipasi sungguh-sungguh.
Advertisement
"Apalagi akan diselenggarakan MTQ internasional yang diikuti 50 negara di Palembang pada 23-27 September 2014 dapat terganggu oleh asap," kata Sutopo.
Sutopo mengatakan, Pemda Sumsel telah meminta bantuan kepada BNPB untuk menambah kekuatan helikopter pemboman air dan operasi hujan buatan. Saat ini sudah ada 1 heli Bolco dan 1 helikopter MI-8 sejak Juli lalu.
"Kepala BNPB Syamsul Maarif telah memutuskan bahwa hujan buatan akan dimulai Senin 22 September 2014 menggunakan pesawat Hercules TNI AU. BPPT akan beroperasi hujan buatan hingga Oktober nanti sesuai kebutuhan. Operasi udara dengan pemboman air juga akan diperkuat dengan mendatangkan 2 helikopter Kamov dari Johor Baru yang akan tiba di Palembang 29 September," kata dia.
Sutopo menjelaskan, 2 pesawat Amphibi Air Tractor dari Australia diperkirakan akan tiba di Palembang 30 September 2014. 1 Helikopter Kamov dari Riau akan dipindahkan ke Palembang jika diperlukan dan Ground Mist Generator juga ditambah 6 unit di Palembang.
"Pemda Sumsel tetap sebagai pemegang komando. TNI dan Polri diminta agar meningkatkan patroli dan penegakkan hukum," tegas Sutopo.
Sutopo menambahkan, saat ini ada 2 perusahaan yang sedang diproses hukum. Pencegahan lebih efektif daripada pemadaman. Jika sudah terbakar sulit dipadamkan karena lahan gambut.
"BNPB telah memberikan bantuan Rp 12,2 miliar kepada BPBD Sumsel untuk penanganan karlahut, dan menyiapkan Rp 16 miliar tambahan sesuai kebutuhan yang ada," tandas Sutopo.
Operasi Hujan Buatan
Operasi pemadaman titik api kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan telah mengurangi jumlah hotspot dibandingkan sebelumnya. Untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan hujan buatan atau modifikasi cuaca menggunakan 1 pesawat Hercules TNI AU di Kalimantan Tengah sejak Kamis 18 September lalu.
"Berdasarkan pantauan satelit NOAA-18 pada 18 September 2014 pukul 19.00 WIB, sebaran hotspot terdapat di Sultra 43, Sulteng 19, Kaltim 17, Kalteng 15, Sulsel 11, Sumsel 8, Sulut 7, Kalbar 7, Gorontalo 6, Kaltara 5, Sumut 3, Jambi 2, Lampung 2, Kalsel 2, dan Riau 1," ujar Sutopo.
Sementara berdasarkan pantauan dengan satelit Modis yang memiliki resolusi lebih detil pada Jumat 19 September 2014 sekitar pukul 11.45 WIB, sambung Sutopo, hotspot tersebar di Kalimantan Barat berjumlah 30, Kalimantan Selatan 35, Kalimantan Tengah 194, dan Kalimantan Timur 170.
"Hotspot di Sumatera tidak ada data. Karena tidak terlintasi oleh satelit Modis. Sebaran asap juga berkurang dibandingkan dengan seminggu terakhir," kata Sutopo.
Menurut Sutopo, Kepala BNPB Syamsul Maarif telah meminta jajaran BNPB menambah pesawat untuk hujan buatan dan pemboman air. Apalagi ancaman bencana asap akan makin meningkat hingga Oktober nanti.
Sutopo berharap, semua potensi nasional bisa berkolaborasi membantu pemda mengatasi kebakaran hutan lahan di Sumatera dan Kalimantan. "TNI, Polri, Manggala Agni, Brigade Kebakaran Lahan dan Kebun Kementan, Kemenkes dan lainnya meningkatkan perannya mengatasi karlahut (kebakaran lahan hutan)."
Menurut Sutopo, BNPB akan menambah armada pemboman air yaitu 1 unit helicopter Kamov, 2 unit Sikorsky, 1 unit MI-18, dan pesawat bomber. "Saat ini 9 helikopter telah disebar ke Riau, Sumsel, Kalbar, dan Kalteng. Bahkan di Riau operasi hujan buatan dan pemboman air dilakukan sejak April hingga saat ini," ujarnya.