Sukses

Bulat Suara Banteng Bundar Usung Megawati

Meski perhelatan Kongres PDIP masih setahun lagi, Megawati Soekarnoputri secara aklamasi dinyatakan sebagai calon tunggal ketua umum.

Liputan6.com, Semarang - Kejutan dan tangis haru terjadi di perhelatan akbar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Betapa tidak, Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV partai berlambang banteng moncong putih yang baru berlangsung dua hari di Marina Convention Center (MCC), Semarang, Jawa Tengah, berubah menjadi ajang semi kongres pada Sabtu 20 September 2014.

Sekalipun tak masuk agenda rakernas, nama Megawati Soekarnoputri secara aklamasi kembali dicalonkan oleh 33 Dewan Pimpinan Daerah se-Indonesia untuk menjadi Ketua Umum DPP PDIP pada Kongres 2015 mendatang.

Adalah Ketua DPD Jawa Tengah Heru Sudjatmoko yang menyampaikan usulan tersebut, mewakili 32 Ketua DPD PDIP lainnya. Ia mengusulkan putri sulung Presiden pertama RI mendiang Sukarno itu sebagai calon tunggal ketua umum PDIP saat menyampaikan pandangan umumnya di hadapan Megawati dan Presiden terpilih Joko Widodo, serta sekitar 1.600 peserta rakernas.

Sontak, suasana Marina Convention Center, Semarang, Sabtu pagi itu menjadi meriah. Tepuk tangan pun bergemuruh. "Merdeka...Merdeka...Merdeka..!" teriak para hadirin bersahut-sahutan.

Mendapat sambutan demikian, Mbak Mega -- demikian Megawati akrab disapa -- terharu sekaligus terkejut. Presiden ke-5 RI ini kemudian menyatakan dirinya bisa menerima dan mengagendakan hal itu sebagai rekomendasi Kongres IV PDIP pada tahun 2015 di Manado, Sulawesi Utara.

"Pada jadwal kongres tersebut, tidak akan ada lagi pemilihan ketua umum tapi yang ada adalah dengan resmi pengukuhan saya menjadi ketua umum periode 2015-2020," ucap Megawati dengan mata berkaca-kaca di lokasi rakernas, Sabtu 20 September 2015.

Wanita bernama lengkap Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri itu menyebut bahwa usulan tentang penyampaian nama calon ketua umum dalam rakernas tidak diatur AD/ART partai. Namun, adanya usulan tersebut dirinya tidak bisa menolak karena itu sebuah aspirasi.

"Membicarakan ketua umum sebenarnya hak di kongres, tapi bukan berarti dilarang, karena sebagai sebuah aspirasi ini menjadi sebuah rekomendasi," ucap Megawati yang menjabat Ketum PDIP sejak tahun 1999.

Menurut Megawati yang kini berusia 67 tahun, aspirasi itu mewakili seluruh jajaran 3 pilar di PDIP yaitu struktur, legislatif, dan eksekutif. Sehingga bisa dikatakan sudah memenuhi kuorum.

"Terima kasih sekali, ini merupakan sebuah dukungan yang luar biasa dari seluruh struktur anggota dan simpatisan PDIP," ujar Megawati.

Agenda Rakernas Dipersingkat

Secara aklamasi Megawati menjadi calon tunggal ketum PDIP. Seiring dengan itu, Rakernas IV PDIP di Semarang, Jawa Tengah, yang rencananya akan berlangsung sampai Minggu 21 September, akhirnya dipersingkat dan ditutup Sabtu malam, 20 September.

Menurut Sekretaris Jenderal DPP PDIP Tjahjo Kumolo, percepatan rakernas dilakukan karena semua agenda sudah terlaksana.

Sebelumnya dijadwalkan ada pembacaan pandangan umum dari 33 Ketua DPD PDIP se-Indonesia, sehingga diperkirakan akan memakan waktu. Namun hal itu urung dilaksanakan karena para Ketua DPD sudah menggelar rapat di rumah dinas Wakil Gubernur Jateng yang juga Ketua DPD PDIP Jateng, Heru Sudjatmoko.

"Ada 33 DPD, kalau semula dijadwalkan per-DPD 10 menit, maka hari ini penuh pandangan umum. Semalam ada rapat di rumah ketua DPD Jateng hingga pukul 01.30 WIB," kata Tjahjo di lokasi rakernas, Sabtu malam.

Rekomendasi Rakernas

Partai pemenang Pemilu Legislatif sekaligus Pemilu Presiden 2014 itu merampungkan Rakernas IV sehari lebih cepat dari jadwal seharusnya. Rapat yang digelar di Semarang, Jawa Tengah, ini ditutup dengan pernyataan sikap dan rekomendasi yang dibacakan oleh Ketua DPP PDIP Puan Maharani.

Puan membacakan pernyataan sikap dan rekomendasi Rakernas IV PDIP di atas mimbar. Di awal-awal membacakan pernyataan sikap dan rekomendasi, putri Megawati itu sempat menangis.

"PDI Perjuangan menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia, atas dukungan yang diberikan sehingga mampu memenangkan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014," kata Puan sembari terisak, Sabtu malam, 20 September 2014.

"Kemenangan yang dipercayakan rakyat telah melapangkan jalan untuk mewujudkan amanat Kongres III Bali bahwa mengelola partai identik dengan mengelola negara," imbuh Puan yang tak lain putri kandung Megawati.

Dianggap Sosok Pemersatu

Nama Megawati Soekarnoputri kembali dicalonkan oleh 33 DPD se-Indonesia untuk menjadi ketua umum pada Kongres IV PDIP 2015 mendatang. Dengan dukungan yang bulat dari seluruh DPD se-Indonesia, putri sulung mendiang Bung Karno itu otomatis dipastikan akan kembali menjadi ketua umum PDIP selama periode 2015-2020 mendatang.

Terkait hal itu, Presiden terpilih Jokowi menilai kesepakatan DPD PDI Perjuangan se-Indonesia itu merupakan keputusan tepat. Dia menilai Mega saat ini merupakan satu-satunya tokoh sentral PDIP yang menjadi penyatu kader di seluruh Indonesia.

"(Dipilihnya Mega) Untuk menjaga kesolidan partai, karena beliau yang bisa menyatukan seluruh kader partai," ujar Jokowi usai menghadiri sebuah acara di kediaman Jusuf Kalla, Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu 21 September 2014.

Regenerasi Mandek?

Dengan kembali majunya Megawati sebagai calon tunggal, akankah regenerasi kepemimpinan di partai berlambang banteng moncong putih itu mandek?

Menanggapi hal tersebut, Presiden terpilih Jokowi yang juga kader di PDIP menilai kepemimpinan Mega yang berusia 67 tahun itu saat ini masih diperlukan.

"Ya, beliau sekarang masih diperlukan," ujar Jokowi usai mengunjungi sebuah acara di kediaman Wakil Presiden terpilih Jusuf Kalla atau JK, Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu, 21 September 2014.

Terlebih, menurut Jokowi, setelah sepuluh tahun mengambil sikap untuk menjadi partai oposisi, PDI Perjuangan yang menjadi pemenang dalam Pemilu Legislatif 2014, telah mendeklarasikan diri sebagai partai pemerintah. Dalam situasi saat ini, peran Mega untuk mengawal pemerintahan dan di masa transisi PDI Perjuangan sebagai partai pemerintah sangat diperlukan.

"Ini masa transisi yang harus dipersiapkan," tukas Jokowi.

Sementara, Wakil presiden terpilih Jusuf Kalla menilai munculnya Megawati sebagai calon tunggal ketum menandakan bahwa kharisma politisi senior tersebut sebagai tokoh sentral di PDIP belum pudar.

"Itu artinya Bu Mega tetap dicintai oleh seluruh pengurus PDI Perjuangan di daerah. Wibawa dan kenegarawanan Bu Mega tidak diragukan lagi," ujar JK di kediamannya, Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu, 21 September 2014.

Terkait dengan munculnya anggapan bahwa majunya Megawati untuk yang kesekian kalinya sebagai calon ketua umum PDIP menandakan regenerasi di partai tersebut tidak berjalan dengan baik, JK menilai pernyataan tersebut tidak tepat. Menurut JK, walau pucuk pimpinan tertinggi dipegang oleh Megawati, ia yakin Megawati akan memilih jajarannya dari para tokoh muda.

"Itu kan tergantung pengertiannya. Kan nanti wakil ketuanya banyak yang muda-muda, pastinya. Nanti untuk melanjutkan yang tua-tua," pungkas Jusuf Kalla.

Jokowi dan JK memang boleh berpendapat demikian. Yang jelas, hingga tahun 2020, Megawati Soekarnoputri sebagai salah satu penerus trah Sukarno tetap akan mengendalikan PDIP yang dideklarasikan pada 14 Februari 1999 di Jakarta.

Video Terkini