Liputan6.com, Yogyakarta - Warga Kulonprogo, Yogyakarta yang tergabung dalam Wahana Tri Tunggal (WTT) memblokade Jalan Daendles selama 6 jam dengan membentangkan kayu, bambu, meja kursi dan meletakkan batu besar di tengah jalan. Warga juga sempat membakar ban bekas. Akibatnya, arus lalu lintas lumpuh. Blokade ini dalam rangka penolakan pembangunan bandara baru.
Bahkan, akibat aksi penolakan ini membuat aktifitas belajar mengajar di Glagah ditiadakan. Ada 2 sekolah yang diliburkan selama aksi penolakan warga berlangsung, yaitu SDN Glagah 1 dan SDN Glagah 2 Kulonprogo.
Kepala sekolah SDN Glagah 1 Ester Sujiyem mengatakan siswanya yang berjumlah 99 anak terpaksa diliburkan. Diliburkan anak didiknya ini juga sudah mendapat rekomendasi dari dinas pendidikan setempat.
Advertisement
"Tidak diliburkan cuma dibelajarkan di rumah. Untuk diberi tugas-tugas dikerjakan di rumah. Supaya aktifitas anak tidak mengikuti orang tuanya yang sosialisasi," ujar Ester, Kulonprogo, Yogyakarta, Selasa (23/9/2014).
Ester menyebut, diliburkannya anak didiknya ini juga untuk antisipasi jika terjadi aksi yang tidak diinginkan sehingga akan membuat trauma siswa. Sebagai langkah antisipasi aksi bentrok yang tidak diinginkan, anak didiknya diminta belajar di rumah.
"Antisipasi terjadi sesuatu tapi kenyataannya tidak terjadi apa-apa kita diintruksikan agar anak belajar di rumah, agar tidak terjadi trauma anak jika terjadi sesuatu," ujarnya.
Ester memberitahukan libur sekolah ini sejak sehari sebelumnya. Dia menyebut siswanya hanya diliburkan selama sehari saja. Ia pun berharap hari ini tidak terjadi lagi aksi yang sama.
"Dari kemarin siang sudah tugas agar mengerjakan tugas di rumah. Besok pagi sudah mulai masuk," ujarnya.
Tolak Sosialisasi
Warga Balaidesa Glagah, Kulonprogo menolak pembangunan bandara baru, sehingga memblokade warga lain. Mereka memblokade warga desa lain yang ingin menghadiri sosialisasi pembangunan proyek bandara baru.
Polisi akhirnya membatasi warga yang ingin datang ke lokasi sosialisasi demi keamanan warga dan panitia sosialisasi bandara baru. Sebab, banyak dari massa datang bukan dari warga Glagah yang mendapat giliran sosialisasi.
"Warga selain Glagah kan nggak boleh masuk. Kami menempatkan 4 titik seleksi masuk ke Balai desa. Dari 4 titik salah satunya di jalan raya itu (Daendles). Sebagian mereka pengin masuk bersama-sama tidak mau diseleksi," ujar Kapolres Kulonprogo Johanes Setiawan.
"Sebagian bawa kartu undangan sebagian lagi ngga bawa. Yang boleh kan yang bawa undangan dong. Lainnya ngga boleh. Saya periksa satu-satu nggak mau. Kalau dia bawa sajam gimana? Di sini kan (sosialisasi) warga Glagah aja," sambung dia.
Demi keamanan, Setiawan mengaku, pihaknya menyiapkan 343 personil kepolisian, 100 personil TNI AD, 50 TNI AU dan dibantu puluhan anggota Sat Pol PP. Menurutnya hari ini adalah masa terakhir sosialisasi di wilayah Glagah.
"Sosialisasi tadi berjalan. Yang diundang tadi 1000 yang datang 700. Jadi sosialisasi ini sifatnya kan yang mau hadir silakan yang nggak mau hadir ya nggak apa-apa," ujar dia.
Setiawan menambahkan, ada 7 desa yang terdampak pembangunan bandara baru Yogyakarta ini. Dari 7 desa ini semuanya sudah mendapat sosialisasi dari Pemda DIY. "Kecamatan Temon yang kena ada 7 Glagah, Paliyan, Sindutan, Jangkaran, Kebon rejo, Temon Wetan dan Temon Kulon," ujarnya.
Mobil Water canon terlihat di area Balaidesa Glagah. Warga yang seblumnya menggelar aksi di jarak 500 meter sebelah barat Balaidesa Glagah lalu bergerak mendekati balaidesa hingga 50 meter.