Sukses

Bom Air Tak Efektif Kurangi Titik Api, BPBD Sumsel Semai Garam

Butuh sebanyak 8 ton garam per hari untuk melakukan penyemaian di berbagai wilayah Sumsel yang terdeteksi memiliki titik panas.

Liputan6.com, Palembang - Water bombing (bom air) yang dilakukan dengan helikopter untuk menekan jumlah titik api di Sumatera Selatan (Sumsel), dianggap tak terlalu efektif meminimalkan ketebalan kabut asap.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel bekerja sama dengan Badan Penerapan Pengkajian Teknologi (BPPT) Regional Sumatera pun terus gencar menghentikan kabut asap dengan berbagai cara, salah satunya dengan penyemaian garam di awan yang berpotensi air. Hal ini dilakukan agar bisa membuat hujan buatan.

Menurut Koordinator Lapangan Regional Sumatera Badan Penerapan Pengkajian Teknologi (BPPT) Sutrisno, butuh sebanyak 8 ton garam per hari untuk melakukan penyemaian di berbagai wilayah Sumsel yang terdeteksi memiliki titik panas.

"Penyemaian 8 ton tersebut kita lakukan selama dua kali dalam sehari, yaitu 4 ton pertama dilakukan pagi dan 4 ton lagi menjelang sore. Untuk pencarian awan yang memiliki kadar air memang sangat kecil kemungkinan ditemukan. Namun, di ketinggian 12-13 ribu kaki, potensi awan hujan diperkirakan ada," kata Sutrisno kepada Liputan6.com di Palembang, Selasa (23/9/2014) malam.

Untuk menunjang penyemaian garam di awan, pihaknya menggunakan pesawat Hercules C130, tiga helikopter jenis MI 8, Sikorksi, dan Bolco 105.

Sedangkan Danlanud Palembang Letnan Kolonel Pnb Sopuan mengatakan, pihaknya ditunjuk sebagai koordinator satgas udara yang bertujuan mengkoordinir alat pemadam asap yang dioperasikan.

"Hercules telah dilakukan modifikasi, sehingga saat melakukan penebaran garam hanya membuka katup dari consul dan menebarkannya. Tim yang bergerak melakukan penaburan garam sebanyak 2 kali terbang dalam sehari, di mana setiap terbang, consul yang memiliki 6 tabung membawa 4 ton untuk sekali terbang. Dan akan dilakukan sampai tanggal 26 September mendatang. Bila belum membaik, akan dilanjutkan sampai 30 Oktober," pungkas Sutrisno.

Video Terkini