Liputan6.com, Jakarta - Pada 7 Oktober kemarin, Tentara Nasional Indonesia (TNI) baru saja merayakan Hari Ulang Tahun yang ke-69. Tentara kebanggaan rakyat Indonesia itu pun harus selalu siap dengan tantangan militer yang semakin beragam sesuai kemajuan zaman.
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo H Kertopati menilai, saat ini TNI dihadapkan dengan cyber war atau perang teknologi di dunia maya, tidak perang dalam medan pertempuran dengan mengangkat senjata.
"Kalau saya melihat ya kini kita rasakan adanya pergeseran ancaman terhadap negara, kini tak lagi sebatas ancaman perang tradisional. Adanya ancaman cyber war, perang asimetrik dan saat ini yang sedang Hot dibicarakan proxy war (dengan menggunakan pihak ketiga)," kata Perempuan yang akrab disapa Nuning itu kepada Liputan6.com, Kamis (9/10/2014)
Ancaman cyber war itu, jelas Nuning, bisa berdampak melumpuhkan suatu baik secara ekonomi maupun ideologi. Maka dari itu, sambung dia, TNI kini tak lagi konsen terhadap perebutan teritorial wilayah kedaulatan negara secara langsung, namun lebih otoritas penguasaan kedaulatan melalui teknologi dan psywar.
"Hal ini berdampak lebih luas bisa masuk ke relung-relung ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Istilah ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya bangsa dan bila kita tak waspada, maka bukan tak mungkin kita dapat dilumpuhkan dengan cara itu sebagai bangsa," beber dia.
Atas hal tersebut, mantan Anggota Komisi I DPR itu meminta para prajurit TNI harus dilatih untuk bisa mewaspadai adanya serangan cyber agar tetap bisa menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
"Justru itu prajurit TNI juga harus pintar dan memiliki profesionalitas teruji. Karena teknologi cyber atau ancaman perang cyber selalu terbuka," tandas Nuning.
TNI Kini Dihadapkan Ancaman Cyber War
Pada 7 Oktober kemarin, Tentara Nasional Indonesia (TNI) baru saja merayakan Hari Ulang Tahun yang ke-69.
Advertisement