Sukses

KSAD: Penyalahgunaan Narkoba Miliki Keterkaitan 'Proxy War'

Menurut KSAD, kondisi ini untuk merusak generasi muda, sehingga bangsa Indonesia di masa depan tak memiliki generasi berkualitas tinggi.

Liputan6.com, Ambon - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyatakan, penyalahgunaan narkoba di Indonesia memiliki keterkaitan strategi 'proxy war' (perang proxy).

"Kondisi ini untuk merusak generasi muda Indonesia, sehingga bangsa ini di masa depan tidak memiliki generasi berkualitas tinggi," kata Jenderal Gatot pada kuliah umum mahasiswa di Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Jumat (10/10/2014).

Menurut Jenderal Gatot, peredaran nakoba di Indonesia sudah merajalela dengan berbagai bentuk dan sampai ke daerah perbatasan serta pelosok pedalaman.

Ia mengatakan, pada November 2013 pabrik 'Red Ice' yang membungkus narkoba dalam bentuk permen karet berhasil dibongkar aparat berwajib di apartemen kawasan Sunter dan Tamansari, Jakarta.

Dari 16 tersangka, empat di antaranya warga negara asing. Kemudian pada bulan Mei 2014 seorang aparat juga ditemukan tewas di Diskotek Stadium, Tamansari, Jakarta Barat karena overdosis narkoba.

Selanjutnya, hasil penggerebekan pasca-kejadian tersebut polisi menyita sedikitnya 45.000 butir pil ekstasi berikut 600 gram sabu dan 55 butir pil Happy Five yang tersimpan di dalam loker karyawan.

"Masih banyak lagi di tempat-tempat hiburan malam, rumah makan dan tempat rekreasi yang menjadi pusat peredaran narkoba, seakan-akan aparat berwajib tak kuasa mengendalikan derasnya peredaran obat-obatan terlarang di Indonesia," ujar Jenderal Gatot.

Dikatakan, Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan tingkat prevalensi yang tinggi memang merupakan pasar yang sangat menarik dan menguntungkan bagi bandar narkoba yang umumnya merupakan sindikat internasional.

"Jika di akhir abad ke-20 Indonesia masih berstatus sebagai negara transit, maka kini Indonesia sudah beralih menjadi negara konsumen," papar Jenderal Gatot.

Menurut dia, sesuai data Badan Narkotik Nasional (BNN) pemakai narkoba mengalami kenaikan dari 1,5 persen penduduk pada 2005 menjadi 2,6 persen di tahun 2013 dan diperkirakan akan mencapai 2,8 persen di tahun 2015, artinya lebih dari 5,1 juta penduduk Indonesia menyalahgunakan narkoba.

"Angka kematian tiap tahun akibat narkoba berada pada kisaran 15.000 jiwa," ujar dia.

Fakta-fakta tersebut imbuh Jenderal Gatot sangat memprihatinkan dan dapat menghancurkan generasi muda untuk jangka panjang. Karena telah menyerang secara masif mulai dari kalangan eksekutif muda sampai dengan anak sekolah.

"Melalui konspirasi internasional, generasi muda Indonesia tanpa sadar dapat dihancurkan tanpa harus menggunakan kekuatan bersenjata. Aparat pemerintah pun sampai saat ini masih kewalahan untuk mencegah dan menguranginya," demikian KSAD Jenderal TNI Gatot. (Ant)