Sukses

Permukaan Danau Toba Ditutupi Abu Gunung Sinabung

Selain debu di permukaan Danau Toba, debu juga menutupi pancaran sinar Matahari, sehingga keadaan menjadi gelap dan mengaburkan pandangan.

Liputan6.com, Parapat Abu letusan Gunung Sinabung, di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, menutupi sebagian permukaan Danau Toba, yang berada di sisi Kabupaten Simalungun. Debu vulkanik itu bisa dilihat secara visual.

Akibatnya, permukaan Danau Toba tidak jelas bila dipandang dari pinggiran Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) di kota objek wisata Parapat atau sekitar 120 kilometer dari Kota Medan.

Terpaan debu vulkanik Gunung Sinabung yang kembali aktif beberapa hari terakhir ini terjadi sejak kemarin dan berlanjut hingga hari ini, Sabtu (11/10/2014).

Pengemudi mobil pribadi dan bus penumpang, saat menyusuri jalan di Kota Parapat, sangat jelas melihat secara langsung debu vulkanik yang menutupi bagian permukaan Danau Toba itu.

Selain debu di permukaan Danau Toba, debu juga menutupi pancaran sinar Matahari, sehingga keadaan menjadi gelap dan mengaburkan pandangan mata.

Jika pada keadaan normal wisatawan dari Parapat dapat memandang secara jelas Pulau Samosir di tengah Danau Toba saat siang hari, maka selama beberapa hari terakhir, pulau itu tidak bisa dilihat.

Warga setempat juga banyak yang memakai masker penutup hidung dan mulut dalam beraktivitas sehari-hari.

Gunung Sinabung berada pada radius sekitar 70 kilometer barat daya Danau Toba dan menjadi bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Bersama Gunung Singgalang, mereka memiliki aktivitas vulkanologis cukup menonjol di antara sekitar 127 gunung berapi aktif di Indonesia.

Danau Toba adalah danau vulkanik terbesar di Asia Tenggara dan juga paling terkenal di Indonesia, memiliki luas lebih kurang 630 kilometer persegi. Danau Toba juga salah satu danau purba dunia yang unik, dengan  pulau besar di tengahnya, yaitu Pulau Samosir.

Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan potensi erupsi Gunung Sinabung tetap tinggi. Pada Jumat 10 Oktober 2014 pukul 06.00 WIB terjadi 10 kali gempa hibrid, gempa vulkanik, tremor simultan dan 38 kali guguran awan panas.

Selain itu, terjadi awan panas guguran dari puncak dengan jarak luncur sejauh 2.000 meter ke arah selatan dengan tinggi kolom abu awan panas 2.000 meter.

"Status tanggap darurat berlangsung hingga 18 Oktober 2014 dan kemungkinan akan diperpanjang oleh Bupati karo karena masih banyak pengungsi yang memerlukan penanganan darurat," kata Kepala Pusat Data, Indormasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho. (Ant)