Liputan6.com, Jakarta - Kebersamaan yang telah dibangun selama 2 tahun bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi memang harus berakhir pada 20 Oktober nanti. Namun tidak untuk semua komitmen yang telah dijanjikan Jokowi-Ahok selama menjadi pemimpin pemerintahan Jakarta. Di mana yang menjadi salah satu pekerjaan rumah atau PR utamanya adalah mengatasi masalah banjir dan kemacetan lalu lintas Ibukota.
Sepeninggal Presiden terpilih Jokowi yang akan segera dilantik, sederet pekerjaan akan terus menanti si pemilik nama Basuki Tjahaja Purnama atau lebih akrab dipanggil Ahok.
Dengan semua tantangan yang harus dihadapinya, Ahok dan wakilnya nanti harus membenahi Jakarta untuk menjadi sebuah kota yang lebih nyaman dan indah bagi warganya.
Advertisement
Berikut cerita Ahok kepada presenter Liputan6.com, Ami Nindita, yang ditulis pada Rabu (15/10/2104).
Di 2 tahun Ahok dan Jokowi, tepatnya pada 15 Oktober nanti, bagaimana kabar monorail? Apalagi selama ini Anda terkesan keras terhadap investor dan pengembangnya?
Sebetulnya bukan keras soal investor monorail ya. Logika saya gini, dari zamannya Pak Sutiyoso, Bapak Fauzi Bowo tidak dibangun. Nah kita tanya sama mereka. Dia kan mengajukan 200 ribu meter persegi properti dengan rute begitu pendek. Pertanyaan kita, rute Anda mau menolong mengatasi kepadatan mal yang sudah ada, atau Anda menambah rumit saya.
Dengan rute yang begitu pendek, ditambah 200 meter persegi, jangan-jangan saya tekor. Perluas aja monorail Anda supaya bisa menghubungkan semua mall. Dia juga nggak mau. Kalau diperluas itu harus tender. Mesti bikin kontes lagi yang baru dengan memanfaatkan izin yang lama.
Terus saya tanya lagi, kebayang nggak kalau di Senayan City dan Plaza Senayan di tengahnya dibangun mal 4 lantai. Bisakah 1 tiang menopang 4 lantai dasar susunan kereta. Nggak bisa, kalau mau ya mahal banget, pake bahan jam tangan dicat ulang kali ya untuk menopang 1 tiang doang.
Benar kamu tantangin, gelap kalau 150 meter, nggak apa-apa pakai lampu. Pertanyaan saya ada nggak fondasi yang lebih kecil dari 2 meter menahan yang begitu besar. Trotoar kita cuma 1,5 sampai 2 meter. Kalau cuma 2 meter, keluarnya ke jalan atau masuk ke mal? Kalau ke jalan ya mungkin bikin jalan sempit. Kalau ke mal, mau nggak dikasih mal? Pertanyaan-pertanyaan saya itu harus Anda jawab.
Terus uang. Anda bilang, Anda pinjam bank 70% untuk membiayai proyek ini. Kalau 70%, 30% saya intip dong, mana kira-kira gitu. Saya minta bank anggaran 5% saja, kamu ngotot 1,5 %, alasan peraturan Bappenas hanya 1,5 %. saya mau intip 30, dia ngotot 1,5, nggak ada. kalau nggak ada saya curiga. Orang kalau di pulau reklamasi, belum diuruk saja sudah dijual. Pengembang begitu kan? Itu aja laku. apalagi kalau di Senayan, Kuningan, di Sudirman, Tanah Abang, laku nggak kalau ada yang mau nyewain kios 1 meter, Rp 25 juta per tahun, pasti laku keras.
Kalau kamu punya 200 ribu meter persegi, kamu sewain setahun saja dimuka, itu kamu dapat uang Rp 5 triliun. Jangan-jangan yang Rp 5 triluin ini, kamu setorkan untuk dibangun. Kalau gitu ngapain kasih kamu, kalau ngggak jelas jawabannya.
Terus tahun lalu saya minta semua ini, nggak bisa hitung. Tahun ini Agustus udah September, udahlah saya full aja sampai Desember, juga nggak apa-apa. Nah kamu apakah bisa percaya dengan orang seperti ini? Kalau udah mangkrak dia nggak bangun, sementara duit orang udah diterima. Siapa yang kena getahnya, kita.
Tiang depan Senayan City aja, udah pusing kita di Kuningan, apalagi udah bangunan. Jadi orang ini, saya pikir dia itu belum mau membangun monorail. Dia memanfaatkan kita yang lagi pusing karna macet, butuh transportasi umum, diiming-imingi monorail, padahal otaknya itu properti.
Lalu kenapa sekarang dia semangat lagi? Zamannya Pak Sutiyoso dan Pak Foke nggak. Karena dulu properti belum naik begitu tinggi harganya. Sekarang properti udah naik 3 tahun terakhir. Makanya dia bisa manfaatkan. Kalau gitu ngapain kasih kamu, biar kukerjain sendiri. Setahun aja kamu bisa dapat Rp 5 triliun, 10 tahun dapat Rp 50 triliun untuk proyek Rp 12 triliun. Ngapain, kerjain sendiri aja.
Mengenai masalah Transjakarta, bagaimana cara pembenahannya?
Bikin PT...Tahun depan PT nya akan berjalan penuh. Kita jamin tahun depan, ada beberapa ruas jalan, nanti bus-bus yang lain itu harus masuk ke terminal Jakarta, kita bayar rupiah per kilometer. Jadi nggak ada lagi bus-bus yang ngetem.
Kita harap di 2016, total di seluruh Jakarta tidak ada lagi bus-bus yang ngetem. Kamu nggak bisa lagi naik bus tanpa e-Money. Terminal-terminal juga dikelola dari mereka. Pooll-nya Transjakarta pun atasnya akan menjadi pooll-nya kereta ringan yang akan kami bangun.
Lalu, janji-janji apa yang belum terealisasi hingga saat ini?
Kalau macet dan banjir ya belum. Kalau sistem kesehatan sudah jalan. Saya bisa rasakan, saya masuk kelas 3, udah beres.
Untuk angkutan kota (angkot) sendiri bagaimana?
Angkot akan kita paksa ganti gas. Kita akan banyak membangun jalan-jaln inspeksi sungai. Nanti angkot-angkotnya akan menempuh jalan-jalan inspeksi itu.
Di tahun ke 3 nanti, Anda sudah tidak lagi berpasangan dengan Joko Widodo. Apakah dengan pasangan baru, Anda akan bisa cepat klop atau nanti bisa menjadi hambatan?
Tergantung orangnya. Kalau nggak ada mendingan jomblo aja, ngapain pusing. Boleh aja, Undang-undang mengatur, beres kok.
Apakah Anda nanti masih akan menjalankan tradisi blusukan seperti Jokowi?
Kita tahun depan akan mengubah pola. Kata Pak Jokowi, nanti semua lurah dan camat itu fungsinya seperti estate manager atau town management. Jadi mereka yang harus blusukan. Jadi kalau ada sampah, kali yang kotor, akan jadi tanggung jawab lurah. Kita akan kasih dia 50-100 pekerja lepas. Nanti kita akan training mereka di perumahan-perumahan, belajar menjadi cluster manager.
Jadi sifatnya nanti, lurah-lurah itu seperti town management-nya perumahan-perumahan mewah. Kita akan ubah konsepnya. Lalu tiap kantor lurah, camat punya kantor pelanggan terpadu 1 pintu. Orang Jakarta mau urusan apa pun bisa datang.
Lalu kita akan mulai membangun 18 RSUD di kecamatan yang cukup padat. Jadi RSUD kami disetarakan kelas A, sejajar dengan RSCM. Itu yang mau kita lakukan seperti itu.
Selama 2 tahun bekerja sama dengan Jokowi, bagaimana kesan Anda?
Menurut saya, khas orang Jawa Tengah-lah. Orang Solo, halus, sopan, santun, jarang marah, tapi ya beliau (Jokowi) orang yang tegas. Kalau mau ngomong lebih kejam, beliau lebih kejam dari saya sebetulnya. Kalau beliau bilang tidak, ya tidak.Â
Kalau saya tidak, begitu Pak Jokowi berargumentasi, saya masih bisa mikir-mikir, masih Ok. Saya masih bisa lemah. Kalau beliau nggak.
Pernah melihat Jokowi marah-marah?
Beliau jarang marah. Paling dia bilang gini, kalau dia udah malas ketemu orang, ya sudah terus pergi. Paling panggil saya, beresin aja nggak usah lagi.
Lalu, apa harapan Anda kepada Jokowi yang akan menjadi Presiden RI dan Anda akan menjadi Gubernur DKI Jakarta?
Tetap sesuai komitmen akan tetap membangun Jakarta dan (Jokowi) jangan lupa janji sama saya mau ngajak naik pesawat kepresidenan.
(Ans)