Sukses

Jokowi: Sosok 'Ndeso', Otak Global

Dengan berani, Jokowi memperingatkan Australia untuk tidak lagi melanggar kedaulatan RI. Bagi dunia, ia sosok penuh kejutan.

Liputan6.com, Jakarta - "Please come to Indonesia..." Dalam sebuah video sosok pria dengan senyum lebar yang jenaka itu mengundang warga Negeri Kanguru untuk datang ke Tanah Air. Ada Bali, Raja Ampat, Bunaken di Manado, Jogja dan Solo, Borobudur, Bukittinggi, Aceh. Lalu ia menepuk dua tangannya, hanya sekali, lalu berkata, "thank you." Diakhiri dengan senyum lebar.

Video berdurasi 23 detik yang salah satunya dimuat situs The Age itu adalah pesan pribadi Presiden RI Terpilih Joko Widodo untuk Australia.

Namun, tak ada senyuman saat Jokowi bicara soal kedaulatan wilayah RI.  Sikapnya bahkan dinilai lebih keras daripada rivalnya dalam Pilpres, Letjen (Purn) Prabowo Subianto.

Dalam wawancara eksklusif dengan Fairfax Media, seperti dimuat The Age 18 Oktober 2014, ia 'memperingatkan' Negeri Kanguru, untuk tidak melanggar batas wilayah Indonesia, seperti yang dilakukan Angkatan Laut Australia saat mengusir kapal para pencari suaka.



"Kami akan memberikan peringatan, hal tersebut tak bisa diterima," tegas Jokowi. "Kita punya hukum internasional, dan Anda (Australia) harus menghormatinya."

Jelang kunjungan PM Australia Tony Abbott, dalam wawancara perdananya dengan media Negeri Kanguru, ia ingin menunjukkan bahwa dua negara bertetangga punya kepentingan strategis yang tumpang tindih.

Meski demikian, Jokowi akan tetap mempererat hubungan dengan Canberra termasuk di bidang keamanan dan pemberantasan terorisme. Syarat mutlaknya, harus menguntungkan dua belah pihak. "Tak hanya bagi Australia, tapi juga buat Indonesia."

Selanjutnya: Pemimpin Berjiwa 'Rocker'...

2 dari 3 halaman

Pemimpin Berjiwa 'Rocker'

Pemimpin Berjiwa 'Rocker'

Greg Barton, seorang Indonesianis dari Study of Indonesia at Monash University, Australia menyebut pemimpin baru Indonesia, Jokowi, adalah sosok penuh kejutan.

"Dengan usianya yang baru 53 tahun, Jokowi masih relatif muda. Ia tak punya kaitan dengan para elite di Jakarta yang memerintah Indonesia selama 70 tahun. Ia berasal dari kota kecil di Jawa Tengah, Solo, di mana ia 2 kali terpilih sebagai walikota berkat program reformasinya yang ambisius, sebelum menjadi Gubernur DKI Jakarta. Jokowi adalah 'orang luar'," tulis Greg Barton di situs Herald Sun.

"Meski penampilannya sederhana (atau ndeso), Jokowi nyaman saja bicara bahasa Inggris dan punya pengalaman kerja internasional, baik sebagai pengusaha maupun walikota. "Cara bicaranya mungkin medok Jawa, tapi cara berpikirnya global."

Salah satu kejutan Jokowi adalah selera musiknya yang metal. "Jokowi adalah penggemar grup musik metal seperti Lamb of God, Megadeth, dan Metallica.

Profesor Greg Barton menambahkan, untuk beberapa orang, selera musik Joko Widodo mungkin tak signifikan. "Namun itu menunjukkan pada kita hal penting: dalam konteks negara yang akan ia pimpin, ada banyak hal tentang dia yang tak terlihat mata telanjang."



Menurut sang profesor, selera musiknya yang mengejutkan mengungkap ia adalah sosok yang dalam dan kompleks, sangat Indonesia tapi juga bagian dari zaman yang modern, dunia yang global. Pemimpin muda bagi bangsanya.

"Jokowi adalah pemikir yang progresif, pemimpin yang tegas dan memiliki komitmen kuat pada integritas dan keberanian memperjuangkan apa yang ia yakini." 

Jokowi juga punya arti bagi raktyat India. Mengingatkan pada pemimpin mereka PM Narendra Modi yang sama-sama punya latar belakang sederhana, menghabiskan masa kecil di tengah kekurangan ekonomi.



"Mereka memang kurang pengalaman dalam kebijakan luar negeri. Keduanya tak begitu fasih berbahasa Inggris. Dengan segala kekurangan itu, yang berkaitan dengan latar belakang finansial mereka, para pengamat politik percaya bahwa Jokowi maupun Modi punyai potensi untuk membuat perbedaan bagi kehidupan rakyatnya," demikian dikutip dari situs India TV.

Di bawah kepemimpinan PM Modi, pada Rabu 24 September 2014, India berhasil mengirim satelit ke orbit Mars. Menjadi yang keempat berhasil menjelajah Planet Merah -- setelah Amerika Serikat, Eropa, dan Uni Soviet. 

Sebuah prestasi menggembirakan. Meski dilakukan dengan biaya murah, India berhasil melakukannya pada percobaan perdana. Kita tunggu kejutan dari Jokowi.

Selanjutnya: A New Hope...

3 dari 3 halaman

A New Hope...

A New Hope...

Dunia kali pertama mengenal Jokowi saat wong Solo itu maju sebagai kandidat Gubernur DKI Jakarta. Pria berperawakan tinggi, kurus, dengan senyum lebar memperlihatkan barisan giginya itu seakan muncul dari antah berantah. Ia bukan jenderal, bukan pemimpin parpol, bukan bagian dari trah politik, bukan pemimpin organisasi yang punya jutaan massa. Lahir di bantaran kali, Joko Widodo adalah sosok dengan latar belakang orang kebanyakan.

Saat Jokowi masih menjabat Gubernur DKI Jakarta, situs Inggris, BBC.com pada 23 Januari 2013 memuat artikel dengan judul "Jakarta's Obama".  Jokowi Obama-nya Jakarta.  Bukan hanya postur tubuhnya yang mirip, tinggi dan kurus. Tapi juga kemampuan mereka berempati dengan orang kebanyakan.



Jelang pelantikan Jokowi sebagai presiden, giliran Majalah TIME yang memajang fotonya dengan raut wajah serius di halaman muka. Dengan tulisan, 'a new hope'. Harapan baru.

Dalam wawancara dengan majalah terkemuka itu, Jokowi mengaku menyadari bahwa ada banyak harapan rakyat di pundaknya. Bahaya jika ia tak mewujudkan keinginan rakyat dan memenuhi janjinya.

"Bahaya bagi saya, jika saya tak bisa merealisasikan apa yang diinginkan rakyat, apa yang saya janjikan, itu akan jadi masalah besar," kata Jokowi pada TIME dalam artikel berjudul ‘The New Face of Indonesian Democracy’.

Untuk mengundang investor -- yang bersikap ragu karena retorika nasionalis dalam kampanye Pilpres -- dengan pembangunan infrastruktur. Jokowi juga mengatakan akan melakukan pemberantasan korupsi, pengurangan subsidi BBM, dan menegakkan hukum di sektor pajak.

"Dengan menunjukkan bahwa kami berubah, bahwa kami bisa mengikuti aturan, kita akan menciptakan sebuah tempat di mana investor ingin datang," kata Jokowi pada TIME.

Di tengah wawancara, Jokowi juga melakukan kunjungan mendadak ke sebuah proyek perumahan, mengecek langsung pelaksanaannya.

Selain memeriksa kerja bawahannya, Jokowi juga dikenal sering turun langsung ke masyarakat, melakukan blusukan -- kegiatan yang ternyata menarik perhatian Mark Zuckerberg, bos Facebook.

"Dia (Zuckerberg) tanya blusukan itu apa? Saya bilang, blusukan itu go to the ground to look the people," kata Jokowi.

Maka, Jokowi pun mengajak tamunya blusukan ke Pasar Tanah Abang Blok A. Mengitari pasar di tengah keramaian orang. Meski hanya 15 menit, jas hitam Zuckerberg basah dengan keringat. "Beginilah blusukan, Mark..." (Ein/Ans)