Sukses

Cegah Kekerasan Anak, Polri Gelar Klinik Pancasila di SMA

Boy mengatakan, generasi muda harus kembali dibangkitkan rasa nasionalismenya. Sehingga, Pancasila tidak hanya hadir dalam pelajaran.

Liputan6.com, Jakarta - Angka kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Ironisnya, kekerasan kini banyak terjadi di lingkungan sekolah. Mulai penganiayaan, bullying di media sosial, hingga kekerasan seksual.

Untuk menanggulangi hal ini, Mabes Polri menggelar program Sekolah Toleransi. Program ini akan diterapkan di seluruh sekolah tingkat SMA atau sederajat untuk kembali mengenalkan nilai-nilai Pancasila di tengah gempuran budaya asing yang tak bisa dibendung terutama melalui akses internet.

"Intinya ini langkah preventif kepolisian, dengan kerja sama diknas, dan SMA-SMA dalam upaya membangun karakter kebangsaan dan mengingatkan kembali, kepada generasi muda bawah saat ini, sistem nilai yang datang dari luar Indonesia, itu tidak sejalan dengan nilai budaya bangsa Pancasila," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar saat membuka program sekolah toleransi di SMAN 21 Jakarta Timur, Rabu (22/10/2014).

Boy menjelaskan, program ini sudah dijalankan di beberapa daerah seperti di Jawa Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Tak lama lagi, program serupa juga akan dilaksanakan di Lampung Tengah, Lampung Selatan dan Kota Lampung.

Boy mengatakan, generasi muda saat ini harus kembali dibangkitkan rasa nasionalismenya. Sehingga, Pancasila tidak hanya hadir dalam materi pelajaran sekolah tapi juga dapat dijalankan.

"Artinya dengan kemampuan dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pengaruh radikalisme, paham kekerasan, pengaruh buruk, yang tidak sesuai, kekerasan itu terkait juga, intoleran, dalam kehidupan beragama itu tidak menyemai kalangan generasi muda," lanjut Boy.

Dengan begitu, generasi muda paham betul bagaimana menjalankan kehidupan sehari-hari berdasarkan pancasila. Ujungnya, kekerasan yang kini banyak terjadi di kalangan remaja dapat ditekan sekecil mungkin.

"Sehingga anak-anak ini sadar betul kalau kita hidup di negara Pancasila yang majemuk. Apabila ini terwujud Polri berkeyakinan akan semakin sedikit generasi muda, yang terjegal dalam suatu tindakan yang tidak sesuai nilai budaya hukum di Indonesia," tandas Boy.

Apa Itu Klinik Pancasila?

Kegiatan ini diawali dengan berbagai aksi interaktif antara siswa dan motivator yang dihadirkan di sekolah. Setelah itu, siswa dibawa ke Aula untuk praktik penerapan sekolah toleransi.

Dalam kegiatan itu, ada 5 meja di depan para siswa. 5 Meja itu mewakili 5 sila yang terkandung dalam Pancasila. Layaknya klinik, meja itu diisi oleh dokter dan pasien.

Klinik Pancasila ini akan menerima aduan dan keluhan terkait pergaulan sehari-hari. Di situlah mereka akan berkonsultasi dan berdialog bagaimana seharusnya menyelesaikan masalah pergaulan yang mereka rasakan.

Setelah konsultasi selesai, para pasien yang notabene merupakan siswa SMA 21 akan menerima resep dari dokter Pancasila yang diisi oleh polisi dan perwakilan dari Dinas Pendidikan Nasional. (Yus)