Sukses

Di Balik Ritual Malam 1 Suro & Tahun Baru Islam

Banyak orang meyakini malam 1 Suro pada 24 Oktober adalah malam keramat, karena banyak kisah mistis menyelimuti acara itu.

Liputan6.com, Jakarta - Tahun ini malam 1 Suro dan Tahun Baru Islam (1 Muharam) jatuh pada tanggal 24 Oktober atau pada Jumat malam. Banyak orang meyakini malam itu adalah malam keramat, karena banyak kisah mistis menyelimuti acara itu.

1 Suro memiliki banyak pandangan dalam masyarakat Jawa, dianggap keramat terlebih bila jatuh pada Jumat legi. Untuk sebagian masyarakat, pada malam 1 Suro dilarang untuk ke mana-mana, kecuali untuk berdoa ataupun melakukan ibadah lain. Namun sebagian masyarakat justru kerap melakukan tradisi, di malam berselimut mistis yang juga bertepatan dengan Tahun Baru Islam atau 1 Muharam.

Di Yogyakarta, ribuan orang mengikuti prosesi mubeng benteng menjelang pergantian Tahun Baru Islam 1 Muharam atau malam tahun baru Jawa 1 Suro. Kegiatan rutin tahunan ini diselenggarakan oleh Paguyuban Abdi Dalem Kaprajan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat bersama-sama dengan Kawula Mataram.

Sementara Keraton Kasunanan Surakarta menggelar kirab pusaka pada peringatan malam 1 Suro, Jumat malam 24 Oktober 2014. Selain mengarak pusaka milik keraton, kirab tersebut juga melibatkan kerbau bule keturunan Kiai Slamet sebanyak 9 ekor sebagai cucuk lampah atau pemandu kirab.

Air yang dipergunakan untuk menjamas (mencuci) pusaka milik Pangeran Mangkunegaran diyakini memiliki tuah bagi sebagian orang. Mereka yang meyakininya, rela berebut air bertuah itu pada Jumat malam di Kompleks Istana Mangkunegaran, Solo.

Jamasan pusaka itu selain bertujuan untuk merawat pusaka juga sebagai simbol untuk mendapat keselamatan.

Salah satu peserta Tapa Bisu Mubeng Beteng kali ini adalah Eko Dewanto yang berasal dari Gantiwarno Klaten Jawa Tengah. Baginya, mengikuti tradisi ini sudah menjadi kewajiban. Alasannya adalah karena tradisi ini bertujuan untuk meminta keselamatan dunia dan akhirat selain juga agar harapannya dapat tercapai.

"Biar selamat dan mendapat rejeki yang banyak. Biar harapan kita dapat dikabulkan," ujar Eko, Sabtu (25/10/2014).

Eko menjelaskan, saat melakukan tradisi Tapa Bisu Mubeng Beteng harus dengan niat yang kuat dan tahan godaan di jalan untuk tidak berbicara selama melakukan mubeng beteng. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi peserta kirab.

Ritual Unik

Ritual unik menyambut Tahun Baru Islam 1436 Hijriah ada di beberapa daerah, salah satunya di Pontianak. Di kota itu, 38 pasangan suami-istri yang telah melalui sidang isbat dan dinyatakan sah pernikahannya dengan penetapan oleh Pengadilan Agama serta memiliki kekuatan hukum, menerima akta atau buku nikah gratis.

Di Gorontalo, digelar pawai akbar yang diikuti lebih dari 1.000 becak bermotor atau bentor hias dan tumpangi oleh sejumlah anak berkeliling kota. Pertunjukan pawai Tahun Baru Islam ini menarik perhatian masyarakat. Sebab banyak warga yang tinggal di sekitar lokasi pawai tumpah ruah ke jalan untuk menyaksikan pawai 1 Muharam tersebut.

Dengan berjalan kaki keliling kampung sambil membawa obor, warga Tambora, Jakarta Barat memeriahkan malam Tahun Baru Islam. Uniknya beberapa atraksi seperti debus, pesta kembang api, hingga pocong dan tuyul pun dihadirkan untuk diarak warga di atas mobil.

Pergantian Tahun Baru Islam 1436 Hijriah di Garut, Jawa Barat disambut sukacita kaum muslim lewat berbagai kegiatan sosial seperti pengobatan dan pembagian sembako gratis untuk para jemaah serta pemotongan tumpeng.

Usai mendapatkan sembako, para jemaah pun menggelar makan gratis sebelum melakukan pawai taaruf. Tak kurang 12 ribu jemaah dengan menumpang berbagai kendaraan tumpah ruah di jalanan menyerukan kebesaran Islam.

Sementara ratusan santri dan warga di Kota Serang, Banten membawa obor sembari bersalawat dan meneriakkan lafaz takbir. "Acaranya udah jadi tradisi tahunan. Dilakuin tiap Tahun Baru Islam 1 Muharam. Bawa obor itu maknanya pindah dari kegelapan menuju kehidupan yang terang," kata Ustad Muhid, salah satu pengajar pondok pesantren di Kota Serang.

Masjid Banten pun ramai dikunjungi para peziarah.

Guna lebih menyemarakkan peringatan 1 Suro di tanah Jawa, sebagian dari santri melakukan atraksi tarian api atau yang lebih dikenal dengan fire dance.

Sementara sebagian warga Jabodetabek menggunakan libur dalam rangka Tahun Baru Islam itu untuk menyerbu kawasan wisata di Cisarua, Puncak, Jawa Barat. Sehingga berimbas pada meningkatnya volume kendaraan. Alhasil jalur Puncak terpantau padat sejak pagi hari.

Berbeda lagi dengan Ketua Majelis Ulama (MUI) Din Syamsuddin, ia mengajak seluruh umat Islam untuk menghadiri perayaan 1 Muharram yang akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, pada Minggu 28 Oktober 2014.

1 Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro di mana bertepatan dengan 1 Muharam dalam kalender hijriah, karena Kalender Jawa yang diterbitkan Sultan Agung mengacu penanggalan Hijriah (Islam). Biasanya diperingati pada malam hari setelah magrib pada hari sebelum tangal 1. Karena pergantian hari Jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam. (Sss)