Sukses

Warga Rebutan Air dan Petani Pakai Cara Tumpangsari saat Kemarau

Berlarian dilakukan oleh warga ketika truk tangki yang membawa air tiba dan sistem tumpangsari dengan menanam berbagai komoditi lainnya.

Liputan6.com, Blora - Berlarian dan berebut, itulah yang dilakukan oleh warga ketika truk tangki yang membawa air tiba di Dusun Kemloko, Desa Sambong Anyar, Kecamatan Ngawen, Blora, Jawa Tengah.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Selasa (28/10/2014), para warga takut tidak kebagian air bersih. Sebanyak 3.000 liter air pun ludes hanya dalam waktu 30 menit.

Sudah 3 bulan terakhir hujan tidak turun lagi di desa yang berpenghuni hampir 3.000 jiwa itu. Sumur dan lahan pertanian sudah kering kerontang.

Pemerintah kabupaten Blora sudah menyusun jadwal distribusi air bersih sampai menjelang musim hujan akhir November mendatang. Ada 60 desa yang tersebar di 16 kecamatan mengalami kekeringan.

Sementara itu, petani di Dusun Grumbul, Desa Selomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta punya cara menghindari kerugian akibat kemarau panjang. Mereka menerapkan sistem tumpangsari dengan menanam berbagai komoditi di lahannya.

Jika biasanya hanya menanam cabai keriting atau kacang saja, kali ini mereka melengkapinya dengan bawang merah, terong, buncis, dan kacang panjang. Jika salah satunya mati, masih ada yang lain yang bisa dipanen.

Cara tumpangsari itu menguntungkan karena menghemat pengeluaran untuk pupuk dan mulsa plastik. Dengan biaya yang sama, pupuk dan mulsa plastik bisa digunakan untuk lebih banyak tanaman saat kelangkaan air seperti sekarang ini. (Yus)

Baca Juga:

Ribut dengan Warganya, Ketua RT di Jember Tewas Bersimbah Darah

2 Bulan Dilanda Kekeringan, Petani Karawang Gagal Panen

Kemarau, Ratusan Kuda dan Kerbau Mati Mengenaskan