Sukses

Gebrakan Perdana Menteri-menteri Jokowi

Hari pertama bekerja, banyak menteri anggota Kabinet Kerja langsung `tancap gas`. Siapa saja mereka?

Liputan6.com, Jakarta - Hari masih pagi di kantor instansi di bilangan Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16, Jakarta Pusat. Sesosok wanita paruh baya tampak bergegas memasuki Gedung Kelautan dan Perikanan. Ternyata ia adalah bos baru kementerian tersebut, Susi Pudjiastuti -- yang sehari sebelumnya dilantik bersama 33 anggota Kabinet Kerja lainnya di Istana Negara, Jakarta.

Dengan berbusana santai dengan rambut dikuncir dan menenteng botol air minum, kehadiran Susi Pudjiastuti langsung disambut para karyawan dan Sekretariat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Menteri Nyentrik

Menteri eksentrik ini muncul di kantor barunya sejak pukul 07.00 WIB, Selasa 28 Oktober 2014. Belum ada acara serah terima jabatan (sertijab), namun Susi yang dikenal sebagai bos operator penerbangan Susi Air dan PT ASI Pudjiastuti ini telah siap memulai hari.

Di hari pertamanya ngantor, menteri berusia 49 tahun itu tak mau memasang target. Namun ia berjanji akan membenahi nelayan di daerah pesisir. "Kantor baru perkenalan, menyamakan, pertama tanya dulu nama-namanya, darimana, background-nya apa. Mau kerja sama-sama kan mesti perkenalan toh," ucap Susi, menteri dari kalangan profesional yang ternyata hanya mempunyai ijazah sekolah menengah pertama atau SMP.

Susi pun membuat suatu gebrakan di kementerian yang dipimpinnya. Kebijakan baru yang diterapkannya yaitu mengubah tradisi jam kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan KKP. Cara kerja ini merupakan gaya seorang mantan bos Susi Air tersebut.

"Saya ubah jam kerja dari awalnya jam 08.00 WIB, jadi jam 07.00 WIB, pulang jam 3 sore," kata Susi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa 28 Oktober 2014.

Kebijakan itu dibuat Susi bukanlah tanpa alasan. "Supaya tidak kena macet. Datang ke kantor lebih segar, pulang lebih sore dan bisa ketemu anak-anak," tutur dia.

Susi adalah salah satu menteri atau anggota kabinet pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) yang langsung `tancap gas`. Padahal, para pembantu Jokowi-JK itu baru sehari dilantik sebagai menteri.

Jangan Panggil Bu Menteri

Sementara, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani tak mau dipanggil Bu Menteri, kecuali saat acara resmi. Lantaran, ia merasa masih muda.

"Saya ini menko paling muda, saya juga biasa dipanggil Mbak, jadi saya mohon jika acara resmi saja panggil ibu Menko, setelah itu panggil mbak saja," ujar Puan saat serah terima jabatan atau sertijab dari Agung Laksono di Kantor Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang dulu bernama Kemenko Kesejahteraan Rakyat di Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 3, Jakarta Pusat, Selasa 28 Oktober 2014.

Selain itu, Puan juga meminta tidak ada istilah program 100 hari. "Saya tidak menyampaikan ada program 100 hari, tapi secepatnya (program dilaksanakan), kita lihat realita yang di lapangan nanti," pungkas politisi PDIP tersebut.

Sebelumnya, putri sulung Presiden ke-6 RI Megawati Soekarnoputri ini mengatakan bakal segera melepas jabatan struktural di PDIP dalam pekan ini. Puan pun menegaskan bahwa para menteri yang berasal dari partai politik juga akan segera melepas jabatannya.

"Yang pasti semua anggota parpol yang ditugaskan di pemerintahan siap melaksanakan tugas secara maksimal," ujar Puan yang kini masih menjabat sebagai Ketua DPP PDIP Bidang Politik itu.

Berbalas Pantun

Lain pula sertijab di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM) yang diwarnai suasana santai, tapi penuh makna. Menkum HAM sebelumnya Amir Syamsuddin dan menteri yang baru Yasonna Laoly berbalas pantun.

Diawali dari Amir Syamsuddin ketika menyampaikan sambutannya mengenai kinerja Kemenkum HAM yang dipimpinnya dengan didampingi Wamenkum HAM Denny Indrayana. Politisi Partai Demokrat itu menutup pidatonya dengan pantun yang diakuinya dikarang oleh salah satu pegawai Kemenkum HAM. Adapun pesan pantun itu tak lain ucapan selamat bekerja bagi Menkum HAM baru yaitu Yasonna.

"Yang wangi batang si daun pandan, yang rimbun pohon rambutan. Yang telah dicapai mohon ditingkatkan, yang belum mohon dilanjutkan," kata Amir, Jakarta, Senin 27 Oktober 2014.

Kemudian Amir pun juga menyampaikan pantun kedua yang diperuntukkan kepada jajaran staf dan pegawai Kemkum HAM. Pantun yang kedua ditujukan kepada para staf, pegawai yang selama ini telah membantunya di Kemenkum HAM.

"Rambutan 3 dekat kuini, tingkap belah tolong rapatkan, sambutan saya sampai di sini, silaf dan salah mohon maafkan," ucap Amir.

Menteri Yasona Laoly tak mau kalah. Usai menyampaikan kata sambutan Politisi dari PDI Perjuangan juga mengemas ungkapan selamat jalan kepada Amir dengan berpantun. Yasona juga berharap bisa bertemu dengan Amir untuk silaturahmi di lain waktu.

"Burung irian burung cenderawasih, terbang tinggi jauh sekali, cukup sekian dan terima kasih, mudah-mudahan kita bertemu kembali," tandas Yasonna Laoly.

Boleh dibilang, semua menteri pemerintahan Jokowi-JK langsung bekerja sesuai amanat sang presiden saat pengumuman dan pelantikan Kabinet Kerja. Ada menteri yang langsung membeberkan program kerja jangka pendek. Ada pula yang langsung membuat suatu gebrakan atau perubahan, bahkan langkah strategis.

Pagi Sertijab, Sore Langsung Rakor

Empat Menko pun sudah menggelar rapat koordinasi atau rakor dengan jajaran menteri di bawah naungan masing-masing. Menko Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Tedjo Edhy Purdijatn, misalnya.

Bertempat di Kantor Kemenko Polhukam di ruang Bima, Jalan Medan Merdeka Barat No 15, Jakarta Pusat, Selasa pagi 28 Oktober 2014, Marsekal TNI Purn Djoko Suyanto resmi menggelar sertijab kepada Laksamana TNI Purn Tedjo Edhy Purdijanto.

Sore harinya, Menko Polhukam yang baru tersebut langsung menggelar rapat koordinasi dengan beberapa kementerian di bawah koordinasinya, termasuk petinggi TNI dan Polri serta lembaga terkait.

Menurut Menko Polhukam Tedjo, para menteri serta instasi terkait telah melaporkan masalah dan agenda yang dihadapi sehingga tidak terjadi overlapping atau tumpang tindih.

"Pada rapat tadi menjelaskan masalah tentang tugas kementerian, jika ada yang overlapping, antar-kementerian bisa dicari solusi untuk itu semua," ujar Tedjo usai melaksanakan rakor di kantornya.

Pertimbangan Insting

Gerak cepat para menteri itulah yang diharapkan Jokowi. Sang Presiden pun tak salah pilih, beberapa menteri bahkan mencuri perhatian publik. Salah satunya Susi Pudjiastuti. Dipilihnya Susi menjadi sorotan khalayak ramai karena wanita yang merupakan pemilik maskapai Susi Air ini hanya lulusan SMP.

Pengamat dari Universitas Islam Kadiri (Uniska), Kediri, Jawa Timur, Zaenal Arifin, menilai hal itu tidak menjadi masalah. Menurut dia, Jokowi mempunyai pertimbangan tersendiri dalam memilih setiap menteri yang akan mendampingi kinerjanya selama 5 tahun ke depan. Selain memerhatikan sisi empiris dan rasional, Presiden juga mempertimbangkan insting.

"Insting ini di luar rasional dan empiris. Mereka yang punya insting kuat bisa sukses, misalnya Dahlan Iskan, ia lulusan SMA (masuk ke kabinet era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono). Dan saya kira Pak Jokowi tidak salah (memilih Susi menjadi menteri)," ujar Zaenal, Selasa 28 Oktober 2014.

Di mata Zaenal, sosok Susi sangat menarik. Dilihat dari sepak terjang selama ini, ia dikenal sebagai sosok yang profesional. Walaupun hanya berijazah SMP dan bukan seorang insinyur, ternyata wanita tersebut bisa mempunyai puluhan pesawat terbang yang disewakannya. Selain itu, wanita yang pernah menjadi penjual ikan itu juga mampu berkembang secara global, mampu mengatur perusahaan dan terbukti sudah sukses.

Zaenal menambahkan, Jokowi sudah cermat terkait dengan pemilihan menteri yang ada di kabinetnya, dan sudah menempatkan mereka sesuai dengan profesinya. "Struktur menteri yang sekarang ada yang dari profesional, tapi pendidikan formal tidak tinggi. Justru, ini yang harus kita dukung," pungkas Zaenal.

Langkah pertama sudah dimulai menteri-menteri Jokowi. Publik tentunya kini menanti langkah-langkah besar demi Indonesia yang lebih baik lagi.

Video Terkini