Sukses

Ahmad Yani: Muktamar PPP Jakarta Lebih Buruk dari Surabaya

Ahmad Yani menilai sudah ada skenario panjang atas penunjukkan Djan Faridz menjadi ketua umum PPP.

Liputan6.com, Jakarta - Terpilihnya politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Djan Faridz sebagai Ketua Umum versi Suryadharma Ali (SDA), membuat mantan anggota DPR Ahmad Yani merasa kecewa.

Menurutnya, proses pemilihan ketua umum PPP secara aklamasi lebih buruk dari Muktamar PPP versi Romi di Surabaya.

"Saya hanya menawarkan pemilihan dipelih secara demokratis. Ini lebih buruk daripada Muktamar di Surabaya. Kan tidak boleh berdasarkan regional. Ini harusnya one man one vote, dan memberikan kesempatan (saya) untuk maju," ujar Yani di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Minggu (2/10/2014) dini hari.

Menurut dia, sudah ada skenario panjang atas penunjukkan mantan menteri Perumahan Rakyat itu. Dirinya pun menegaskan, skenario itu membuat para pendukungnya tak diberikan kesempatan bicara.

"Para DPC-DPC yang mendukung saya tidak diberikan kesempatan ngomong. Saya tidak mengerti kenapa terjadi skenario seperti ini," jelas Yani.

Yani menegaskan akan terus melihat perkembangannya. "Nanti kita lihat saja perkembangannya. Apakah dengan muktamar ini menghasilkan PPP yang lebih baik. Sejarah yang membuktikan. Cara-cara ini mencerminkan partai Islam yang tidak demokratis," pungkas dia.

Djan Faridz ditunjuk menjadi ketua umum PPP oleh DPW dan DPC secara aklamasi. Langkah ini sebelumnya diprotes pendukung Ahmad Yani. Mereka maju dan meneriakkan nama mantan Anggota Komisi III DPR.

"Hidup Ahmad Yani, Hidup Ahmad Yani, Ahmad Yani," ujar para pendukung Ahmad Yani yang berada di ruangan Puri Agung Grand Sahid, Jakarta.

Sementara Ahmad Yani yang menyaksikan hal langsung keluar dari ruang sidang Muktamar. Penuh kecewa, Ahmad pun keluar tanpa berpamitan dengan Suryadharma Ali (SDA) maupun Djan Faridz.