Liputan6.com, Cilacap - Keluarga Sumarti Ningsih (23) tenaga kerja Indonesia (TKI) di Hong Kong, kaget mendengar bahwa anak ketiga dari empat bersaudara ini meninggal dunia dengan tragis. Keluarganya yang berada di Grumbul Banaran, Desa Gandrungmangu, Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah itu pun berharap agar jenazahnya segera dipulangkan.
Ayah Sumarti Ningsih, Ahmad Kaliman (58) mengatakan mengetahui kabar tentang kematian anaknya tersebut pada Senin 3 November 2014. Saat itu ada petugas kepolisian yang datang ke rumahnya dan mengabarkan jika anaknya mengalami musibah.
Agen TKI di Hong Kong pun menelepon Ahmad dan mengabarkan jika anaknya menjadi korban pembunuhan dan sekarang sedang diproses oleh kepolisian setempat.
"Saya terkejut sekali memang, dan saya diminta tabah. Dari agen bilangnya kalau anak saya meninggal sudah dibungkus," kata Ahmad, Senin (3/11/2014).
Suratmi, ibunda Sumarti Ningsih terakhir berhubungan melalui telepon pada 15 Oktober 2014. Sumarti yang sudah memiliki satu anak ini mengatakan akan pulang ke Indonesia pada 2 November 2014. Sebab, visa turisnya selama tiga bulan sudah habis.
"Pas malam Rabu tanggal 15 Oktober lalu, dia bilang mau pulang tanggal 2 November ini. Ditunggu-tunggu nggak ada kabarnya, dihubungi nomor teleponnya sudah nggak aktif," beber Suratmi. Bahkan, teleponnya sudah tidak aktif sejak 10 hari terakhir.
Dia pun merasa khawatir karena anaknya susah dihubungi. Namun pada Senin 3 November 2014, Suratmi mengecek ke bank BNI untuk melakukan print out buku tabungan milik Sumarti Ningsih. Ternyata terakhir dia menabung pada 22 Oktober silam, sehingga diperkirakan pada tanggal itu anaknya tersebut masih hidup.
Firasat Ayah Korban
Ahmad Kaliman yang juga sebagai ketua RT ini mengaku mendapatkan firasat sebelum mendengar kabar meninggalnya anaknya tersebut. Namun, awalnya dia hanya menganggap itu hanya sebuah mimpi.
"Sabtu malam saya mimpi lihat pesawat di depan rumah, di jendela pesawat kok saya melihat anak saya itu. Mungkin itu pas kejadian anak saya meninggal," beber Ahmad.
Ibunya, Suratmi juga mengaku tidak ada yang berubah dari anaknya sebelum berangkat ke Hong Kong. Anaknya yang satu ini selalu ceria dan sangat menyayangi keluarganya.
Sumarti Ningsih, menurut Ahmad, lahir di Bongo Tebu pada 22 April 1991. Dia yang hanya lulus sekolah dasar ini sempat mengikuti kursus suster di Jatinegara, Jakarta Timur. Bahkan sampai bekerja di Bangka dan kota lainnya. Sampai akhirnya dia menikah dengan warga Semarang secara siri dan memiliki satu anak bernama Muhammad Hafid Arnovan yang lahir pada 19 November 2009.
Pada 2011, Sumarti pergi ke Hong Kong melalui PT Arafah Bintang Perkasa. Selama dua tahun delapan bulan dia bekerja di wilayah bekas koloni Inggris yang kini masuk bagian negara China tersebut.
Setelah pulang dia tidak lantas bekerja di Gandrungmangu, namun memilih untuk kursus menjadi disk jockey (DJ) di Yogyakarta. Selama lima bulan kursus di Doperspinners mendapatkan sertifikat Basic DJ Mixing Course, dengan grade Good.
"Baru satu bulan di rumah, dia pergi ke Hong Kong lagi, tapi kali ini pakai visa wisata. Saya sudah larang, tapi dia pingin nyari uang dan ingin nabung untuk masa depan anaknya, maka kami silakan saja," imbuh ayahnya
Karena menggunakan visa wisata dia pun hanya mendapatkan visa selama tiga bulan. Sumarti sempat kembali ke rumah sebelum Ramadan lalu, tapi usai Lebaran tepatnya pada 2 Agustus 2014, kembali ke Hong Kong. Ia rencananya akan pulang pada 2 November ini. "Saya tahunya anak saya kerja di restoran," pungkas Ahmad.
Firasat Orangtua Sebelum Sumarti Dibunuh di Hong Kong
Keluarga Sumarti Ningsih, TKI yang dibunuh di Hong Kong, pun berharap agar jenazahnya segera dipulangkan.
Advertisement