Liputan6.com, Sleman - Meski tertatih, Mbah Rubinem masih bisa melangkah mantap ke sebuah kampus di kawasan Sleman, DI Yogyakarta. Kesan renta tak berdaya seolah sirna saat si mbah mulai menembang. Ya, inilah maestro sinden 3 zaman Maria Magdalena Rubinem.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Selasa (4/11/2014), meski sudah berusia 89 tahun, suara emas si mbah tak lekang dimakan zaman.
Dulu, Mbah Rubinem menjadi salah satu sinden kesayangan Presiden Soekarno. Ia sudah menjadi pesinden sejak masa pendudukan Belanda tahun 1943 saat masih berusia 18 tahun.
Rubinem menceritakan pengalamannya saat nyinden beberapa puluh tahun lalu. Saat ada pertunjukan wayang, Presiden Pertama RI itu kerap duduk di belakang penyinden.
"Kalau ada wayangan itu saya sinden, Pak Karno ada di belakangku duduknya. Sampai (saya) mau pipis saja malu," kenang Rubinem.
Meski bergelar maestro dan memperoleh berbagai penghargaan, namun Mbah Rubinem harus menjalani hari-hari sulit di masa tuanya. Untuk menyambung hidup, si mbah harus berjualan nasi gudeg di sebuah warung kecil di sudut Terminal Jombor, Sleman sejak 40 tahun lalu.
Si mbah berharap, pemerintahan baru Indonesia di bawah pimpinan Jokowi-JK mempunyai perhatian lebih kepada nasib seniman. Para seniman yang berdedikasi tinggi terhadap pelestarian budaya di tanah air diharapkan tak lagi terlunta-lunta di masa tuanya.
Tubuh Mbah Rubinem tak lagi tegap, Namun semangatnya tetap membara agar seni tembang tradisional Jawa tetap lestari. (Mut)
Baca juga:
Kisah Susi Air Tembus Meulaboh Kala Tsunami Aceh
Baca Juga
Menkes: Ebola Tidak Ada di Indonesia, Tapi...
Advertisement
Jalur Terdampak Longsor Dibuka, Lalu Lintas di Aceh Belum Normal