Sukses

Kritik Logo Baru Yogya, Puluhan Desainer Sumbang Ide

Warga dan desainer visual sebelumnya mengkritik logo dan tagline yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Liputan6.com, Yogyakarta - Logo dan tagline baru Kota Yogyakarta dinilai jauh dari ciri khas kota budaya ini. Warga dan desainer visual mengkritik logo dan tagline yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Logo baru dengan kata 'Jogja' yang terbaca 'Togua' dinilai menjadi kesalahan yang dibuat Pemprov DIY melalui pembuatnya Hermawan Kertajaya.

Bahkan kata 'Jogja' yang terbaca 'Togua' dinilai sebagai efek dari kesalahan komunikasi visual. Selain itu kata 'Jogja' yang berwarna kemerahan juga bukanlah khas Yogyakarta. Karena Yogyakarta akar sejarahnya mengacu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang mempunyai tanda warna hijau.

"Hijau itu warna keraton. Kalau merah ganti aja jangan Jogja. Togua itu efek dari mis komunikasi sosial. Togua menjadi plesetan yang cukup kuat, tapi tidak menguntungkan Jogja. Tagline-nya istimewa nggak usah di-inggris-kan," ujar konsultan komunikasi visual Sumbo Tinarbuko di Yogyakarta, Selasa (4/11/2014).

Sumbo mengatakan kritikan yang dilakukan komunitasnya Jogja Darurat Logo sebagi bentuk terima kasih para desianer yang besar di Yogya. Menurut Sumbo pihaknya tidak hanya mengkritik, tapi juga memberi masukan dan ide kepada pemerintah yang dinilai membutuhkan bantuan. Hingga saat ini sudah ada 60 karya yang terkumpul.

"Ini sebagai bentuk terima kasih desainer grafis akar rumput di Yogya dengan membuat komunitas Jogja Darurat Logo. Tadi sekitar 60  orang ada 60 karya. Yang terkumpul dan nanti yang memberikan karya nanti kita kasih piagam. Piagam visual kita kirim ke akun mereka," ujar Sumbo.

Setelah terkumpul pihaknya akan menyerahkan hasil logo yang dikumpulkan komunitasnya kepada pemerintah daerah DIY. Sumbo mengaku tidak akan memilih salah satu yang terbaik dari karya yang terkumpul. Ia hanya akan menyerahkan hasil tersebut. Keputusan logo yang akan dipakai tetap berada di Pemprov DIY.

"Sepertinya kita sudah selesai karena sekarang bolanya ada di Bappeda DIY," ujar dia.

Sumbo menyerahkan sepenuhnya keputusan akan menggunakan logo baru hasil kreasi dari Hermawan Kertajaya atau dari Komunitas Jogja Darurat Logo. Namun jika nantinya akan memutuskan logo itu harapannya logo baru tersebut dapat menyejahterakan rakyat Yogya.

"Apakah tetap dengan dari Hermawan atau dari teman-teman komunitas. Kalau disepakati apakah rebranding akan memberikan peristiwa budaya, peristiwa ekonomi atau tidak. Apakah nanti itu berwujud pada kesejahteraan pada rakyat," tutur dia.

Harus Bermuatan Akar Sejarah

Lebih jauh Sumbo memaparkan, logo sebuah kota sangat penting. Khususnya bagi Daerah Istimewa Yogyakarta yang sangat tinggi kunjungan wisatanya. Sumbo menyebut perlu adanya rebranding logo Yogyakarta sebelumnya yang sudah lama belum diganti.

"Identitas menjadi penting karena jadi penanda sebagai kota. City branding ini untuk menunjukkan jati diri sebuah kota. Logo yang dimunculkan oleh pemda perlu adanya rebranding. Zaman tidak akan statis," ujar Sumbo.

Sumbo mengingatkan kepada Pemprov DIY bahwa logo dan tagline yang diusulkan pemda harus melihat adanya akar sejarah dari DIY. Akar sejarah itu bermuara di keraton dan kampung. Dua hal inilah yang seharusnya dipikirkan Pemprov DIY dalam membuat logo dan tagline baru.

"Jogja itu lalu kembali ke keraton sebagai akar sejarah. Apapun iu harus mempertimbangkan keraton dan kampung. Itu jadi ciri. Solo branding-nya jauh lebih bagus, Bandung mulai menarik," tukas dia.

Sumbo menegaskan jika dirinya tidak melakukan aksi tandingan dalam logo dan tagline baru Yogyakarta. Menurut dia, saat ini pembuatan logo dan tagline baru Yogyakarta masih perlu adanya masukan dari rakyatnya. Karena hasil logo dan tagline tidak sesuai dengan ciri khas kota Yogyakarta. Untuk itu dirinya membuat gerakan rakyat dengan Jogja Darurat Logo yang diisi oleh desainer seniman penulis dan mantan wartawan.

"Di komunitas Jogja Darurat Logo ini ada 7 atau pitulungan bagi logo baru. Jadi kita ini menyumbangkan kepada pemerintah karena pemerintah membutuhkan. Sumbangan dari baca ulang dari logo yang dikeluarkan oleh pemda. Kita tidak membuat tandingan. Nggak kita nggak buat tandingan. Kita nyumbang, kita shodaqoh ide dan itu lebih luar biasa," pungkas Sumbo.