Liputan6.com, Jakarta - Ketua Setara Institute Hendardi mengatakan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi harus menunjukan revolusi mental yang selalu digaungkan, saat memilih Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Menurut dia, Kepala BIN mendatang tak harus berasal dari kalangan militer ataupun pensiunan militer.
"Sekarang paradigmanya harus diubah. Kepala BIN bisa dari kalangan sipil, intelijen profesional," kata Hendardi di kantornya, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Rabu (5/11/2014).
Hal tersebut lantaran, kata dia, saat ini tantangan intelijen bukan hanya terkait militer saja. Namun menurutnya, berkembang lebih kepada cyber crime, memahami kondisi pasar, dan juga terkait dengan kondisi keuangan.
"Sekarang bukan militer yang jadi ancaman. Tapi cyber crime harus diperhatikan, bagaimana kondisi pasar," ucap dia.
Masih kata Hendardi, untuk jabatan Kepala BIN, Jokowi tampak tersandera oleh elite-elite partai politik yang sama-sama menyodorkan kandidat. Menurutnya, hal itu tidak perlu terjadi, karena jabatan Kepala BIN adalah salah satu referensi penentu arah pembangunan bangsa.
"Karena posisinya amat vital, Jokowi semestinya mengabaikan berbagai kontestasi yang dihadirkan oleh para pimpinan Parpol," tandas Hendardi. (Riz)
Setara Institute Sarankan Kepala BIN Tak Harus dari Militer
Ketua Setara Institute Hendardi mengatakan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi harus menunjukan revolusi mental saat memilih Kepala BIN.
Advertisement