Liputan6.com, Jakarta - Banjir seperti sudah menjadi sendi kehidupan warga Kampung Pulo, Jakarta Timur. Berbagai cerita pun sudah dialami mereka. Salah satunya menyelamatkan diri dari terjangan banjir setinggi 6 meter pada 2007 lalu.
Pengalaman ini dirasakan langsung salah seorang warga bernama Syarif. Banjir 2007 itu memang terkenal sebagai bencana terbesar yang pernah terjadi di Jakarta.
Kala itu, banjir cukup besar melanda pemukiman pada penduduk di lokasi itu. Tak tanggung-tanggung, air mencapai 6 meter. Hampir seluruh rumah terendam sampai ke bagian atap.
"Semuanya terendam. Lantai 2 gentengnya sudah nggak kelihatan. Paling cuma satu dua rumah yang agak tinggi aja yang masih kelihatan gentengnya," kata Syarif saat berbincang dengan Liputan6.com, Jumat (14/11/2014).
Kebetulan, kediaman Syarif berada di Gang V yang letaknya tak jauh dari bibir kali Ciliwung. Dia bersama warga yang biasa melakukan sweeping dan penyelamatan pertama kepada warga lainnya sudah bingung dengan kondisi air yang semakin tinggi. Akhirnya, mereka memutuskan untuk berenang menyusuri kali hingga ke tepian.
"Kalau kita lewat gang nggak mungkin bahaya. Rumah seng semua. Akhirnya kita pilih berenang," ungkap Syarif.
Dia menuturkan, butuh keberanian lebih untuk menerjang derasnya air Kali Ciliwung yang tak jarang memakan korban tewas. Beruntung, keseharian berada di pemukiman itu membuat dirinya dan beberapa warga lain sudah hafal dengan letak perbatasan kali.
"Setiap hari di sini kan, sudah hafal di sini pohon bambu, di sini ada jaro (pagar berduri). Sudah kayak buaya dah," ungkap pria yang akrab disapa Jack ini.
Syarif menceritakan, suatu waktu dia bersama warga lain sedang berenang untuk keluar dari pemukiman yang sudah rata dengan air. Tak disangka, pagar yang selama ini polos kini dipasangi kawat berduri. Dia sempat kesulitan mengubah arah badannya untuk menghindari kawat berduri itu. Beruntung, warga yang melihat dia sedang berenang langsung memperingatkannya.
"Nggak tahu tiba-tiba ada jaro. Untungnya belum ketutup air. Warga lihat langsung teriak nyuruh saya nyelem. Sudah saya nyelem aja karena durinya cuma di atas," ujar Dia.
Dia kembali terkenang betapa gelapnya kondisi saat itu. Air Kali Ciliwung yang cokelat pekat membuat pandangan sangat minim.
"Untung bisa lewat terus berenang lagi ke pinggir pembatas kali yang sekarang lagi ditinggin itu," ungkap Dia.
Baginya, tidak ada banjir yang lebih besar dari peristiwa 2007. Banjir 2012 dan diawal 2014 pun dianggapnya sudah sangat biasa. Warga masih bisa tinggal di lantai 2 rumah sehingga tidak perlu mengungsi.
"Kemarin mah nggak ada apa-apanya. Jauh sama 2007. Yang tahun lalu juga biasa saja. Masih bisa di rumah. Kalau 2007 semua mengungsi 3 bulan di jalan," tutup Syarif. (Ein)
Cerita Warga Kampung Pulo Menyelam Saat Banjir Setinggi 6 Meter
Dia menuturkan, butuh keberanian lebih untuk menerjang derasnya air Kali Ciliwung yang tak jarang memakan korban tewas.
Advertisement