Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga mantan ketua umum Partai Golkar membantah kalau dia menolak Aburizal Bakrie atau Ical untuk maju kembali sebagai ketua umum Partai Golkar. JK mengaku dia hanya membuat penilaian mengenai kinerja Ical selama menjadi ketua umum Golkar dan mengambil contoh pada pengalamannya dulu yang menolak untuk maju kembali sebagai ketua umum Golkar.
"‎Saya tidak menilai, cuma itu kan saya bicara fakta-fakta yang ada. Saya menilai diri saya sendiri, bahwa saya waktu turun dari ketua umum Golkar dia punya pencapaian, saya langsung turun, saya mau berhenti tidak mau dipilih lagi," ujar JK di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat, (14/11/2014).
Baca Juga
Ia pun meminta agar musyawarah nasional (munas) tetap dilaksanakan sesuai amanat AD/ART Partai Golkar yaitu pada awal 2015. Ia juga meminta agar proses pemilihan ketua dan munas dilakukan dengan transparan tanpa ada kecurangan. ‎
"Pokoknya itu harus sesuai undang-undang, aturan AD/ART partai, terbuka dan jangan gelap-gelapan," kata JK.
Sebelumnya, saat ditanya mengenai rencana Ical maju kembali sebagai ketua umum Golkar, JK terlihat kurang sepakat dengan keputusan tersebut. Menurut dia, sebelum memutuskan kembali maju sebagai ketua umum, harus dilihat apakah kinerja Ical selama memimpin Golkar cukup baik atau justru mengalami kemunduran.
JK pun bercerita mengenai pengalamannya saat diminta maju sebagai ketua umum Partai Golkar untuk kedua kalinya, tapi tawaran itu ditolak karena JK menganggap dukungan yang dimiliknya berkurang.
"Waktu saya sebagai ketua dulu karena suara saya turun, saya langsung gentleman mengatakan saya turun tidak mau maju lagi," ucap JK.
‎Melihat kondisi Golkar di bawah kepemimpinan Ical, JK melihat selama ini banyak terjadi kemunduran dan berbagai masalah. Ia pun meminta agar Ical mencontoh dirinya untuk menolak maju sebagai ketua umum Golkar untuk kedua kalinya.
JK yakin, melihat aspirasi kader Golkar dan kinerjanya kurang baik, Ical tidak akan maju kembali untuk kedua kalinya dan bersedia menyerahkan kepemimpinan Golkar kepada yang lain. "Karena sekarang lebih turun lagi, banyak macam-macam masalah, tidak ada dicapai, maka tentu saya yakin Ical legowo untuk mengakui itu," ucap JK.
Wapres Jusuf Kalla menjadi Ketua Umum Golkar pada 2004-2009. Saat itu, JK juga menjabat wapres mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Adapun Ical, mulai menjabat ketua umum Golkar pada 2009, menggantikan JK.
Selama di bawah kepemimpinan Ical, perolehan suara Golkar dalam pemilu tahun ini hanya meningkat sedikit dari pemilu sebelumnya, yakni 14,75 persen pada Pemilu Legislatif 2014 dan 14,45 persen pada Pemilu 2009. Kendati demikian perolehan kursi Golkar di DPR turun dari 106 menjadi hanya 91 kursi. (Ans)
Advertisement