Sukses

Jalur Belakang Rusunawa

Rumah susun yang diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu pada realitanya berbeda.

Liputan6.com, Jakarta - Segel menyegel rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) jadi agenda rutin Pemprov DKI Jakarta akhir-akhir ini. Stiker merah yang tertempel di kaca jendela menunjukkan hunian ini punya masalah serius.

Puluhan aparat dari Dinas Perumahan terpaksa bertindak tegas menyegel beberapa unit di Rusun Marunda Jakarta Utara. Penyegelan ini karena pemerintah mengendus pemanfaatannya sudah melenceng dari tempat hunian menjadi lahan jual beli. Rusunawa yang menguntungkan beberapa pihak tak bertanggung jawab.

Aparat Pemprov DKI Jakarta juga mampir ke Rusun Griya Tipar, Cakung, Jakarta Timur. Beberapa penghuni rusun histeris saat petugas berniat menyegel kediamannya karena menunggak tagihan bulanan.

Beberapa unit lain juga jadi sasaran petugas dalam penempelan paksa stiker merah alias kembali disegel. Alasannya lagi-lagi urusan sewa menyewa yang bermasalah.

Adanya beberapa fakta penyimpangan yang banyak terjadi di Rusunawa, membuat tim Sigi Investigasi tergelitik menyelidiki persoalan di hunian yang dikhususkan bagi masyarakat korban gusuran itu.

Pencarian fakta tim kami awali di rusun yang lokasinya masuk wilayah Jakarta Timur. Kami masuk lebih dalam ke rusun yang ternyata masih dalam tahap pembangunan ini. Tim kami menduga dengan banyaknya unit yang belum berpenghuni, penyelewengan fungsi rusun besar kemungkinannya terjadi.

Sebuah tempat tongkrongan sederhana jadi ajang mengorek info. Ada yang menarik, petugas keamanan rusun justru jadi pintu awal kecurangan.

Meningkatnya pembangunan rumah hunian sederhana bersubsidi di Ibukota memang sangat terasa belakangan ini. Sejak program bersih-bersih dalam penataan kota khususnya di bantaran sungai Jakarta, rusun terus dikebut sebagai wujud sarana tempat tinggal pengganti bagi masyarakat yang terkena imbas gusuran.

Rusun Jatinegara misalnya, sebanyak 518 hunian siap dibagikan khusus masyarakat yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung. Sementara di Jakarta Barat dengan total hunian 800 hunian, 3 blok sudah rampung pengerjaan dan difungsikan sebagai rumah tinggal dan sisanya akan rampung akhir tahun ini.

Murah dan nyaman, 2 kata ini mewakili kehidupan di dalam Rusunawa. Biaya sewa yang bersahabat kurang lebih Rp 250 ribu per bulan khusus bagi warga relokasi, hunian ini bisa dinikmati seperti milik sendiri.

Murahnya sewa terkait kepatutan terhadap status penghuni rusun, lalu jadi bahan pertanyaan. Rumah susun yang diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu pada realitanya agak berbeda. Mobil-mobil yang terparkir di halaman depan salah satu rusun di Jakarta lumayan memancing tanda tanya.

Penelusuran tim Sigi dilanjutkan. Informasi berharga pun kembali kami dapat. Dari obrolan panjang, kami dijanjikan negosiasi langsung dengan pemilik rusun yang akan dipindahtangankan esok hari.

Esok hari janji kami tagih. Lokasi pertemuan bergeser 1 kilometer dari Rusunawa. Mungkin ini cara aman agar tidak tercium gelagat curangnya.

Blak-blakan, itu yang tergambar dari calo rusun satu ini. Bahkan sebuah trik jitu dibeberkan agar hunian bisa sampai di tangan. Ibarat seorang marketing handal, promo 3 hari langsung bisa pegang kunci hunian dijaminkan. Kiprahnya dalam dunia percaloan cukup licin, hingga sekecil apa pun celah aturan yang mengganjal mampu dilewati.

Bagaimana penelusuran jual beli rusun selanjutnya? Saksikan selangkapnya dalam video yang ditayangkan Sigi Investigasi SCTV, Sabtu (15/11/2014), di bawah ini. (Ado)