Liputan6.com, Jakarta - Makassar bergejolak, rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) jadi pemicunya. Namun tiada hari tanpa aksi demo dari mahasiswa.
Membakar ban, membawa poster, berorasi hingga menyegel mobil tangki pengisi BBM. Di lain waktu unjuk rasa kerap kali berakhir ricuh. Ironisnya bukan hanya mahasiswa yang melakukan kekerasan tapi sejumlah oknum polisi pun terpancing. Jurnalis jadi sasaran amuk polisi.
Sejumlah fasilitas kampus juga dirusak oleh polisi. Korban berjatuhan. Wakapolres Sulawesi Selatan terkena panah pendemo.
Sungguh anarkis, aspirasi rakyat tak semestinya dicederai dengan kekerasan, balas dendam dan saling serang. Warga pun geram dan mengutuk segala bentuk kekerasan atas nama rakyat yang menolak kenaikan harga BBM.
Pemerintah belum resmi mengumumkan kenaikan harga BBM. Namun gejolak sosial sudah mulai terasa di sejumlah daerah di Tanah Air.
Sejumlah warga mulai menyerbu SPBU untuk mengisi penuh tangki bensinnya. Ada kecurigaan situasi ini dimanfaatkan oknum untuk menimbun BBM dan selanjutnya dijual nanti pada saat harga BBM telah naik.
Harga sejumlah kebutuhan bahan pokok juga mulai melambung tinggi seiring dengan munculnya wacana kenaikan harga BBM. Namun Presiden Jokowi nampaknya tetap bersikeras akan menaikkan harga BBM.
Alasannya selama ini BBM subsidi justru dinikmati oleh kalangan atas sebesar 71 persen. Anggaran untuk subsidi BBM terbesar yaitu Rp 142, 8 triliun, Rp 115,4 triliun untuk infrastruktur dan hanya Rp 44 triliun untuk subsidi kesehatan. Lalu sudah tepatkah kebijakan untuk menaikkan harga BBM subsidi ini menurut masyarakat?
Bagaimana komentar mereka mengenai rencana kenaikan BBM? saksikan selengkapnya dalam tayangan Kopi Pagi (Komentar Pilihan Liputan 6 Pagi) yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (16/11/2014), di bawah ini. (Ado)