Liputan6.com, Jakarta - Ratusan mahasiswa Hisbut Tahrir Indonesia Yogyakarta menggelar demonstrasi menolak kenaikan harga BBM. Koordinator lapangan Nasruri mengatakan, aksi penolakan dilakukan dengan mendorong mobil dan motor dari jalan Jenderal Sudirman menuju Gedung DPRD DIY.
Tidak hanya mendorong mobil dan motor, mahasiswi yang ikut berdemo juga membawa peralatan dapur untuk menggambarkan kenaikan harga BBM telah membuat ibu-ibu kesulitan memasak.
"Rakyat menjerit, rakyat kecil sedang kesusahan. Aksi dorong mobil sebagai imbas bagi sopir angkot yang terkena dampak kenaikan harga BBM. Lalu dorong motor juga. Lalu ibu bawa peralatan masak, yang mikir mau masak apa karena bingung harga BBM naik," ujar Nasruri Jumat (21/11/2014).
Menurut Nasruri, mahasiswa HTI sebenarnya tidak mempermasalahkan kenaikan harga BBM sebesar Rp 2.000. Yang dipermasalahkan yakni dengan kenaikan harga BBM, pemerintah membuka akses pengelolaan sumber daya alam (SDA) oleh asing. Inilah yang membuat mahasiswa jengah dan turun ke jalan.
"Seribu dua ribu nggak masalah, tapi apa yang dilakukan justru membuka seluasnya SDA yang dikelola oleh asing. Sistem ini yang menyebabkan kezaliman," ujar Nasruri.
Dalam aksinya, mahasiswa berorasi menolak keputusan pemerintah menaikkan harga BM dan menuntut agar SDA khususnya migas, harus dikelola dengan baik. Aksi 200 mahasiswa HTI ini membuat arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Mangkubumi, dan Malioboro macet.
Demonstrasi ini merupakan salah satu demo yang dilakukan mahasiswa di beberapa daerah di Indonesia, setelah Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi pada Senin 17 November 2014. Kenaikan harga BBM berlaku sejak Selasa 18 November 2014 pukul 00.00 WIB.
Jokowi menjelaskan alasan kenaikan harga BBM bersubsidi untuk dialihkan ke dana pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial masyarakat. (Sun/Sss)
Advertisement