Liputan6.com, Jakarta - Banyak pihak melihat bahwa Presiden Joko Widodo sangat tidak tepat menaikkan harga BBM Subsidi saat ini. Pasalnya, saat ini harga minyak mentah dunia sedang turun. Harga minyak dunia saat ini berada di kisaran US$ 80 per barel. Harga tersebut turun jika dibanding dengan tengah tahun yang berada di atas US$ 100 per barel.
Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika, keputusan pemerintah tersebut akan menjadi yang pertama kali dalam sejarah Indonesia, di mana kenaikan harga BBM bersubsidi dilakukan di saat harga minyak dunia justru sedang terjun bebas.
"Selama ini kenaikan harga BBM itu belum pernah dilakukan saat harga minyak dunia turun, jadi ini pertama kali dan aneh," kata politisi dari Partai Gerindra tersebut.
Kardaya pun bercerita, di beberapa negara lain, saat harga minyak dunia turun, pemerintahnya juga menurunkan harga BBM. Contohnya, China yang menurunkan harga jual BBM di SPBU pada 1 November lalu. Ini adalah ketujuh kalinya sejak Juli, China menurunkan harga BBM-nya karena harga minyak mentah internasional terus merosot.
Tapi jika dikurskan dengan rupiah harga BBM China masih lebih tinggi dibanding Indonesia seharga Rp 14.798 per liter atau US$ 1,22 per liter. (Baca juga: Daftar Harga BBM di 16 Negara, Mana yang Termurah & Termahal?)
"Memang indikator perubahan harga BBM itu ada dua, selain harga minyak dunia juga karena nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), tapi ini tidak relevan," tegasnya.
Selisih harga minyak dari yang tercantum di APBN-P 2014 dengan harga minyak sekarang yang ada di kisaran US$ 74,29 per barel sebesar 30 persen. Sementara di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah dijelaskannya sebesar 5 persen.
"Kalau di-balance itu masih ada sisa penurunan 25 persen. Ini kemana? Jadi saya perkirakan pemerintah akan menurunkan, ternyata malah tidak," papar mantan Gubernur OPEC untuk Indonesia tersebut.
Namun, menurut Ekonom ReforMiner Institute, Komaidi, menghitung harga BBM tidak sesederhana hal tersebut. Saat harga minyak di atas US$ 100 per barel, subsidi pemerintah mengalami pembengkakan yang cukup tinggi. hal tersebut terjadi karena nilai tukar rupiah terus melemah.
Artinya, kenaikan harga yang terjadi saat ini sebenarnya untuk menutupi kekurangan yang terjadi pada pertengahan tahun lalu.
Tak Ada Perbandingan Aple to Aple
Tak Ada Perbandingan Aple to Aple
Said Didu menjelaskan, sebenarnya tidak bisa membandingkan harga BBM di Indonesia dengan negara lain. “Tak ada yang sama persis kondisinya dengan Indonesia,” tuturnya.
Banyak hal yang membedakan. Ada negara yang melakukan subsidi tetapi ada juga negara yang tidak melakukan subsidi. Ada negara yang subsidinya dilakukan oleh pemerintah tetapi ada juga yang dilakukan oleh perusahaan.
Sebagai contoh, jika dibandingkan dengan Malaysia, harga premium di Indonesia ternyata lebih mahal dari harga BBM setara Pertamax Plus di Negeri Jiran itu yang dipatok seharga 2,3 ringgit atau Rp 8.300 (Kurs: Rp 3.620/ringgit).
Padahal kualitas Pertamax Plus jauh lebih tinggi dari premium karena bensin RON 95. Di Indonesia, harga Pertamax Plus mencapai Rp 11.600 per liter.
Namun di Malaysia, bensin beroktan 95 ternyata masih disubsidi pemerintah, sementara di Indonesia, masuk dalam kategori BBM non subsidi.
Advertisement