Liputan6.com, Jakarta - Ibunda Ade Sara Angelina Suroto, Elizabeth Diana Dewayani tampak berbeda dibanding sidang-sidang sebelumnya. Paras putih nan ayu kini jarang dihiasi senyum. Dia lebih banyak diam dan berpegangan dengan salah seorang kerabat wanitanya.
Seperti pantauan Liputan6.com di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (25/11/2014), Elizabeth juga terlihat sibuk mondar-mandir ke toilet di sela-sela waktu menjelang persidangan. Wajah putihnya kini malah terlihat pucat dan lemas. Sesekali dia mengeluh mual dan ingin muntah.
Wanita yang mengenakan kemeja garis-garis merah muda dengan celana jeans itu, terlihat hanya duduk di kursi tunggu bagian depan. Tak banyak yang dilakukan. Dia hanya bisa termenung sambil menyandarkan kepalanya ke bahu kerabat yang sedari tiba sudah menemani.
Saat berdiri, tanganya berusaha menutupi mulutnya untuk menahan rasa mual. Dia juga sesekali meminta sapu tangan kepada sang suami, Suroto, agar bau di sekitar tak semakin memicu mual semakin parah. Suroto lalu mengantar istrinya ke toilet sebelum mengikuti sidang lanjutan.
Di ruang sidang, Elizabeth duduk di kursi terdepan. Tepat di sebelah kanan kerabat dan Suroto ada di sisi kirinya. Dengan seksama dia mendengarkan duplik dan replik yang dibacakan kuasa hukum terdakwa Ahmad Imam Al Hafitd dan Assyifa Ramadhani atau Syifa serta Jaksa Penuntut Umum.
Tangan kanannya terus melekat di lengan kerabatnya, saat mendengar pembelaan yang terus dilayangkan kuasa hukum Hafitd. Tubuhnya juga terlihat lemas dan tidak begitu semangat seperti hari biasanya. Usai sidang, Elizabeth kembali ke toilet, lalu duduk kembali di kursi depan ruang sidang.
Saat ditanya tentang kondisi sang istri, Suroto mengaku, Elizabeth memang sedang tidak enak badan beberapa pekan ini. Suroto memang tidak menyebutkan penyakit yang menggangu stamina istrinya itu.
"Ya, memang sudah 2 minggu ini sedang tidak fit," kata Suroto di sela-sela persidangan.
Suroto mengungkapkan, tidak hanya faktor cuaca yang sedang pancaroba, ada hal lain yang membuat sang istri menurun kesehatannya. Dia meyakini, ada gangguan psikis yang dialami sang istri, apalagi jelang vonis kasus pembunuhan anaknya.
Tekanan-tekanan itu dirasa cukup memengaruhi kondisi kesehatan sang istri. Belum lagi, mendengar berbagai 'akrobatik' hukum melalui pledoi dan duplik yang disampaikan kuasa hukum terdakwa Hafitd dan Syifa.
"Psikis juga, cuaca juga. Apalagi, ini kan mulai kelihatan mereka melakukan pembelaan, sudah mau dekat vonis. Ya tekanan-tekanan semacam itu ada," ungkap Suroto.
Meski begitu, dia bersama sang istri bertekad akan tetap mengawal tahapan sidang. Suroto tidak ingin ketinggalan satu sidang pun dan mendengar sendiri hasil keputusan hakim nantinya.
"Ya, kita tetap akan mengawal sidang agar hukum bisa berjalan sebagaimana mestinya," tutup Suroto.
Ade Sara dibunuh mantan kekasihnya Hafitd dan temannya Assyifa pada Maret lalu. Pembunuhan Ade Sara dilakukan di dalam mobil Hafitd setelah diajak jalan-jalan ke beberapa tempat.
Ade Sara disetrum, mulutnya disumpal kertas koran dan tisu, lehernya dijerat tali tas. Mayatnya lalu dibuang di pinggir tol JORR kawasan Bintara, Bekasi, Jawa Barat. Polisi kemudian membekuk kedua terdakwa di lokasi berbeda. (Rmn)
Tekanan Psikis Jelang Vonis, Kesehatan Ibunda Ade Sara Menurun
Tangan kanan ibunda Ade Sara, Elizabeth terus memegang lengan kerabatnya saat mendengar pembelaan dari kuasa hukum Hafitd.
Advertisement