Sukses

Cek Banjir Jakarta, BPBD dan Twitter Ciptakan PetaJakarta.Org

Untuk membagi informasi keadaan di Jakarta dengan menggunakan media sosial Twitter, BPBD bekerja sama dengan beberapa pihak.

Liputan6.com, Jakarta - Untuk membagi informasi keadaan di Jakarta dengan menggunakan media sosial Twitter, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta bersama Universitas Wollongong, Australia dan Twitter telah meluncurkan PetaJakarta.org.

Direktur Penelitian dari Fasilitas Infrastruktur SMART Universitas Wollongong Pascal Perez mengatakan, proyek ini bukan untuk mengumpulkan data terkait banjir secara pasif. Namun juga merupakan wujud tindakan.

"Kami tidak butuh data yang banyak, tapi kami butuh smart data, dan sensor terpintar yang kami punya adalah masyarakat itu sendiri. Melalui kerjasama dengan BPBD dan Twitter. Kita memberdayakan masyarakat untuk melaporkan masalah banjir," ujar Pascal Perez di Balaikota Jakarta, Selasa 2 Desember 2014.

Menurutnya, dengan data tersebut bisa membantu pemerintah DKI Jakarta untuk mengembangkan perangkat open source, di mana tujuannya untuk mengerti dan menggunakan informasi secara real-time.

"Dalam kerjasama secara aktif mengumpulkan informasi banjir melalui metode crowd-source, kami menciptakan sebuah masyarakat media sosial sebagai wujud tanggung jawab sipil yang mendorong adaptasi perubahan iklim," jelas dia.

Sementara itu, dari pihak Twitter, Mark Gillis mengungkapkan, ini merupakan hibah data pertama yang dilakukan pihaknya kepada Universitas Wollongong.

Sebab program PetaJakarta.org merupakan suatu penggunaan data Twitter yang inovatif guna mengatasi permasalahan serius dari banjir bagi jutaan orang.

"Jakarta adalah tempat yang ideal untuk menghasilkan sinyak real-time kualitas tinggi bagi sistem penanggulangan bencana BPBD. Hal ini menunjukan bagaimana data Twitter dapat mendorong perubahan sosial yang positif," tutur Mark Gillis.

Sementara itu, demi mengefektifkan pemantauan banjir, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok akan memberdayakan setiap kepala RT dan RW, untuk menggunakan fasilitas tersebut agar terlihat kerjanya.

"RT itu sekarang masalah tuh, dikasih uang operasional ribut, pertanggungjawabannya pusing, gaji nggak mungkin, jadi sekarang kita rubah," ucap Ahok.

"RT/RW itu akan kita bayar, kalo dia mengirim berita ke sistem kita. Pertengahan Desember akan kita lakukan planning. Kita kan sudah punya sistem twitter ini," tambah Ahok.

"Contoh, katakanlah, kalo dia mau gaji RT/RW Rp 900 ribu misalnya, ya udah sehari kamu kira-kira mesti ngetweet 3x, satu kali tweet 10 ribu, mau ngetweet masuk data, mau email masuk data," papar Ahok.

Menurut Ahok, sistem kerjanya bukan hanya melemparkan tweet saja, tapi dia memfoto posisi banjir jadi biar ditangani segera oleh petugas.

"Dia kirim saja, sekarang kan eranya via Android. Jadi tidak ada alasan, handphone paling murah Android, nanti dia langsung kirim. Selain itu di masing-masing luarah akan keluarnya. Jadi nanti juga akan kita tempatkan petugas di sana. Pengawai harian lepas, untuk mengontrol hal tersebut," pungkas Ahok. (Tnt/Mut)