Liputan6.com, Jakarta - Suara Ahok didengar partai berkepala banteng. Sudah jauh-jauh hari Gubernur DKI Jakarta yang baru dilantik itu mengutarakan sosok wakil gubernur idamannya. Bahkan sejak sebelum pria bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu masih menjadi orang nomor 2 di Ibukota.
Djarot Saiful Hidayat, nama itulah yang berulang kali disebut Ahok kala ditanya tentang sosok wagub pengganti sekaligus pendamping dirinya.
Nama mantan Walikota Blitar itu terucap di antara sekian banyak calon, seperti politisi PDIP Rieke Diah Pitaloka, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, dan mantan Wakil Walikota Surabaya Bambang DH.
"Kalau saya boleh milih, lebih milih Djarot (Saiful Hidayat), bekas Walikota (Blitar)," tutur Ahok 25 Maret 2014 lalu.
PDIP pun akhirnya resmi memilih Djarot sebagai Cawagub DKI Jakarta. Nama Djarot telah diserahkan oleh Ketua DPD PDIP DKI Jakarta Boy Sadikin dalam bentuk salinan surat keputusan DPP PDIP kepada Ahok.
Pasca-penetapan tersebut, Ahok bakal langsung mengajukan nama Djarot kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo yang kemudian akan diteruskan kepada Presiden Jokowi.
Baca Juga
Namun tak banyak yang tahu, sebelum ditetapkan PDIP sebagai cawagub, rupanya Djarot pernah menolak Ahok. Dia pun sempat mengkritik mantan Bupati Belitung Tersebut.
Advertisement
Tak cuma itu, masih ada sederet fakta soal Djarot Saiful, Cawagub DKI pendamping Ahok. Berikut Liputan6.com rangkum, Rabu (3/12/2014), selengkapnya:
Selanjutnya: Kenal Sejak 2006...
Kenal Sejak 2006
Kenal Sejak 2006
Ahok dan Djarot bukannya baru kenal. Pria kelahiran Manggar, Belitung Timur itu sudah mengenal Djarot sejak 2006 lalu. Saat itu Ahok menjabat Bupati Belitung Timur dan Djarot sebagai Walikota Blitar.
Djarot memang pernah menjabat sebagai Walikota Blitar selama 2 periode, yakni dari 2000 hingga 2010. Segudang kontribusi positif Djarot bagi daerahnya itulah yang membuat Ahok cenderung memilih politisi PDIP itu menjadi Wagub DKI.Â
"Kalau dihitung-hitung mungkin saya lebih pilih Djarot gitu loh. Karena dia pengalaman 10 tahun, dapat penghargaan Majalah Tempo," kata Ahok 30 November 2014.
"Saya sudah kenal beliau sejak 2006. Saya bupati dan dia walikota," imbuh dia.
Selanjutnya: Gaya Mirip Jokowi...
Advertisement
Gaya Mirip Jokowi
Gaya Mirip Jokowi
Bagi Ahok, Djarot mirip dengan Jokowi -- mantan Gubernur DKI Jakarta yang kini duduk sebagai Presiden. Di mana letak kesamaannya?
Menurut dia, persamaan Djarot dan Jokowi, yakni sama-sama bergaya santai. "Saya pikir Pak Djarot gayanya kayak Pak Jokowi, santai. Saya kira di Blitar, dia cuma pakai jins kaos, sama saja," ucap Ahok 1 Desember 2014.
Namun dia berharap, Djarot bakal menjadi pemimpin yang lebih hebat dari Jokowi.
"Mudah-mudahan lebih hebat idenya dari Pak Jokowi," harap Ahok.
Selanjutnya: Marhaen...
Marhaen
Marhaen
Ahok juga merasa memiliki kesamaan dengan pria berkumis itu. Salah satunya, yakni kesamaan paham Marhaen atau Marhaenisme.
Marhaenisme adalah ideologi yang menentang penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa. Ideologi ini dikembangkan dari pemikiran presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Konon, Marhaenisme diambil dari nama seorang petani, Marhaen yang hidup di Indonesia dan dijumpai Bung Karno pada tahun 1926-1927.
"Ya visi kita samalah Marhaein lah, kerakyatan. Jadi salah satu visi kita apa, kita dari dulu kita bukan karena kekuasaan atau karena posisi ya. Kita hanya berbicara kemanusian, keadilan sosial yang kita kejar," ujar pria berkacamata itu.
"Kesamaan visi ini-itu ada. Itu khasnya orang Bung Karno, nasionalis lah, keadilan sosial bukan bantuan sosial," tandas Ahok 1 Desember 2014.
Selanjutnya: Kritik Ahok...
Advertisement
Kritik Ahok
Kritik Ahok
Tingkat emosional Ahok menjadi perhatian Djarot. Karena hal inilah kritikan untuk Ahok keluar dari mulutnya.
Menurut Djarot, sebagai seorang pemimpin, Ahok harus menjalani revolusi mental yang dicetuskan Presiden Jokowi. Hal tersebut harus dilakukan agar Ahok dapat melakukan komunikasi dengan baik dan bersikap lebih bijak, serta tidak mudah tersulut emosi.
Menurut Djarot, bila gaya kepemimpinan dengan marah-marah tetap dipraktikkan oleh Ahok, maka birokrasi tidak lantas berjalan menjadi lebih baik.
"‎Jakarta ini perlu teladan, contoh. Bukan hanya pandai mengancam, marah-marah, tapi juga konsisten tindakan, yang satu kata satu perbuatan," ucap Djarot 29 November 2014.
Selanjutnya: Tolak Ahok...
Tolak Ahok
Tolak Ahok
'Senaksir-naksirnya' Ahok pada Djarot, ternyata dia juga pernah ditolak oleh mantan Walikota Blitar tersebut.
Ahok bercerita, dia mulai membuka pembicaraan soal posisi Wagub DKI Jakarta dengan Djarot setelah Jokowi memutuskan maju sebagai presiden.
Namun saat itu, gayung belum bersambut. Djarot yang merupakan kader PDIP belum bisa menjawab 'pinangan'‎ Ahok. Kepada Ahok, Djarot saat itu mengaku tidak bisa memutuskan karena dirinya terikat aturan partai. Djarot mengaku tidak berani ambil risiko dan melanggar mekanisme partainya.
"Iya memang (sejak awal, memilih) Djarot. Cuma kan partainya waktu itu nggak kasih. Pak Djarot nggak berani (untuk memutuskan). ‎Karena partai nggak mau mutusin, terus DPD PDIP DKI kan maunya Boy Sadikin, lalu macam-macamlah," cerita Ahok, Rabu (3/12/2014).
Namun toh gayung bersambut juga. PDIP akhirnya memutuskan untuk mencalonkan nama Djarot sebagai wagub pendamping Ahok. (Ndy/Riz)
Â
Advertisement