Liputan6.com, Jakarta - Cipetir, nama sebuah desa kecil di Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini mendadak mendunia. Butuh waktu hampir 1 abad bagi dunia untuk menemukan nama desa ini. Semua bermula dari balok kenyal misterius bertuliskan 'Tjipetir'.
Balok Tjipetir itu ditemukan di bibir pantai seantero Eropa. Tak ada petunjuk apa pun tentang benda mirip talenan tersebut.
Hingga Tracey Williams, warga Inggris dalam pencariannya menemukan kemungkinan Tjipetir merujuk pada sebuah perkebunan lawas yang berada di Sukabumi dan kini bernama Cipetir.
Tak cuma asal-usul Tjipetir. Belakangan juga diketahui bahan dan kegunaan benda kenyal tersebut. Benda persegi itu ternyata berasal dari getah daun tanaman jenis Sapotaceae, namanya guttapercha atau getah perca.
Sebelum ada plastik, gutta-percha digunakan sebagai bahan pembuat bola golf, hidung boneka teddy bear, pigura, juga aksesori.
Advertisement
Masih ada sederet misteri lain dari Tjipetir yang kini terpecahkan. Berikut catatan yang Liputan6.com rangkum, Kamis (4/12/2014):
Selanjutnya: Pabriknya Masih Ada...
Pabriknya Masih Ada
Pabriknya Masih Ada
Pabrik dan perkebunan karet lawas Cipetir yang menjadi tempat mencetak lempengan-lempengan Tjipetir ternyata masih ada hingga kini. Dan masih dapat menghasilkan.
Berdasarkan penelusuran data, pabrik Cipetir berdiri pada tahun 1885. Ketika itu Nusantara masih bernama Hindia Belanda. Sisa kejayaan masa lampau pabrik karet kualitas dunia itu masih bisa diamati lewat bangunan tua di areal perkebunan milik PTPN VIII Sukamaju Sukabumi.
Namun pabrik Cipetir kini tak sejaya dulu. Permintaan terus menurun. Ini lantaran popularitas getah perca menurun, dikalahkan oleh karet sintetis dan plastik.
Selanjutnya: Tumbuhan Asli Indonesia...
Advertisement
Tumbuhan Asli Indonesia
Tumbuhan Asli Indonesia
Tanaman asal Tjipetir, yakni guttapercha atau getah perca ternyata merupakan tumbuhan asli Nusantara yang tersebar di Indonesia bagian barat dan Semenanjung Malaya. Tumbuhan ini juga terdapat di Australia, Taiwan, sampai ke Kepulauan Solomon.
Pohon ini getah perca biasanya memiliki tinggi 30 meter dan diameter 0,5 meter. Batangnya tegak dengan warna merah kecokelat-cokelatan. Daunnya tunggal dengan bentuk bundar telur sungsang.
Tanaman getah perca tumbuh di ketinggian antara 400-1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan kelembaban 80-90 persen.
Selanjutnya: Getah Daun...
Getah Daun
Getah Daun
Proses bahan baku untuk bisa berbentuk lempengan Tjipetir memakan waktu panjang. Dalam film dokumenter yang dimuat indonesianfilmcenter.com, terlihat sejumlah petani Bumiputera memulai proses pembuatan dengan memangkas ranting dan memetik daun-daun pohon.
Daun-daun itu lalu dikumpulkan dalam karung dan ditimbang. Selanjutnya dari perkebunan dibawa ke pabrik dengan menggunakan gondola yang melintasi pegunungan.
Tiba di pabrik, daun-daun itu langsung di keluarkan dari karung dan dimasukkan ke dalam mesin penggiling. Mesin itu berfungsi memisahkan getah dari serat daun.
Daun yang telah hancur digiling kemudian dicampur dengan air dan dipanaskan. Setelah mendidih, airnya dituangkan ke dalam tangki flotasi. Lalu, hasilnya dipisahkan, dicuci, dan ditekan dalam mesin hingga getah perca kuning diperoleh. Terakhir, bahan ini bakal dimasukkan ke dalam mesin cetak dan disebar ke seluruh dunia.
Selanjutnya: Miyazaki Maru...
Advertisement
Miyazaki Maru
Miyazaki Maru
Tjipetir diketahui pernah diangkut oleh kapal kargo milik Jepang, Miyazaki Maru. Namun kapal itu diketahui tenggelam saat masa Perang Dunia I.
Miyazaki Maru tenggelam sekitar 241,5 kilometer bagian barat Kepulauan Scilly pada 31 Mei 1917 dalam pelayaran dari Yokohama ke London. Kapal selam U-88 Jerman bertanggung jawab atas tragedi yang menewaskan 8 orang itu.
Saat Miyazaki Maru tenggelam, muatannya termasuk getah perca tumpah ke lautan.
Lembaga pemerintah Inggris, Receiver of Wreck juga berpendapat senada. Alison Kentuck, pejabat yang bertugas mendata kapal-kapal karam di wilayah Inggris Raya menyebut, dugaan kuat kotak-kotak getah perca itu berasal dari Miyazaki Maru.
Selanjutnya: 3 Kali Keliling Bumi...
3 Kali Keliling Bumi
3 Kali Keliling Bumi
Ahli kelautan Curtis Ebbesmeyer mengatakan, balok Tjipetir bisa jadi terapung di lautan selama berabad-abad. Meskipun temuan balok Tjipetir baru dilaporkan sejak 30 tahun lalu.
Dan kemungkinan, balok-balok Tjipetir telah 3 kali mengelilingi Bumi.
"Perlu waktu 25 tahun bagi sebuah benda mengapung untuk mengelilingi dunia. Dan Tjipetir itu mungkin sudah 3 kali mengelilingi Bumi," kata Ebbesmeyer.
Selanjutnya: Gigi Palsu...
Advertisement
Gigi Palsu
Gigi Palsu
Meski abad telah berganti, namun Tjipetir atau getah perca sampai saat ini masih memiliki manfaat. Laman Disbun.jabarprov.go.id menyebutkan beberapa kegunaan getah perca.
Yakni untuk instalasi kabel dasar laut, pelapis luar bola golf, campuran gips untuk pembalut tulang. Tak cuma itu 'Tjipetir' masa kini juga bisa digunakan untuk perawatan gigi dan pembuatan gigi palsu. (Ndy/Sss)