Liputan6.com, Jakarta - Saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah melakukan evaluasi Kurikulum 2013. Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan mengatakan, evaluasi tersebut dilakukan bukan untuk mengubah Kurikulum 2013, tapi untuk menyempurnakan kurikulum baru tersebut, karena banyak masalah dalam pelaksanaannya.
"Kami tidak berniat mengganti kurikulum. Kami hanya ingin melakukan evaluasi untuk menyempurnakan kurikulum itu," ujar Anies Baswedan usai acara silaturahim dengan kepala dinas pendidikan se-Indonesia di Jakarta, Senin 1 Desember 2014.
Anies mengakui ada beberapa masalah yang harus diperbaiki dalam implementasi Kurikulum 2013. Salah satunya adalah penerapan Kurikulum 2013 yang terburu-buru tanpa melakukan evaluasi terlebih dahulu. Padahal, sudah ada aturan yang mengharuskan evaluasi sebelum suatu kurikulum digunakan.
Advertisement
Tim evaluasi Kurikulum 2013 yang dibentuk Menbud Dikdasmen diketuai oleh Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yang juga mantan Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud, Suyanto. Suyanto mengatakan, ada 3 opsi dalam evaluasi Kurikulum 2013, di antaranya:
1. Menghentikan total Kurikulum 2013.
2. Sekolah yang selama ini nyaman dan tidak bermasalah menjalankan Kurikulum 2013, diputuskan tetap menjalankannya.
3. Menjalankan Kurikulum 2013 sama seperti saat ini, yakni untuk semua unit sekolah di Indonesia. Namun ada beberapa evaluasi dalam pelaksanaannya, seperti pengadaan buku dan pelatihan guru.
Opsi lain membuat prototipe sekolah....
Prototipe Sekolah dalam Implementasi Kurikulum 2013
Suyanto mengatakan, ada satu hal yang mencuat dalam rapat tersebut, yaitu rencana membuat prototipe sekolah yang baik dalam implementasi Kurikulum 2013.
“Itu (membuat prototipe), yang berperan utama adalah guru dan kepala sekolah. Guru dan kepala sekolah harus dilatih secara benar dan betul-betul memiliki kompetensi,” ujar dia usai melaporkan hasil evaluasi Kurikulum 2013 di Gedung Ki Hadjar Dewantara Kemendikbud, Jakarta, Rabu 3 Desember 2014.
Sekolah yang bisa menjadi sekolah prototipe itu, menurut Suyanto, bisa merupakan sekolah yang sejak 2013 sudah menjalankan Kurikulum 2013, yaitu sebanyak 6.326 sekolah, maupun sekolah yang baru melaksanakan Kurikulum 2013.
“Tapi kita periksa dulu kesiapannya,” tutur Suyanto.
Suyanto kemudian mengatakan, bahwa Menteri Anies meminta tim evaluasi Kurikulum 2013 untuk mengembangkan rencana prototipe itu dan melakukan penggandaan.
“Dibuat kloning. Kalau prototipe yang 6.000 sudah hebat, akan dikloning ke mana-mana. Bupati-bupati mau ditelepon Pak Menteri supaya melakukan penggandaan atau multiplikasi dari proses yang telah dilakukan di sekolah-sekolah model atau di sekolah prototipe itu,” kata dia.
Rencana membuat prototipe tersebut dinilainya sesuai dengan salah satu teori belajar.
“Teori mengatakan ketika orang belajar melihat sebuah model maka akan lebih cepat belajarnya,” ujar Suyanto.
Pengembangan prototipe itu akan dilakukan secepat-cepatnya, dengan tujuan membuat sekolah prototipe sebanyak-banyaknya. Suyanto juga mengatakan, jika opsi kedua menjadi pilihan, maka sekolah yang merasa kesulitan dalam implementasi Kurikulum 2013 boleh kembali menggunakan kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 2006.
Namun dari hasil evaluasi dan opsi yang diberikan tim evaluasi tersebut, keputusan berada di tangan Menbud Dikdasmen. Menurut Suyanto, Menteri Anies sendiri yang akan berbicara di depan publik tentang kebijakan yang akan dilakukan terkait implementasi Kurikulum 2013.
Sebelumnya banyak pihak yang mempertanyakan keberlanjutan Kurikulum 2013 karena tertuang dalam sembilan agenda perubahan atau Nawacita yang menjadi visi-misi pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Dalam Nawacita disebutkan beberapa misi yang terkait dengan pendidikan, di antaranya menghilangkan model penyeragaman dalam sistem pendidikan nasional, membangun pendidikan kewarganegaraan, dan memperkuat pendidikan ke-bhinneka-an.
(Adv/Gil/Ans)
Advertisement