Sukses

5 'Tugce Albayrak' dari Belahan Dunia

Tak cuma Tugce Albayrak. Ada pula kisah Tyler Doonhan, bocah 8 tahun yang tewas setelah menyelamatkan 6 jiwa dari kebakaran di New York, AS.

Liputan6.com, Jakarta - Hidup singkat yang dimiliki Tugce Albayrak, gadis muslim berdarah Turki di Jerman tak akan pernah sia-sia. Umurnya berakhir di usia 23 tahun saat keberanian dan rasa peduli terhadap sesamanya diuji.

Saat itu dia mendengar teriakan minta tolong dari sebuah toilet di restoran cepat saji di Kota Offenbach, dekat Frankfurt, Jerman. Albayrak pun menghampiri asal suara dan 'bertindak', meski tahu nyawa bisa jadi taruhan.

Dan sejak malam itu, dia yang kini telah tiada dijuluki pahlawan.

Tak cuma Albayrak. Ada pula Fathkun Nadjib, pahlawan lain dari Tanah Air yang meregang nyawa saat membantu korban kecelakaan di Tol Cipularang arah Jakarta.

Sementara di belahan dunia lain, sederet nama juga bakal diingat sebagai pahlawan. Saat orang-orang ini memilih untuk mengorbankan hidup mereka untuk menolong sesamanya.

Seperti Tyler Doonhan, bocah 8 tahun yang meninggal dunia setelah menyelamatkan 6 jiwa dari kebakaran dahsyat di Penfield, New York, Amerika Serikat. Usianya yang masih 'cilik' bukan keterbatasan bagi Tyler untuk bisa menjadi pahlawan bagi keluarganya.

Berikut kisah 'Tugce Albayrak' lain di belahan dunia yang Liputan6.com rangkum, Jumat (5/12/2014):

Selanjutnya: Tugce Albayrak...

2 dari 6 halaman

Tugce Albayrak

Tugce Albayrak

Dini hari itu, Sabtu 15 November 2014, 2 orang gadis remaja jadi bulan-bulanan pelecehan seksual oleh sekelompok pria. Suara minta tolong mereka sampai ke telinga Tugce Albayrak. Maka Albayrak pun menghampiri dan berusaha menyelamatkan mereka.

Gadis 23 tahun itu terlibat adu mulut bahkan bergelut dengan para tersangka. Dia berusaha mati-matian menghentikan pelecehan itu. Dan usahanya berhasil.

Namun, mahasiswi keguruan itu tak mengira, pria-pria tersebut telah menantinya di luar restoran untuk balas dendam. Albayrak kemudian dipukuli, sebuah tinju ke kepala membuatnya tak sadar. Dia pun koma selama 2 pekan. Hingga akhirnya dokter memvonisnya mati otak.

Orangtuanya kemudian memutuskan untuk mencopot alat penopang hidupnya tepat di hari ulang tahun Albayrak yang ke-23. Jerman pun menangisi kepergian gadis pahlawan itu. Lebih dari 1.000 pelayat menghadiri pemakamannya yang digelar secara Islam. Belum lagi yang menyemut di jalanan.

Tak berhenti di situ, 100 ribu orang menandatangani sebuah petisi meminta agar Albayrak mendapatkan penghargaan tertinggi dari negara, Order of Merit, secara anumerta. Sebagai pahlawan.

Selanjutnya: Dokter Martin Salia...

3 dari 6 halaman

Dokter Martin Salia

Dokter Martin Salia

Di tengah wabah ebola yang menjangkiti sebagian Afrika, Martin Salia diterbangkan dari ibukota Sierra Leone, Freetown, ke Nebraska Medical Center di Negara Bagian Omaha, Amerika Serikat pada 15 November 2014. Warga Amerika Serikat itu adalah dokter bedah di Sierra Leone, Afrika Barat.

Hasil tes kala itu menunjukkan, Salia positif mengidap virus mematikan, ebola. Saat itu pun sang dokter masih menolak untuk beranjak dari tanah Afrika.

"Dia mengatakan, 'Warga membutuhkanku. Aku harus kembali ke sana dan membantu mereka,'" kata Abu Kargbl, saudara ipar Salia menirukan ucapan sang dokter, seperti dikutip dari CBS Baltimore.

Salia merupakan orang ke-10 yang dirawat karena virus ebola di AS. Pasien lain berhasil sembuh. Hanya satu -- pria Liberia bernama Thomas Eric Duncan -- yang tak bisa tertolong kala itu. Namun dokter menyatakan, virus di tubuh Salia telah berkembang terlalu jauh.

Lantas dia menjadi orang ke-2 yang tewas karena ebola di AS. Salia meninggal pada Senin 17 November 2014 di usia 44 tahun.

Meski belum jelas apakah mendiang Salia menangani pasien ebola, pilihannya untuk tetap berada di Sierra Leone dan membantu warga setempat meski tahu ebola tengah merajalela adalah tindakan heroik. Dan begitulah dia akan dikenang. Walau tubuhnya dibakar menjadi abu lalu dikubur.

Seperti yang dituliskan Presiden AS Barack Obama dalam suratnya di acara pemakaman Martin Salia. "Dokter Salia mendedikasikan hidupnya untuk membantu sesama."

Selanjutnya: Tyler Doonhan...

4 dari 6 halaman

Tyler Doonhan

Tyler Doonhan

Liburan sekolah bocah 8 tahun, Tyler Doonhan berakhir pada 20 Januari 2014. Saat peringatan Hari Martin Luther King Jr, tokoh hak asasi manusia (HAM) AS itu, api melalap rumah mobil pamannya -- tempatnya menginap untuk menghabiskan hari libur.

Namun hari itu bocak cilik tersebut menjadi pahlawan. Aksi heroiknya saat peristiwa kebakaran di Penfield, New York, Amerika Serikat itu berhasil menyelamatkan 6 jiwa.

Peristiwa tersebut terjadi pada dini hari, sekitar pukul 04.45 waktu setempat. Tyler menjadi orang pertama yang mengetahui adanya api besar yang mulai melalap rumah. Bocah itu pun langsung bergerak cepat membangunkan 8 orang yang berada di dalamnya.

6 Orang di antaranya, termasuk nenek dan 2 bocah berhasil selamat dari amukan si jago merah. 2 Lainnya, termasuk sang paman masih terjebak. Maka Tyler masuk kembali ke dalam rumah mobil yang terbakar untuk menyelamatkan pamannya yang tak memiliki kaki dan memakai kursi roda.

Namun nasib nahas menimpa Tyler dan Steve. Keduanya terjebak di dalam rumah dan terbakar.

Kepala Pemadam Kebakaran Penfield, Chris Ebmeyer mengatakan, Tyler dan Steve ditemukan dalam puing-puing sisa kebakaran dengan jarak yang dekat. Polisi juga menemukan 1 orang lain yang tewas terbakar.

Selanjutnya: Nadjib...

5 dari 6 halaman

Nadjib

Nadjib

Kecelakaan lalu lintas yang dialami Fatkhun Nadjib membuat siapa saja mendengarnya mengelus dada. Betapa tidak, saat tengah membantu korban kecelakaan di Tol Cipularang KM 97 arah Jakarta pada Sabtu 29 November 2014 sekitar pukul 23.00 WIB., Nadjib malah menjadi kobran tabrak lari.

Kala itu dengan pakaian gelap dan rambut gondrong kelabunya, Nadjib memusatkan perhatiannya untuk mengikatkan tali yang terpasang di bagian belakang mobilnya ke bagian depan mobil travel yang sopirnya terjepit di belakang setir.

Sesekali Nadjib melihat ke arah samping kirinya, di Tol Cipularang, di mana kendaraan melaju dari Bandung, Jawa Barat.

Mungkin pria setengah abad itu tak pernah tahu, nasib sopir yang ditolongnya itu masih lebih mujur. Di tengah usahanya menolong sopir itu, Nadjib disambar kendaraan yang melaju dengan cepat dari samping kirinya. Dia pun tewas seketika.

Wakapolres Purwakarta Kompol Indra Gunawan mengatakan, akibat hantaman kendaraan dengan kecepatan di atas 100 km/jam itu, Nadjib mengalami luka berat pada bagian kepala. Terutama bagian lehernya.

Selanjutnya: Noriyoshi Masaoka...

6 dari 6 halaman

Noriyoshi Masaoka

Noriyoshi Masaoka

Hujan dengan intensitas 100 mm/jam membasahi bagian utara Hiroshima, Jepang sebelum fajar pada 20 Agustus 2014. Saat itu Noriyoshi Masaoka -- seorang petugas pemadam kebakaran veteran -- bersama 3 lainnya dikirim untuk membantu penanganan bencana tanah longsor di Kota Asa-Kita.

Masaoka tersapu puing-puing kala itu. Namun dia tak menyerah dan tetap membimbing para pengungsi menuju ke tempat yang lebih aman sembari menggendong seorang balita berusia 3 tahun dalam pelukannya.

Hingga 5 jam kemudian pria 53 tahun itu ditemukan dalam kondisi raga telah terbujur kaku. Di pelukannya masih ada bocah 3 tahun tersebut.

Namun keduanya dinyatakan meninggal dunia, seperti dikutip dari The Asahi Shimbun.

Maka untuk mengenang kepahlawanan Masaoka, sebuah upacara peringatan pun digelar oleh pemerintah kota setempat pada 18 November 2014. Sebanyak 850 orang hadir dalam peringatan itu.

"Tugas saya adalah menceritakan kisah hidup Anda, yang didedikasikan sepenuhnya untuk menjalankan kewajiban sebagai petugas pemadam kebakaran," kata Kepala Pemadam Kebakaran Asa, Shoji Sanuki di depan altar di mana foto, seragam, dan penghargaan Masaoka dari Perdana Menteri Shinzo Abe di tempatkan. (Ndy/Ans)

Video Terkini