Liputan6.com, Pontianak - Duka mendalam tampak pada keluarga Aminah. Kedatangan jenazah Darwin, TKI asal Kalimantan Barat yang tewas di Malaysia, semakin menimbulkan misteri. Meski sang ibu, Aminah, merasa lega jenazah Darwin akhirnya bisa dipulangkan setelah 11 hari menunggu, tapi rasa penasaran muncul di hatinya setelah melihat kondisi jasad Darwin, 27 tahun.
Bagaimana tidak, Darwin yang katanya meninggal karena jatuh, tetapi ada memar biru di matanya. Kaki kiri dan tangan kanan patah. Aminah juga mendapat informasi kepala sang anak pecah. "Saya ingin tahu penyebab kematian anak saya. Kemarin divisum di Dokes Polda Kalbar," kata Aminah saat ditemui di kediamannya di Jalan Selat Sumba I, Kelurahan Siantan Tengah, Pontianak Utara, Minggu (7/12/2014).
Jenazah Darwin tiba Sabtu siang kemarin, 6 Desember 2014. Pantauan Liputan6.com, jenazah Darwin dibawa dari Malaysia hanya menggunakan mobil travel Toyota Innova, bukan ambulans. Di dalam mobil hanya terlihat istri Darwin dan keluarganya. Petugas hanya terlihat di rumah duka, dua orang dari kepolisian setempat berpakaian preman.
Advertisement
Isak tangis pecah saat jenazah diturunkan. Semula tidak ada yang menyangka, bahwa mobil travel jurusan Malaysia–Pontianak ini membawa jenazah Darwin. Sebab, seharusnya dibawa dengan mobil ambulans. Tapi karena faktor biaya yang mahal, jenazah hanya dibawa dengan mobil travel.
“Kalau pake ambulans Rp 40 juta. Makanya pakai travel 21 juta,” kata Aminah. Dia meminta pemerintah peduli dengan kasus yang menimpa anaknya. “Supaya pemerintah memperhatikan ini. Saya tidak punya uang. Saya sudah keluar uang Rp 21 juta. Itu uangnya ngutang sana-sini, cari pinjaman untuk kedatangan jenazah anak saya ini. Saya sampai diancam supaya kirim uang untuk transfer Rp 15 juta."
Sejak berita kematian anaknya mencuat, Aminah mengaku mendengar banyak informasi yang simpang siur. Ada informasi yang menyebut Darwin tewas karena jatuh dari lantai 3 sebuah gedung, lalu koma selama 6 hari di RS di Miri, Malaysia.
Sedangkan istri Darwin, Tiwi, mendapat informasi dari polisi Malaysia setelah suaminya meninggal. "Jadi, pas dia koma selama 6 hari, saya tidak tahu,” kata Tiwi. Dia mendapat informasi suaminya tewas karena kepalanya masuk AC lalu koma selama 6 hari di RS di Miri, Malaysia. Sedangkan KJRI menduga Darwin melakukan pencurian di Miri.
Namun keluarga tak percaya dengan semua spekulasi itu. Mereka menduga Darwin dibunuh dengan melihat tanda-tanda pada jenazah.
Menurut keluarga, Darwin bekerja di sebuah kafe di Miri. Dia bekerja di Malaysia untuk biaya keluarga karena Darwin merupakan tulang punggung keluarga. Paman Darwin, Aliansyah, mengatakan, selama ini keponakannya berperilaku baik. “Nggak neko-neko orangnya," kata Aliansyah.
Keanehan lainnya, kata Aminah, saat berbicara dengan cucunya bernama Hamsyah, sang cucu mengatakan tak pulang ke Indonesia dan keadaannya baik-baik saja. "Padahal saya tak bilang soal pembunuhan. Cucu saya malah bilang keamanan dia di Malaysia baik-baik aja. Itu yang membuat saya tambah janggal, ada apa ini sebenarnya?” tutur Aminah.
“Saya merasa merasa ada sesuatu kejanggalan pada kematian suami saya. Saya tak percaya suami saya jatuh dari lantai 3 gedung. Saya minta ini diusut, penyebab kematian suami saya,” kata Tiwi.
Keluarga curiga, Darwin meninggal dengan cara tak wajar karena tak diinformasikan sama sekali tentang keberadaan Darwin yang koma 6 hari di rumah sakit.
Bapak kandung Darwin, Matyuti, mengatakan belum menerima hasil visum jenazah. Dia juga mengatakan tidak mengetahui secara pasti kapan hasil visum dikeluarkan kepolisian. "Logikanya kalau jatuh dari lantai 3, ya mati langsung. Kok bisa koma 6 hari di RS Miri, Malaysia, ini kan aneh," ujar adik kandung Darwin, Ruyani.
Sepupu Darwin, Haryadi, mengungkapkan administrasi yang diterima keluarga terkait kematian Darwin sangat sedikit. “Surat dari rumah sakit hanya ada satu aja. Itu yang membuat kita curiga ini ada permainan,” terang Haryadi, dengan mata berkaca-kaca.
Keluarga juga kesulitan mendapatkan nomor kontak bos Darwin. Saat dicek ke rumah sakit Miri, ternyata tidak ada nama Darwin. Guna memulangkan jenazah TKI tersebut, keluarga mengaku sampai menjual rumah Rp 15 juta. (Sun/Ans)