Liputan6.com, Jakarta - Partai Golkar terbelah menjadi 2, kubu Aburizal Bakrie atau Ical hasil Munas (Musyawarah Nasional) Bali dan Agung Laksono versi Jakarta. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang juga mantan Ketua Umum Golkar pun lebih memilih hasil Munas Golkar yang lebih demokratis.
"Saya tidak posisi memilih. Tapi tentu yang saya hargai (Munas Golkar) yang lebih demokratis," kata JK di Kantor Wapres, Jakarta, Senin (8/12/2014).
Saat ditanyakan lebih dalam, JK menjawab dengan bertanya balik. "Masa tidak tahu? Kau pilih mana?"
Para wartawan pun serentak menjawab, "Yang Ancol ya, Pak JK?"
"Nah, itu kau yang bilang ya," tandas JK seraya pergi.
Presidium Penyelamat Partai Golkar yang dipimpin Agung Laksono menggelar Munas IX di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, pada akhir pekan ini. Perhelatan acara partai berlambang pohon beringin ini digelar setelah Munas kubu Aburizal Bakrie digelar di Bali, pekan lalu.
Menurut anggota Presidium Penyelamat Partai Golkar Melchias M Mekeng, sekalipun digelar belakangan, munas di Jakarta ini merupakan yang sesungguhnya. Sebab, jalannya munas tidak diintimidasi dan diarahkan.
"Ini munas yang sejatinya karena tidak ada tekan-menekan, teror, intimidasi dan pecat-memecat," ujar Mekeng di Hotel Mercure, Jakarta Utara, Minggu 7 Desember 2014.
Dalam Munas Golkar di Jakarta, Agung Laksono terpilih sebagai Ketua Umum Golkar dengan 2 Wakil Ketua Umum Golkar Priyo Budi Santoso dan Agus Gumiwang Kartasasmita. (Ans/Mut)
Dualisme Pimpinan Golkar, JK Pilih Hasil Munas yang Demokratis
"Saya tidak posisi memilih. Tapi tentu yang saya hargai (Munas Golkar) yang lebih demokratis," kata JK.
Advertisement