Liputan6.com, Jakarta - Harga telepon seluler yang makin terjangkau membuat produk itu kian banyak digunakan orang. Oktober lalu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sempat mengeluarkan sejumlah fakta penting terkait penggunaan ponsel di seluruh dunia. Hasilnya, penggunaan telepon genggam memang terus meningkat.
WHO mencatat, diperkirakan saat ini ada 6,9 miliar orang berlangganan provider aktif di seluruh dunia. Di beberapa negara bahkan, telepon genggam merupakan sarana komunikasi yang paling diandalkan.
Mengingat banyaknya pengguna ponsel tersebut, WHO mengaku masih menyelidiki, memahami dan memantau dampak kesehatan masyarakat yang potensial. Walaupun medan elektromagnetik yang dihasilkan oleh ponsel kini diklasifikasikan oleh Badan Internasional untuk Penelitian Kanker sebagai karsinogenik (pemicu kanker) pada manusia.
WHO juga menyebutkan sedang menilai studi yang menilai risiko kesehatan dari paparan frekuensi radio pada 2016 mendatang.
"Sejumlah besar penelitian telah dilakukan selama dua dekade terakhir untuk menilai apakah ponsel menimbulkan risiko kesehatan potensial. Sampai saat ini, tidak ada efek yang merugikan kesehatan yang ditetapkan dari penggunaan ponsel," tulis laporan tersebut.
Meski begitu, WHO juga menyarankan hal yang sama seperti peneliti yaitu membatasi penggunaan telepon genggam ke kepala langsung.
"Gunakan perangkat 'hands-free' yang menjauhkan ponsel dari kepala dan tubuh selama panggilan telepon, gunakan telepon di daerah yang penerimaan sinyalnya baik juga dapat menurunkan eksposur."
Temuan Anyar
Advertisement
Seorang ilmuwan dari Swedia menguatkan temuan Carlo atas ketidakamanann geombang electromagnet pada gadget. Dia menemukan adanya hubungan antara penggunaan handphone dan tumor otak ganas (glioma).
Seperti diberitakan Prevention, Senin (1/12/2014) tim peneliti mengungkap kebiasaan telepon genggam beberapa ribu orang dengan tumor otak, dan kemudian membandingkannya dengan individu yang sehat. Hasilnya, penggunaan ponsel menaikkan risiko glioma 30-40 persen.
Ahli kanker dari University Hospital, Orebro, Lennart Hardell mengatakan, Anda harus peduli hal ini dari sekarang. Ia menyebutkan, medan elektromagnetik frekuensi radio (RF-EMF) telepon selular memancarkan bahaya tumor yang dapat mengganggu beberapa kemampuan DNA dalam memperbaiki sel otak Anda, atau bisa menyebabkan beberapa mutasi gen.
"Selain dewasa, anak-anak memiliki risiko lebih besar karena tengkorak mereka lebih tipis. Ini karena peningkatan paparan RF-EMF," katanya.
Untuk menjaga buah hati aman, Hardell menyarankan penggunaan headset dan tidak mendekatkan kepala Anda selama panggilan. Dia juga merekomendasikan SMS bila memungkinkan.
WHO menambahkan, ponsel juga sebaiknya tidak digunakan di Rumah Sakit dan di pesawat terbang, karena sinyal frekuensi radio dapat mengganggu perangkat elektro-medis tertentu dan sistem navigasi.
Efek Jangka Pendek dan Panjang
Efek Jangka Pendek dan Panjang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum lama ini merilis efek jangka pendek dan jangka panjang dari paparan radiasi ponsel. Dikutip dari situs WHO, berikut ulasannya:
Efek jangka pendek:
Mekanisme utama yang sebenarnya dikhawatirkan adalah energi frekuensi radio dan tubuh manusia. Pada frekuensi yang digunakan oleh ponsel, sebagian besar energi akan diserap oleh kulit dan jaringan lainnya, namun kenaikan suhu tersrbut diabaikan dalam otak atau organ tubuh lainnya.
Sejumlah studi saat ini telah meneliti efek dari medan frekuensi radio pada aktivitas listrik otak, fungsi kognitif, tidur, denyut jantung dan tekanan darah pada sukarelawan. Namun nyatanya, penelitian tidak menunjukkan bukti yang konsisten yang bisa memberikan efek kesehatan yang merugikan dari paparan medan frekuensi radio pada ponsel.Â
Efek jangka panjang
Penelitian epidemiologi sebelumnya telah memeriksa risiko jangka panjang dari paparan frekuensi pada ponsel. Ilmuwan menghubungkan antara tumor otak dan penggunaan ponsel. Hasilnya, sulit terdeteksi lantaran ponsel tidak banyak digunakan sampai awal 1990-an.
Akhirnya, studi epidemiologi saat ini hanya dapat menilai kanker dihubungkan dalam efek jangka pendek.
Analisis dari 13 negara peserta dikumpulkan, namun lagi-lagi WHO tidak menemukan peningkatan risiko glioma atau meningioma dengan penggunaan ponsel lebih dari 10 tahun. Memang ada beberapa indikasi peningkatan risiko glioma bagi mereka yang sering menggunakan ponsel, tapi tidak ada tren yang konsisten dan menyebutkan kalau durasi juga berpengaruh.
Sedangkan kekhwatiran frekuensi radio medan elektromagnetik sebagai kemungkinan karsinogenik (pemicu kanker) pada manusia (Grup 2B) disebutkan masih bias.
Meski begitu, WHO telah mendirikan International Electromagnetic Fields (EMF), proyek yang didirikan sejak 1996 untuk menilai bukti ilmiah tentang efek kesehatan yang merugikan dari paparan radiasi ponsel. Rencananya, WHO akan melakukan penilaian dan mempelajari semua hasil kesehatan tersebut pada 2016.
Advertisement