Sukses

Menkominfo Siapkan Badan Cyber Atasi Situs Panas

Menurut Menkominfo Rudiantara, masalah pertahanan dan keamanan nanti akan berada di bawah Badan Cyber Nasional.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan, akan membuat suatu program pertahanan dan keamanan melalui cyber atau dunia maya. Program ini akan ditangani oleh Badan Cyber Nasional, terutama mempersiapkan segala kebutuhan.

"Masalah pertahanan dan keamanan nanti akan berada di bawah Badan Cyber Nasional. Tapi sekarang, strukturnya belum ada," ujar Rudiantara di Bundaran HI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (14/12/2014).

Meski belum ada strukturnya, menurut Menteri Rudiantara, semua itu akan dijalankan terlebih dahulu hingga siap.

"Yang penting kita jalan dulu semua, nanti kalau sudah jalan barulah kita sigap (atur semuanya)," jelas Rudiantara.

Selain menggunakan cyber sebagai pertahanan dan keamanan, imbuh dia, nantinya Badan Cyber juga bisa segera melakukan pencegahan untuk situs panas yang masih menjamur.

"Permasalahan di internet bukan hanya ekses negatif saja, tapi untuk sektor lain. Nah, otomatis dengan adanya Badan Cyber tentu masalah situs panas akan segera teratasi," tandas Menkominfo Rudiantara.

Rudiantara sebelumnya membenarkan adanya perilaku negatif para pengguna internet.

"Ada ekses negatif yang digunakan oleh pengguna internet. Kominfo berupaya untuk memerangi situs-situs yang memberikan peluang pada hal yang tak diinginkan. Selama kita punya anak, cucu, buyut, kita sama-sama melawan kekerasan pada anak," tegas Rudiantara.

Cyber War

Tak hanya Kementerian Komunikasi dan Informatika yang menghadapi ancaman dari dunia maya. TNI pun dinilai harus selalu siap dengan tantangan militer yang semakin beragam sesuai kemajuan zaman.

Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Nefo H Kertopati menilai, saat ini TNI dihadapkan dengan cyber war atau perang teknologi di dunia maya, tidak perang dalam medan pertempuran dengan mengangkat senjata.

"Kalau saya melihat ya kini kita rasakan adanya pergeseran ancaman terhadap negara, kini tak lagi sebatas ancaman perang tradisional. Adanya ancaman cyber war, perang asimetrik dan saat ini yang sedang hot dibicarakan proxy war (dengan menggunakan pihak ketiga)," kata wanita yang akrab disapa Nuning itu kepada Liputan6.com, Kamis 9 Oktober 2014.

Ancaman cyber war itu, jelas Nuning, bisa berdampak melumpuhkan suatu baik secara ekonomi maupun ideologi. Maka dari itu, sambung dia, TNI kini tak lagi konsen terhadap perebutan teritorial wilayah kedaulatan negara secara langsung, namun lebih otoritas penguasaan kedaulatan melalui teknologi dan psywar. (Ans/Mvi)