Liputan6.com, Jakarta - Oleh Rizki Gunawan, Putu Merta Surya Putra, dan Adanti Pradita
"Orang...Utan...," begitu yang diujarkan secara terbata-bata oleh Arnaud Richard, seorang pemuda Prancis ketika belajar bahasa Indonesia di Yogyakarta. Dia tak menyangka kata "orang utan" ternyata berasal dari Indonesia.
Istilah untuk menyebut hewan sejenis monyet itu sebelumnya sudah ia temukan di perbendaharaan Bahasa Prancis, bahasa ibu bagi dirinya. "Lucu juga ternyata orang utan ini sudah saya dengar sebelumnya di Prancis," kata Arnaud menggunakan bahasa Indonesia kepada Liputan6.com.
Memang, ada beberapa kata dalam bahasa asing, termasuk bahasa Inggris yang diserap dari bahasa Melayu. Selain orang utan, ada kata "amok" dan "bamboo" yang asalnya dari bahasa Indonesia "amuk/mengamuk" dan "bambu". Bukan tidak mungkin, ada beberapa kata bahasa tanah air lain yang diadopsi ke dalam bahasa asing. Lebih dari itu, bukan hal mustahil pula bahwa bahasa Melayu Indonesia menjadi bahasa dunia.
Ahli linguistik dari Universitas Indonesia Totok Suhardiyanto, menilai ada beberapa faktor yang membuat bahasa Indonesia berpeluang menjadi bahasa internasional, atau setidaknya bisa ditetapkan sebagai bahasa di kawasan Asia Tenggara atau negara-negara anggota ASEAN.
Pertama, bahasa Melayu merupakan bahasa yang mudah dipelajari dibandingkan bahasa asing lain, seperti bahasa Mandarin, bahasa Jepang, dan bahasa Arab. Sebab aturan tata bahasa Indonesia tak serumit ketiga bahasa asing tersebut. Hal itu diakui Arnaud yang juga pernah mempelajari bahasa Mandarin. Alhasil, dalam waktu 3 bulan, pria Prancis itu sudah bisa menguasai bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia juga tidak membedakan kata kerja terkait dengan waktu atau yang lebih dikenal dalam pelajaran bahasa Inggris sebagai "Tenses". Penutur bahasa Indonesia tak akan menyebut "aku sudah mengunjungi pameran lukisan kemarin." atau "Sudahkah kamu telah datang ke pameran lukisan itu?"
Selain itu, kemudahan mempelajari bahasa Indonesia itu, menurut Totok, juga berdasarkan faktor tulisan. Bahasa Melayu menggunakan tulisan latin seperti bahasa Inggris.
Sedangkan bahasa Mandarin, bahasa Jepang, dan bahasa Arab memiliki cara penulisan masing-masing. Bahasa Mandarin menerapkan aksara Hanzi, bahasa Jepang mengaplikasikan Kanji dan Katakana, dan bahasa Arab menerapkan huruf Hijaiyah.
Ketiga, bahasa Melayu sudah tersebar luas di kawasan Asia Tenggara sejak dulu kala. Selain di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Indonesia, bahasa ini juga dipakai penutur di Thailand Selatan dan sebagian Sri Lanka. Juga ada di kawasan Papua.
Bahasa Indonesia Punya Modal
Terakhir, kata Totok, jumlah penutur yang mahir berbahasa Melayu di Indonesia cukup banyak, yakni lebih dari 200 juta jiwa. Kemahiran warga Malaysia sebagai negara Melayu terbesar kedua tak sebaik bangsa Indonesia. "Kalau kita (Indonesia) tidak banyak yang seperti itu. Kemahiran atau kemampuan, untuk berbahasa Melayu bahasa Indonesia. Kemampuan itu menjadi berkurang atau rendah karena kebiasaan dan lingkungan. Bahkan, di kota besar seperti Kuala Lumpur, bahasa pergaulannya bahasa Inggris," ujar Totok.
Dengan kata lain, bahasa Indonesia sudah memiliki modal menjadi sebuah bahasa yang resmi digunakan dalam kancah internasional. Bahasa persatuan dari Sabang sampai Merauke ini bisa saja menjadi bahasa internasional ketujuh setelah bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Arab, bahasa Spanyol, bahasa Rusia, dan bahasa Prancis. Pemerintah sendiri sebelumnya sudah melakukan upaya untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Berdasarkan hasil penelusuran Liputan6.com, wacana menjadikan bahasa Indonesia/Melayu sebagai bahasa internasional pertama kali muncul dalam Sidang ke-41 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim) dan Sidang ke-7 Majelis Sastra Asia Tenggara (Master) di Makassar, 13 Maret 2002. Seminar menghasilkan sejumlah rumusan, di antaranya usulan agar bahasa Indonesia/Melayu digunakan sebagai bahasa resmi ASEAN dan AFTA (Area Perdagangan Bebas ASEAN).
Usulan menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa ASEAN juga digulirkan utusan Malaysia pada Sidang Mabbim ke-42 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Gagasan yang sama kembali dimajukan pada Sidang ke-43 Mabbim di Kuala Lumpur, Malaysia dan Sidang ke-44 Mabbim, Mataram. Utusan Brunei saat itu cenderung bersikap netral, Malaysia
bersikeras ingin bahasa Melayu jadi bahasa ASEAN. Sedangkan utusan Indonesia menyarankan pemasyarakatan bahasa Melayu melalui jalur pendidikan. Misalnya dengan membuka pusat kajian bahasa Melayu di negara-negara anggota ASEAN.
Advertisement
Jurus Go International
Kini upaya menjadikan bahasa Indonesia go international bukan sekadar wacana. Tapi sudah menjadi cita-cita pemerintah Indonesia. Hal itu termaktub dalam UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. "Jelas ini bukan wacana, untuk menguatkan, hal ini pun sudah diundang-undangkan," ujar Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur dan Perlindungan Bahasa Badan Bahasa Kemdikbud Sugiyono kepada Liputan.com.
Pada Pasal 44 Ayat 1 UU No. 24/2009 disebutkan pemerintah meningkatkan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan. Ayat kedua berbunyi peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dikoordinasi oleh lembaga kebahasaan.
Karena itu, menurut Sugiyono, untuk mengembangkan bahasa Indonesia menjadi bahasa dunia perlu dilakukan penyerapan kosa kata modern yang populer di dunia internasional asal telah melalui pertimbangan matang, seperti memperhatikan ketepatan makna, panjang kata, konotasi positif, dan keindahan bunyi.
"Dengan dilakukannya penyerapan bahasa internasional ke dalam bahasa Indonesia, sangat mampu mendukung peningkatan bahasa Indonesia. Misalnya istilah-istilah dalam bahasa Inggris bisa kita inventarisasi dengan menggalinya, dengan mencari istilah baru, karena penyerapan merupakan salah satu cara juga," tutur dia.
Sejak awal menjadi Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan, telah menginstruksikan bawahannya, termasuk Badan Bahasa, untuk mewujudkan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional di kawasan ASEAN. Diharapkan bahasa Melayu Indonesia bisa menjadi bahasa sentral dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
"Beliau jelas sekali memberikan tekanan agar bahasa Indonesia menjadi bahasa sentral (internasional)," ungkap Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Badan Bahasa Kemdikbud Mahsun kepada Liputan6.com.
Ia menjelaskan, langkah Badan Bahasa demi bahasa Indonesia menjadi bahasa dunia adalah mengirimkan guru bahasa Indonesia ke universitas di negara lain, di samping mengembangkan 176 tempat kursus bahasa Indonesia di 45 negara yang sudah berdiri sejak 1990-an. "Tahun depan, kami akan mengirimkan 20 guru bagi universitas di luar yang membutuhkan. Selain itu, di Jepang sudah ada kumpulan pusat pengkaji dan penganalisis bahasa Indonesia," ungkap Mahsun.
Menurut sejarawan Anhar Gonggong, penerapan bahasa Indonesia di kancah dunia bisa dilakukan oleh presiden saat pidato resmi. Sebagaimana Pasal 28 UU No. 24/2009. Pasal itu berbunyi: Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri. Yang dimaksud "pidato resmi" adalah pidato yang disampaikan dalam forum resmi oleh pejabat negara atau pemerintahan, kecuali forum resmi internasional di luar negeri yang menetapkan penggunaan bahasa tertentu.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR yang membidangi masalah pendidikan dan kebudayaan, Ridwan Hasyim berjanji mendukung upaya peng-"internasional"-an bahasa Indonesia. Sebab, menurut dia, bahasa merupakan kekuatan suatu bangsa.
"Kami akan memberikan dukungan untuk menginternasionalkan bahasa Indonesia. Kita pernah melaksanakan itu saat zaman Presiden Soekarno dan zaman Soeharto, di mana saat mengunjungi luar negeri, pejabat menggunakan bahasa Indonesia. Kita harus menggunakan kekuatan kita yaitu bahasa Indonesia," kata Ridwan kepada Liputan6.com.
Dijelaskan dia, mimpi tersebut bisa diwujudkan dari langkah sederhana, seperti membuat aturan yang mendidik dan merangsang masyarakat agar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar melalui media buku, di samping media massa. Untuk itu, politisi Golkar tersebut berencana mengajukan RUU tentang Buku. "Dengan adanya UU buku, kita bisa mendorong semua orang menggunakan bahasa Indonesia. Dengan adanya UU tersebut, penulisan buku internasional harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Ini tentunya secara otomatis juga membuat masyarakat merasa terdorong."
Asing Berbahasa Indonesia
Tak bisa dimungkiri Bahasa Melayu menjadi bahasa yang paling berpengaruh di Asia Tenggara sekaligus salah satu dari lima bahasa terbesar dengan jumlah penutur terbanyak yang kebanyakan berasal dari Indonesia, sebagai negara dengan penduduk terbanyak keempat sedunia.
Bahasa Melayu juga merupakan bahasa nasional bagi empat negara di Asia Tenggara, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Tak hanya itu, Bahasa Melayu kini dipelajari di universitas di delapan negara Eropa dan dua negara Amerika Utara. Juga masuk kurikulum di beberapa perguruan tinggi di Beijing Tiongkok, Bangkok, Kazakhstan, Osaka (Jepang), Auckland (Selandia Baru), Busan (Korea Selatan), Tasmania (Australia), dan Cebu (Filipina).
Ada juga komunitas sarjana internasional yang mengkhususkan diri untuk mempelajari bahasa Melayu. Mereka tersebar di sejumlah negara, yakni di Italia, Tanzania, Estonia, Israel, India, Ceko, Swiss, Belanda, Rusia, Irlandia, Jerman, Taiwan, Finlandia, Thailand, dan Prancis. Pun ratusan sarjana di Asia Tenggara.
Wakil Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia cabang Victoria, Muhammad Arif, mengungkapkan ada cukup banyak warga Australia yang berminat mempelajari bahasa Indonesia. Kata dia, bahasa Indonesia juga menjadi salah satu subjek pelajaran di sekolah dan perguruan tinggi di Melbourne.
"Kalau di high school, yang mengajar bahasa Indonesia orang bule. Kalau di universitas, orang kita (yang mengajarkan bahasa Indonesia). Begitu yang saya lihat di Melbourne University," ungkap Arif, yang kini berada di Victoria, dalam surat elektronik kepada Liputan6.com di Jakarta.
Di bawah bendera AIA, dia mengaku akan terus memperkenalkan bahasa Indonesia kepada khalayak Australia. Introduksi tersebut dilakukan melalui program budaya Indonesia dan menyebarkan info kursus bahasa Indonesia di SD, SMP, SMA Victoria. "Kalau ada yang tertarik, baru kita kasih informasi-informasi lebih lanjut," ujar mahasiswa Melbourne University tersebut.
Mohammad Fiqri Anies, pemuda Indonesia yang bersekolah di Australia dari SMP sampai jenjang S2 juga membenarkan bahwa bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran pilihan di Negeri Kanguru. Kata dia, banyak teman sekolahnya di SMP yang memilih bahasa tanah air. "Mereka penasaran dan tertarik belajar bahasa Indonesia dan juga karena bahasa Indonesia mudah dipelajari," beber Fiqri yang baru merampungkan S2 di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT).
Kepala Pusat Pengembangan Infrastruktur dan Perlindungan Bahasa Badan Bahasa Kemdikbud Sugiyono pun mengungkapkan hal senada. "Di Australia itu paling tinggi bahasa Indonesia dipelajari. Bahkan di parlemen ASEAN kita sudah diperbolehkan menggunakan bahasa Indonesia untuk disampaikan di panggung internasional. Dengan menggunakan bahasa Indonesia di panggung internasional, itu juga menunjukkan kedaulatan Indonesia."
Advertisement