Liputan6.com, Yogyakarta - Bencana longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah turut menjadi perhatian kalangan akademisi. Satu di antaranya Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.
UGM pun telah melihat langsung usai bencana longsor terjadi di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara pada Jumat 12 Desember 2014 pukul 17.30 WIB.
Dosen Teknik Geologi UGM Wahyu Wilopo menyebutkan di sekitar lokasi longsor terdapat 20 titik tanda akan terjadinya longsor.
"Beberapa tanda akan terjadinya longsor adalah retakan tanah atau pergerakan tanah yang ada di sekitar lokasi di Karangkobar. Munculnya mata air keruh secara tiba-tiba, kemiringan pohon dan retaknya struktur jalan," papar Wahyu yang masuk Tim Disaster Response Unit (DERU) UGM di Yogyakarta, Senin (15/12/2014).
Ia mengatakan pula, Tim DERU UGM sebenarnya banyak menjumpai titik atau tanda-tanda terjadi pergerakan tanah di tempat lain. "Ada lebih dari 20 titik termasuk longsoran kecil banyak sekali," urai Wahyu.
Wahyu menjelaskan, longsor di Dusun Jemblung dipicu beberapa hal. Di antaranya sistem drainase yqng kurang baik hingga curah hujan yang tinggi. Selain itu daerah yang curam, jalur patahan, penggunaan lahan kurang aman dan lapisan tanah sangat tebal dipengaruhi pelapukan yang berasal dari dalam bumi atau alterasi.
"95% Longsor terjadi karena drainasenya tidak baik yang dipicu curah hujan yang lebat. Data dari BMKG setempat curah hujan pada 10 Des 33 mm/hari, 11 Des 112.7 mm/hari, 12 Des 101,8 mm/hari, dan 13 Des 4 mm/hari," ujar dia.
Menurut Wahyu, perlu sosialisasi tentang bahaya longsor di wilayah yang potensi terjadi bencana longsor. Apalagi jika di wilayah potensi longsor di mana saat ini musim hujan. Sehingga jika curah hujan melebihi 50 mm per jam, maka diperlukan sistem evakuasi yang baik.
"Perlu sosialisasi segera akan bahaya longsor. Kondisi siaga hingga awas saat hujan lebih dari 2 jam dengan curah hujan 50 mm per jam maka harus mengungsi," tandas dia.
Sementara Faisal Fathani, dosen Teknik Sipil UGM, mengatakan ada penambahan titik yang menjadi penanda akan terjadinya longsor di wilayah Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara.
"Kita tergabung dalam grup dari BNPB dan BPBD info terbaru mereka menemukan lagi 14 titik. Jadi 20 titik dan baru 14 titik lagi," pungkas Fathani. (Ans)