Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok akhirnya resmi melantik Djarot Saiful Hidayat sebagai Wakil Gubernur siang tadi. Dalam sambutannya usai melantik Djarot, Ahok menceritakan bagaimana awal dirinya pertama kali mengenal Djarot hingga akhirnya ia memilih mantan Walikota Blitar sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Di hadapan para tamu undangan, Ahok bercerita dirinya pertama kali mengenal Djarot saat masih sama-sama menjadi kepala daerah di tingkatan Bupati dan Walikota. Saat itu, Ahok mengaku kagum dengan Djarot yang dianggapnya seorang walikota yang mempunyai banyak prestasi namun mempunyai gaya hidup yang sederhana.
"Saya kenal Pak Djarot dari 2006. waktu dulu jalan-jalan dengan kepala daerah lainnya ke Cina. Saya baru satu tahun jadi Bupati. Beliau masa kedua. Saya lihat beliau ini kelihatan kere-kere nya mirip-mirip saya.‎ Kalau Bupati lain begitu buka dompet 20 ribu dolar, yang lain pergi belanja. Kami pulang ke hotel, ya karena kere," ujar Ahok.
Setelah berkenalan dengan Djarot, ia pun kemudian mulai sering berdiskusi mengenai pengembangan birokrasi dan apa saja yang ia lakukan dalam membangun pemerintahan di kota Blitar. "Saya pikir yang beliau buat di Kota Blitar bagus juga. Saya pikir Walikota ini top juga," kata dia.
Setelah 10 tahun menjadi Walikota, Djarot pun kemudian mendapat amanah untuk menjadi Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta. Bertepatan dengan Pilgub DKI, PDI Perjuangan yang memutuskan berkoalisi dengan Partai Gerindra mencalonkan Jokowi-Ahok. "Lama nggak kontak. Kemudian dbeliau dipilih jadi Ketua DPD DKI (PDIP) yang menentukan siapa yang maju dari Jakarta, akhirnya makin dekat," kata dia.
Setelah Jokowi memutuskan maju sebagai presiden, Ahok mulai membuka pembicaraan dengan Djarot. Ia meminta Ketua DPP PDIP itu menjadi wakil gubernur DKI bila dirinya harus naik pangkat menjadi gubernur DKI seandainya Jokowi menang Pilpres. Namun saat itu, gayung belum bersambut. Djarot yang merupakan kader PDIP belum bisa menjawab 'pinangan'‎ Ahok lantaran keputusan tersebut harus melalui mekanisme partai.
‎"Dalam perjalanan, saya memutuskan kayaknya lebih klop dengan pak Djarot, ini di antara semua yang baik. Karena miliknya PDIP saya mesti lapor sama ibu Mega dong, karena saya tahu di PDIP karena kalau tanpa seizin partai, tidak ada yang berani maju, sama seperti Pak Jokowi dulu," ucapnya.
Setelah mendapatkan lampu hijau untuk menggaet Djarot sebagai Wagub, Ahok mengaku lega. Walau tak berpartai, Ahok merasa mendapatkan dukungan sangat kuat untuk menjalan tugas memimpin ibukota. Â
Sebab Ahok akan dibantu dan didampingi wakil berpengalaman. Kemudian dalam menjalankan percepatan pembangunan kota Jakarta, dia telah didampingi anggota Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Sarwo Handayani atau Yani. Sedangkan dalam hubungan politik, ia mendapatkan dukungan dari Ketua DPD PDIP DKI Boy Bernadi Sadikin dan dukungan dari ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi yang merupakan kader PDIP DKI Jakarta.
Ia pun yakin, sama seperti saat bersama Jokowi, dirinya merasa klop dan akan kompak berpasangan dengan Djarot. Pasalnya, ia dan Djarot mengaku sama-sama ‎mempunyai visi dan misi yang sama dalam membangun Jakarta yang bebas korupsi.
"Dulu saya dengan Pak Jokowi gk ada bagi kerja. Justru yang ada kita dua rebutan kerja. Tapi tidak pernah berantam, karena tujuannya buat Jakarta baru mana mungkin berantem, gak korupsi. tidak terima uang, tidak ada kepentingan. Kita betul2 bekerja kok, mana mungkin berantem," tandas Ahok. (Riz)
Ahok: Saya dan Djarot Sama-sama Kere...
Ahok bercerita dirinya pertama kali mengenal Djarot saat masih sama-sama menjadi kepala daerah.
Advertisement