Liputan6.com, Jakarta - Partai Golkar kini mengalami dualisme kepemimpinan setelah kubu Aburizal Bakrie dan kubu Agung Laksono mengadakan Munasnya masing-masing. Kedua kubu juga mengklaim, masing-masing munas yang digelar adalah sah menurut AD/ART partai.
Pengamat Politik Soegeng Sarjadi Syndicate, Sukardi Rinakit menilai, harus ada salah satu kubu yang mengalah dalam dualisme kepemimpinan yang sedang dialami Partai Gokar saat ini. Cara tersebut adalah yang paling mungkin untuk menyelesaikan konflik di internal partai beringin.
Berdasarkan situasi saat ini, Sukardi menyarankan Agung Laksono sebaiknya merelakan posisi ketua umum dan menyerahkannya kepada Aburizal Bakrie atau Ical.
"Jadi dirunding saja, Ical ketuanya lagi kan bisa. Tapi pengurusnya mengakomodir dari kubu Agung. Jadi bisa bersatu kembali seperti dulu," kata Sukardi di Wisma Kodel, Jakarta, Rabu (17/12/2014).
Dengan demikian, Sukardi yakin, Agung akan berjiwa besar untuk merelakan posisi ketua umum. Lantaran, posisi ketua umum bukan lah segala-galanya. "Kalau mau jadi presiden juga kan tidak harus ketua umum. Dan yang menentukan jadi presiden juga bukan ketua umum," ujar dia.
Jika perundingan berjalan dengan baik, Sukardi optimistis Ical akan menerimanya. Langkah hukum yang semula akan diambil Ical pun bisa dihindarkan. "Pak Ical bisa berubah pikiran. Dia nggak setuju pilkada langsung, akhirnya berubah pikiran kan," tandas Sukardi Rinakit
Perwakilan atau juru runding dari kedua kubu, Ical dan Agung Laksono berencana melakukan pertemuan pada Kamis malam ini, dalam tujuannya mencapai damai. (Riz/Mvi)
Konflik Golkar, Salah Satu Kubu Disarankan Mengalah
Cara tersebut adalah yang paling mungkin untuk menyelesaikan konflik di internal Partai Golkar.
Advertisement