Sukses

Akhir Penyanderaan Gresik

Berdasarkan penuturan keluarga, semasa hidupnya Fuad dikenal anak yang rajin, dan berbakti kepada orang tuanya, meski pun dia sedikit nakal.

Liputan6.com, Jakarta - Duaaarrr....! terdengar nyaring beberapa kali suara tembakan senjata api milik salah satu anggota Buser Polres Gresik, Jawa Timur. Fuad tewas seketika setelah bahu kanan dan kepalanya tertembus timah panas. Tubuhnya terkapar di tepi jalan persis di bawah pintu kiri mobil patroli milik Kodim 0817 Gresik.

Sementara siswi SD yang menjadi sandera akhirnya selamat. Tubuh gadis belia berbaju kuning itu lemas dengan mulut terkunci, setelah merekam semua adegan demi adegan penyanderaan dirinya oleh pria asal Mataram, Nusa Tenggara Barat itu.

Setelah mengalami drama penyanderaan sekitar 2 jam, bocah bernama Zahriyani Putri Agustin itu langsung dilarikan ke Rumah Sakit Semen, Gresik, Jawa Timur guna menjalani perawatan. Siswi kelas 4 SD itu, kini mengalami trauma berat.

Drama penyanderaan siswi SD Negeri Tlogo Patut 2 Gresik itu, dimulai saat pria bernama lengkap Fuad Ahmad tiba-tiba mendatangi Kodim 0817 Gresik sambil teriak-teriak pada Rabu 17 Desember lalu sekitar pukul 09.00 WIB di Jalan Veteran, Gresik, Jawa Timur.

Fuad berteriak meminta perlindungan karena adanya ancaman pembunuhan dari seseorang lantaran kalah judi bola di Mojokerto. Namun belum menjelaskan rinci kepada anggota Kodim, tiba-tiba Fuad berlari ke depan kantor Kodim yang berdekatan dengan SD Negeri 2 Tlogopatut. Dia menuclik dan menyandera Zahriyani.

"Dalam peristiwa itu pelaku langsung merangkul dan mengacungkan pisau kepada salah satu siswa, sehingga masyarakat sekitar sekolah berteriak," tutur Kasi Personel Kodim 0817 Gresik, Kapten Arh Suwanto.

Sambil mendekap tubuh Zahriyani dan mengacungkan pisau di lehernya, Fuad meminta bertemu Komandan Kodim (Dandim) Letkol Awang Pramila Loviantara. Dia meminta diantar ke pelabuhan dan meminjam telepon genggam untuk menghubungi keluarganya di Malang.

"Pelaku sempat meminta sejumlah syarat, salah satunya diantar pulang ke Mataram," kata Suwanto.

Sempat muncul adegan unik dalam proses negoisasi dengan Fuad. Wakapolres Gresik Kompol Alfian Nurrizal menyamar menjadi wartawan ntuk bisa bertemu dengan Fuad di Kodim 0817. Kala itu Fuad memang meminta dipertemukan dengan wartawan. Namun upaya penyamaran itu gagal lantaran tercium Fuad.

Fuad kemudian meminta petugas kodim mengantarnya dengan mobil menuju pelabuhan sambil mengancam bocah nahas itu. Usai dituruti permintaannya, pria berbaju cokelat itu tetap tidak mau melepaskan Zahriyani dan meminta agar dipinjamkan mobil patroli.

"Saat bernegosiasi dengan pelaku, saya juga menghubungi tim Buser Polres Gresik agar membuntuti pelaku saat hendak keluar kantor Kodim," ujar Komandan Kodim (Dandim) 0817 Gresik Letkol Awang Pramila Loviantara.

Dalam perjalanan menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, sejumlah tim Buser Polres Gresik membuntuti dan terus mengawasi mobil yang ditumpangi Fuad dan Zahriyani itu. Saat berada di lampu merah kawasan Jalan Veteran, Gresik Zahriyani ditarik keluar dari mobil oleh anggota Buser yang membuntuti.

"Dan saat pelaku lengah dalam perjalanan, petugas kami langsung menarik sandera dan membawa keluar dari mobil. Itu terjadi saat berada di lampu merah kawasan Jalan Veteran," lanjut Awang.

Usai Zahriyani ditarik keluar mobil, tim Buser Polres Gresik beberapa kali melakukan tembakan peringatan dan mengarahkan ke Fuad hingga tewas di lokasi kejadian. Jasad Fuad langsung dibawa ke Rumah Sakit Semen Gresik untuk menjalani otopsi.

Sedangkan Zahriyani akhirnya terselamatkan dan dibawa ke RS Semen Gresik untuk mendapatkan perawatan intensif menyangkut kondisi kejiwaannya akibat peristiwa penyanderaan tersebut.

Luka Gores

Di rumah sakit, Zahriyani tak terlihat kesedihan mendalam saat didampingi neneknya dan seorang perawat yang menyuapinya makan. Namun menurut dokter bocah ini memerlukan pengobatan trauma psikis, karena sempat diancam akan dibunuh oleh Fuad.

Sementara kondisi fisik Zahriyani hanya mengalami luka gores di bagian dada. Menurut Kapten Juwarno, sopir mobil patroli Kodim, saat dalam perjalanan Fuad tidak sempat bertindak kasar pada siswi kelas 4 SD itu.

Setelah sehari dirawat di rumah sakit, kondisi Zahriyani mulai terlihat membaik. Bocah berkulit cokelat itu kemudian diizinkan pulang setelah mendapatkan perawatan. Keluarga sangat bersyukur Zahriani selamat dari penyanderaan bersenjata tajam tersebut.

Pasca-peristiwa penyanderaan ini, kegiatan belajar mengajar di SDN Tlogopatut 2 tetap berlangsung normal. Namun tempat duduk Zahriani di ruang kelas 4 masih kosong. Hanya ada tas Zahriani yang tertingga di meja belajar.

Pihak sekolah mengaku kecolongan dengan adanya penyanderaan tersebut. Kini penjagaan dan pengamanan di sekolah tersebut diperketat, terutama pada jam istirahat dan pulang sekolah.

Kini para pejabat, guru dan teman Zahriani mulai berdatangan ke rumah untuk menjenguk bocah itu. Mereka berusaha menghiburnya agar memulihkan trauma yang dialami bocah nahas itu.

Kapten Sang Penyelamat

Zahriani diselamatkan oleh prajurit TNI berpangkat kapten. Dia adalah Kapten Arh Suwanto (49) yang menjabat sebagai Perwira Seksi Personalia (Pasipers) Kodim 0817/Gresik.

Aksinya dianggap heroik saat penyanderaan berlangsung di Kodim. Saat itu situasi penyanderaan yang dilakukan Fuad di Makodim 0817/Gresik, Kapten Suwanto mengaku sebagai Komandan Kodim atau Dandim.

"Awalnya, aksi Kapten Suwanto mengaku sebagai Dandim tidak dipercaya oleh pelaku yang berasal dari Lombok Barat, Mataram, tetapi dengan penjelasan Kapten Suwanto, Fuad pun percaya hingga terjadi negosiasi selama 3 jam di ruangan Kapten Suwanto," ungkap Kepala Penerangan Kodam V/Brawijaya Kolonel Arm Totok Sugiharto dalam keterangan tertulisnya, Kamis 18 Desember 2014.

Selama negosiasi, sambung Totok, tangan kiri Fuad tetap mendekap dan tangan kanannya menempelkan pisau ke leher korban. Namun berkat Suwanto, pisau itu berhasil diberutnya.

"Tangannya Kapten Suwanto terluka pada saat merebut pisau yang dibawa Fuad Ahmad dan terpaksa pihak kepolisian melepaskan timah panasnya ke tubuh Fuad karena bisa mengancam jiwa Kapten Suwanto yang sebelumnya di dahului dengan tembakan peringatan dan tidak di gubris oleh pelaku," beber Totok.

Menurut dia, upaya yang dilakukan Kapten Suwanto bernegosiasi hingga membebaskan korban dari tangan pelaku patut diapresiasi. "Prestasi Kapten Arh Suwanto tersebut pun mendapatkan apresiasi langsung berupa penghargaan dari Pangdam V/Brawijaya selaku atasannya," tukas Totok.

Kapten Suwanto yang lahir di Gresik pada 12 November 1965 merupakan lulusan Secaba PK tahun 1988 dan baru menjabat sebagai Pasipers bulan Maret 2014. Kapten yang identik dengan kumis tebalnya ini merupakan suami dari Kumayah dan Ayah dari Ardiansyah Armawan (20) dan Firman Maulanan (12).

Sebelum menjabat sebagai Pasipers, Kapten Suwanto pernah menjabat sebagai Danramil 0817/17 dan Danramil 0817/10 wilayah Kodim Gresik. Dalam kesehariannya Kapten Suwanto adalah orang yang tegas dan sabar serta sangat peduli terhadap anggota dan bawahannya.

Ramah dan Suka Menolong

Siapa sangka di balik tampangnya garangnya, Fuad dikenal baik di mata tetangga dan teman-temannya di kampung halamannya, Mataram, NTB. Rumah duka di Jalan Saleh Sungkar, Kebon Roek, Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), banyak kerabat dan teman Fuad melayat.

Berdasarkan penuturan keluarga, semasa hidupnya Fuad dikenal anak yang rajin, dan berbakti kepada orang tuanya, meski pun dia sedikit nakal. Karena itu, keluarga sangat yakin almarhum tidak sengaja melakukan tindakan nekat yang membahayakan orang lain.

"Dia memang nakal, tetapi dia tidak mungkin nekat, terbukti dari telepon dia ke saya saat menyandera korban. Ia menjelaskan kalau dia menyandera itu karena kesal permohonan perlindungannya tidak digubris pihak Kodim," ujar Sahlan.

Inaq Aminah, salah satu tetangga mengaku, Fuad adalah sosok yang baik dan selalu ramah dengan warga di sekitarnya. Dia pun kaget setelah mendengar berita tentang kematian Fuad yang ditembak polisi.

"Dia baik, ramah, saya kaget dengar berita di televisi yang katanya ia meninggal ditembak," tutur nenek berambut putih itu.

Hal senada juga diungkapkan salah seorang teman akrab Fuad, Sofyan Hadi. Dia mengatakan, selama berteman, Fuad adalah sosok yang rendah hati dan peduli kepada teman-temannya. Jika teman-temannya membutuhkan sesuatu, dia selalu membantu.

"Selama saya berteman almarhum sangat baik, sering membantu temannya yang lagi kesusahan. Apalagi waktu kami nongkrong, dia kadang-kadang datang membawakan rokok," ungkap Sofyan.

Bahkan, Fuad sempat pamit pergi ke Mojokerto, Jawa Timur sejak 4 hari lalu untuk menemui anak dan istrinya. Ia berencana pamitan sebelum bekerja sebagai TKI di Malaysia.

Mengapa Ditembak?

Pasca-penyanderaan ini, pihak keluarga Fuad menyesali dan menyayangkan tindakan polisi yang menembak mati Fuad. Mereka mempertanyakan alasan polisi menembak pria asal Mataram, NTB itu.

Pihak keluarga menilai aksi penembakan Tim Buser Polres Gresik terhadap Fuad yang telah melepaskan sandera dan tak bersenjata, sebagai sebuah kesalahan.
 
Kakak kandung Fuad, Sahlan mengatkan, aksi penyanderaan yang dilakukan adiknya itu sebenarnya untuk mencari perhatian aparat. Sebab mendiang Fuad, ingin meminta diantar ke Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur agar terbebas dari ancaman orang-orang yang ingin membunuhnya.

Karena itu, Fuad sempat menghubungi keluarga saat melakukan penyanderaan.
"Waktu dia sandera anak itu, dia menelepon saya dan bilang kalau dia sengaja menyandera untuk mencari perhatian dari pihak Kodim, karena dia diancam dibunuh oleh beberapa orang," kata Sahlan di Mataram, NTB, Kamis 18 Desember 2014.

"Karena sebelumnya dia meminta tolong ke Kodim tapi tidak digubris," imbuh dia.

Sahlan dan keluarga juga menyaksikan aksi penembakan aparat terhadap Fuad dari tayangan televisi dan video yang beredar di YouTube. Menurut dia, penembakan itu berlebihan dan tak sesuai hukum yang berlaku.

"Seharusnya tidak sampai ditembak mati, saya rasa ini berlebihan, mestinya ditanya dulu karena korban penyanderaan sudah dilepas. Kalau mau bilang kesal, ya kami kesal," tegas Sahlan.

Sementara Paman Fuad, Alex Sungkar sempat berencana menuntut kasus penembakan yang dialami Fuad. Namun orangtua Fuad telah mengikhlaskan kejadian tersebut, sehingga pihak keluarga pun mengurungkan niatnya.

"Awalnya kami mau perpanjang masalah ini, tetapi karena orang tua pelaku menolak biar jenazahnya tenang, maka kami mengikhlaskan dan urung untuk diperpanjang," ujar Alex.

Namun Alex berharap aparat segera mengusut tuntas kasus ini. Karena saat penembakan, Fuad sudah melepas sandera dan tak bersenjata. "Mestinya dia diselamatkan, bukan dibunuh. Tentu ini merupakan pelanggaran kode etik bagi aparat," tandas Alex.

Tak lupa, keluarga pun meminta maaf kepada keluarga korban. Sebab, meski keluarganya merasa kehilangan Fuad, bagaimana pun juga mendiang Fuad telah berbuat salah dengan menyandera bocah tersebut.

"Kami sekeluarga mohon maaf yang sebesar-besar kepada keluarga korban dan korban sendiri yang sempat disandera oleh Fuad. Sekali lagi kami meminta maaf sebesar-besarnya karena insiden ini, yang menyebabkan anak itu mengalami trauma. Kami mohon keluarga korban mengabulkan permohonan maaf kami," ucap Alex. (Rmn)