Liputan6.com, Jakarta - Intensitas konflik TNI-Polri masih tinggi pada era reformasi. Masyarakat seakan-akan biasa disuguhkan konflik kedua institusi itu. Padahal pada era sebelumnya, konflik tersebut jarang terjadi.
Menurut mantan Danpuspom TNI AD Mayjen TNI (Purn) Ruchyan, konflik tersebut disebabkan lemahnya komunikasi dan koordinasi antara kedua belah pihak. Karena itu agar konflik berakhir, antarpara pimpinan mulai dari tingkat bawah hingga atas perlu duduk bersama membahas hal ini.
"Pucuk pimpinan TNI–Polri harus harmonis hubungannya. Untuk mencapai itu, sebaiknya para pimpinan mulai dari tingkat bawah hingga atas perlu duduk bersama," ucap Ruchyan dalam keterangan tertulis, Senin (22/12/2014).
Terkait santernya rencana pergantian Kapolri Jenderal Sutarman, Ruchyan menilai tugas sosok Trunojoyo 1 yang akan datang sangat berat. Yaitu harus dapat mengembalikan hubungan harmonis antara TNI dan Polri. Menurut dia, Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri Komjen Pol Budi Gunawan menjadi salah satu kandidat tepat dalam mengemban tugas tersebut.
Berdasarkan data dari Indonesia Police Watch (IPW), bentrokan TNI-Polri pada 2014 tergolong tinggi dibandingkan tujuh tahun sebelumnya.
Pada 2007 terjadi 3 peristiwa, 2008 terjadi 2 peristiwa, 2009 terjadi 4 peristiwa, 2010 terjadi 6 peristiwa, 2011 hanya terjadi 1 peristiwa, 2012 terjadi 1 peristiwa, dan 2013 terjadi 4 peristiwa.
Pada 2014 ini sudah terjadi tujuh kali bentrok dan perkelahian antara TNI-Polri. Enam di antaranya, TNI bentrok dengan angota Brimob. (Ali)
Cara Agar Konflik TNI-Polri Berakhir
Konflik TNI-Polri masih tinggi pada era reformasi. Padahal pada era sebelumnya, konflik tersebut jarang terjadi.
Advertisement