Sukses

Warna-warni Perayaan Natal di Berbagai Daerah di Indonesia

Perayaan Natal di sejumlah daerah digelar dengan beragam cara. Mulai penggunaan pakaian adat, musik tradisional, hingga pengamanan ketat.

Liputan6.com, Jakarta - Umat kristiani di Tanah Air merayakan Natal dengan berbagai cara. Di Gereja Kristen Jawa Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah, pemimpin misa menggunakan pakaian adat Jawa. Tak hanya pakaian adat, khotbah misa Natal juga menggunakan bahasa Jawa.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Jumat (26/12/2014), hal itu dilakukan supaya bisa selaras dengan sebutan gereja yang mengusung nama Jawa, yakni Gereja Kristen Jawa.

Misa yang dimulai sejak pukul 08.00 hingga 10.00 WIB itu mendapat pengamanan ketat dari berbagai pihak. Selain polisi, ormas Islam seperti Banser juga ikut ambil bagian dalam pengamanan sejumlah gereja di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Perayaan Natal yang melibatkan elemen masayarakat juga berlangsung Sulawesi Barat. Gereja Shion Toraja di Jalan Andi Depu, Kabupaten Mamasa dan Gereja Katolik Paroki Santo Yoseph di Jalan Mambulillin, Polewali Mandar ini misalnya.

Tak hanya dijaga aparat TNI-Polri dan Satpol PP, perayaan Natal di gereja tersebut juga diamankan warga dan anggota Pramuka dari berbagai sekolah tingkat SMA di Polewali Mandar.

Mereka tak hanya terlibat langsung mengatur arus lalu lintas di depan gereja, tapi juga parkir kendaraan jemaat. Pengaman yang melibatkan hampir semua elemen masyarakat ini diharapkan bisa menjadi tradisi toleransi beragama serta menjaga situasi keamanan dan kantibmas.

Sementara di Manado, Sulawesi Utara, perayaan ibadah Natal berlangsung dengan khidmat dan aman. Aparat Polresta Manado berjaga-jaga di setiap rumah ibadah.

Di Gereja Masehi Injili di Minahasa, jemaat Eben Haezer beribadah dipimpin Pendeta Jimmy Suatan. Dalam khotbahnya, pendeta meminta umat merayakan Natal dengan dengan penuh kesederhanaan, tanpa pesta pora, karena hanya dengan kasih Tuhan kita diampuni.

Di Jombang, Jawa Timur, Gereja Kristen Jawi Wetan Mojowarno atau gereja tertua di kabupaten itu menyambut Natal dengan melantunkan lagu-lagu rohani. Lagu tersebut diiringi musik gamelan tradisional dan tembang Jawa.

Suasana Natal pun terasa seperti zaman dahulu saat gereja ini dibangun pada tahun 1843 silam. Selain untuk menghibur, penggunaan musik gamelan juga bertujuan untuk melestarikan alat seni musik tradisional.

Usai melakukan doa bersama, seluruh jemaat dan pengurus gereja melakukan prosesi ucapan Natal di pintu masuk gereja.

Di Jakarta, ribuan pemeluk nasrani mengikuti Misa Natal di Gereja Katedral secara khidmat. Semua jemaat yang ingin mengikuti misa diperiksa oleh petugas keamanan internal gereja. Misa pontifikal di Gereja Katedral dipimpin Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo.

Secara umum, perayaan Natal di Ibukota berlangsung aman. Polda Metro Jaya mengerahkan hampir 4 ribu personelnya yang disebar di berbagai gereja dan sejumlah objek vital lainnya di Jakarta.

Sukacita perayaan Natal tidak hanya dirasakan warga yang merayakannya. Para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang memanfaatkan ramainya umat kristiani melakukan misa Natal juga turut meraup keuntungan.

Para PKL di sekitar Gereja Katolik Santo Yohanes Penginjil di kawasan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan misalnya. Mereka berharap bisa meraup untung lebih dari Hari Natal ini. (Nfs/Ans)