Liputan6.com, Surabaya - Trauma dan rasa khawatir menyelimuti seluruh keluarga penumpang Pesawat AirAsia QZ8501 di posko Crisis Centre, Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur. Betapa tidak, anggota keluarga yang mereka harap bakal selamat sampai Singapura malah hilang kabar beritanya.
Guna menenangkan keluarga penumpang, Bandara Juanda merekrut sejumlah psikolog. Salah satu yang didatangkan ke posko crisis center Bandara Juanda yakni relawan Himpunan Psikolog (Himpsi) Jawa Timur.
Para psikolog itu bertugas memberikan pendampingan psikis bagi keluarga penumpang AirAsia QZ8501.
Weni, salah satu psikolog di lokasi mengatakan, relawan yang bertugas di crisis center merupakan psikolog dari berbagai universitas di Jawa Timur.
Berbagai treatment diberikan para psikolog. Mulai dari curhat sampai memberikan motivasi kepada keluarga penumpang.
"Kami sengaja ditugaskan merangkul para keluarga yang merasa syok akibat peristiwa ini. Banyak keluarga yang nggak kuat sama situasi yang mereka alami. Di situ kita beri motivasi ke mereka," ucap Weni, Senin (29/11/2014).
Pesawat AirAsia jenis Airbus A320-200 dinyatakan hilang kontak pada pukul 06.17 WIB, setelah tinggal landas dari Bandara Juanda, Surabaya, pukul 05.20 WIB, Minggu 28 Desember 2014. Pesawat seharusnya tiba di tempat tujuan, Bandara Changi Singapura pukul 08.30 WIB.
Berdasarkan manifest pesawat, jumlah penumpang 155 orang. Pesawat ini dipiloti 2 orang, membawa 4 awak kabin dan 1 teknisi. Mayoritas penumpang merupakan warga negara Indonesia, sisanya 3 warga negara Korea Selatan, 1 WN Malaysia, 1 WN Singapura, dan 1 WN Prancis. (Sun/Mut)
Psikolog Bantu Keluarga Penumpang AirAsia QZ8501 Redam Trauma
Banyak keluarga penumpang yang tidak kuat menghadapi peristiwa hilangnya pesawat AirAsia QZ8501.
Advertisement