Sukses

Komisi V DPR RI Bakal Panggil Pihak AirAsia

DPRakan meminta penjelasan soal penerbangan terhadap pihak AirAsia yang cukup diakui di industri penerbangan internasional.

Liputan6.com, Jakarta - Komisi V DPR RI berencana memanggil pengelola maskapai penerbangan AirAsia terkait hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura pada Minggu 28 Desember kemarin. Namun, pemanggilan baru akan dilakukan apabila ditemukan adanya human error sebagai penyebab insiden tersebut.

"Jika ada human error terhadap hilangnya @AirAsia #QZ8501 maka DPR akan panggil @AirAsia untuk klarifikasi," kata Ketua Komisi V Fary Djemi Francis melalui akun twitter DPR-RI @DPR_RI, Jakarta, Senin (29/12/2014).

Parlemen, menurut Fary, akan meminta penjelasan soal penerbangan terhadap pihak AirAsia yang cukup diakui di industri penerbangan internasional. Apalagi selama ini rekam jejak penerbangan AirAsia dinilai cukup baik.

Komisi V DPR juga meminta kepada pemerintah terus memperbarui informasi tentang pencarian pesawat AirAsia berpenumpang 155 orang itu. Politisi Gerindra itu juga berharap pesawat AirAsia yang hilang kontak tersebut segera ditemukan dan seluruh penumpang serta awaknya selamat.

"Kita berharap hilangnya pesawat @AirAsia #QZ8501 tidak terdapat korban jiwa," tandas dia.

Sementara, Wakil Ketua Komisi V DPR Yudi Widiana, menegaskan pihak maskapai seharusnya lebih mementingkan faktor keselamatan dan keamanan dalam penerbangan. Jika memang cuaca tidak mendukung, seharusnya penerbangan ditunda.

"Kalau seandainya cuaca tidak memungkinkan untuk lakukan penerbangan, pilot itu bisa menunda penerbangannya. #QZ8501," kata dia.

Pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura dikabarkan hilang kontak sekitar pukul 06.17 WIB. Pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 itu berangkat dari Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur pukul 05.20 WIB, dan seharusnya tiba di Bandara Changi, Singapura pukul 08.30 waktu setempat.

Saat ini baik Basarnas, TNI AL dan AU, dan seluruh armada lainnya diturunkan untuk mencari pesawat AirAsia yang diduga hilang kontak saat melewati Laut Jawa, antara Belitung Timur dan Kalimantan. (Mut)