Sukses

Kisah Jatuhnya Pesawat Adam Air di Perairan Majene pada 2007

Seperti AirAsia QZ8501, pesawat Adam Air juga tinggal landas dari Bandara Juanda Surabaya, Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Menghilangnya AirAsia QZ8501 membawa kembali kenangan kita pada kisah tragis kecelakaan yang dialami pesawat Adam Air DHI 574 pada 1 Januari 2007 silam.

Seperti AirAsia QZ8501, pesawat Boeing 737-400 bernomor registrasi PK-KKW itu juga tinggal landas dari Bandara Juanda Surabaya, Jawa Timur. Namun kemudian hilang begitu saja tanpa ada jejak.

Kala itu, pesawat Adam Air berangkat pukul 12.55 WIB, Senin 1 Januari 2007. Semestinya pesawat tiba di Bandara Sam Ratulangi, Sulawesi Utara, pukul 16.14 Wita.

Namun pada pukul 14.53 Wita, kabar mengejutkan datang. Pesawat disebut putus kontak dengan pengatur lalu-lintas udara (ATC) Bandara Hasanuddin, Makassar. Pada kontak terakhir, posisi pesawat berada pada jarak 85 mil laut barat laut Kota Makassar dengan ketinggian 35 ribu kaki.

8 Bulan kemudian titik terang muncul. Pesawat diduga jatuh di Perairan Majene, Sulawesi Barat. Dugaan ini berdasarkan penemuan kotak hitam di Perairan Majene pada 27 Agustus 2007.

Berdasarkan rekaman kotak hitam yang ditemukan di perairan Majene, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyimpulkan, Adam Air jatuh ke laut menabrak permukaan air laut lalu terbelah dua. Kecelakaan itu disebabkan oleh cuaca buruk dan kerusakan alat navigasi.

Menteri Kordinator Bidang Maritim Indroyono Soesilo menyatakan, pencarian pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang di perairan saat terbang dari Surabaya menuju Singapura tak sesulit mencari Adam Air.

Indroyono mengatakan, perairan yang diduga tempat jatuhnya AirAsia antara Belitung dan Kalimantan tidak seperti perairan tempat jatuhnya Adam Air yang banyak terdapat palung, sehingga menyulitkan pencarian.

"Ini tidak terlalu susah, tidak seperti Adam Air karena palung. Ini (perairan tempat jatuhnya AirAsia) disapu (pakai sonar) saja gampang kok," kata Indoroyono di Kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, Senin 29 Desember 2014. (Ndy/Sss)