Liputan6.com, Pangkalan Bun - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri menemui kesulitan dalam proses identifikasi jenazah penumpang pesawat AirAsia QZ8501. Saat ini sudah 30 jenazah penumpang yang ditemukan dan dievakuasi telah diidentifikasi awal oleh DVI di RSUD Imanuddin Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Pencarian dan evakuasi memasuki hari ke-7. DVI Polri pun berpacu dengan waktu terhadap proses pembusukan jenazah penumpang. Mengingat, proses pembusukan jenazah akan menyulitkan pengidentifikasian jenazah.
"Kesulitan itu bertahap. Kita berlomba dengan waktu mengikuti proses pembusukan," ujar Direktur Eksekutif DVI Polri Komisaris Besar Jenderal Pol Anton Castelani di Posko Utama Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Sabtu (3/1/2015).
Kata Anton, DVI akan lebih mudah melakukan identifikasi jika mendapatkan jenazah yang masih belum terjadi proses pembusukan. Pihaknya juga tentu lebih mudah mengidentifikasi jenazah jika mendapatkan data antemortem yang cukup yang diberikan oleh pihak keluarga korban, seperti data atau informasi berupa sampel DNA, data gigi geligi, dan data sidik jari.
Anton mengatakan, DVI juga menggunakan alat khusus untuk mempercepat pengidentifikasian pada sidik jari. Alat itu terintegrasi dengan database e-KTP, sehingga dengan mudah mendapatkan informasi identitas jenazah yang bersangkutan.
"Dengan hanya menempelkan jempol ke alat itu sudah langsung ke luar identitas dari yang bersangkutan, di mana kita bisa akses melalui database di e-KTP," ucap Anton.
Anton menyatakan tidak ingin menjelaskan secara detail proses pembusukan yang sudah terjadi pada jenazah‎ yang teridentifikasi awal oleh DVI. Namun yang pasti, proses pembusukan dimulai dari organ-organ dalam.
"Kemudian setelah itu ada jaringan lunak lain, di mana pembusukan akan mengubah kontur maupun konsistensi dari jaringan itu sendiri," ucap Anton.
Memasuki hari ke-7 pencarian dan evakuasi Pesawat AirAsia QZ8501 ini, total sudah 30 jenazah penumpang yang ditemukan dan dievakuasi Tim SAR Gabungan. Semua jenazah yang sudah ditemukan dan dievakuasi itu kini sudah berada di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur untuk proses identifikasi mendalam oleh tim DVI Polri.
Pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura hilang kontak dari Air Traffic Controller (ATC) Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu 28 Desember 2014 sekitar pukul 06.17 WIB. Pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 itu take off dari Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur pukul 05.20 WIB, dan seharusnya tiba di Bandara Changi, Singapura pukul 08.30 waktu setempat.
Pesawat jenis Airbus A320-200 dengan register PK-AXC itu dipiloti Kapten Iriyanto dan kopilot Kapten Remi Emmanuel Plesel, serta 4 awak kabin, yakni Wanti Setiawati, Khairunisa Haidar Fauzi, Oscar Desano, Wismoyo Ari Prambudi, dan 1 teknisi bernama Saiful Rakhmad.
Pesawat itu berpenumpang 155 orang, terdiri atas 138 penumpang dewasa, 16 penumpang anak-anak, dan ‎1 bayi. Penumpang didominasi dari warga negara Indonesia, 1 WN Singapura, 1 WN Inggris, 1 WN Malaysia, dan 3 WN Korea Selatan. (Ali/Sss)
DVI Berpacu dengan Waktu Identifikasi Jenazah AirAsia QZ8501
DVI akan lebih mudah melakukan identifikasi jika mendapatkan jenazah yang belum terjadi proses pembusukan.
Advertisement