Liputan6.com, Laut Jawa - Tim pencari korban dan puing Pesawat AirAsia QZ8501 tak melulu kaum adam. Di tim pencari yang diterjunkan TNI AL, beberapa anggotanya merupakan perempuan. Terhitung ada 3 prajurit wanita atau Korp Wanita TNI AL (Kowal) yang turut serta dalam misi pencarian di KRI Banda Aceh.
KRI Banda Aceh memang didesain khusus untuk para perwira militer atau pejabat negara yang ingin turut berlayar. Karena itu, Kowal hanya ditugaskan di kapal ini. Keseluruhan ada 6 Kowal yang ditugaskan di KRI Banda Aceh, namun pada misi pencarian AirAsia QZ8501 hanya 3 yang diterjunkan.
Ketiganya adalah Serda Bek/W Tri Kusmawardhani (Tri), Serda TTU/W Azmiatul Hasanah (Azmi), dan Serda Bek/W 118732 Riska Auli Hardi (Riska). Tugas ketiganya berbeda. Ada yang bertugas di bagian administrasi, ada juga di logistik. Namun tidak jarang mereka diperbantukan untuk departemen lain, jika tugas yang diemban sudah selesai.
Seperti Serda Bek/W Tri Kusmawardhani. Wanita berkulit putih ini bertugas di Departemen IV yang mengurusi logistik, perbekalan, protokoler hingga masalah dapur atau pentri.
"Sesuai korp bidang kita di Departemen IV di KRI Banda Aceh, saya ditempatkan di bagian logistik, perbekalan, dapur, pentri," ujar Tri saat berbincang dengan Liputan6.com di KRI Banda Aceh, perairan Laut Jawa, Senin (5/1/2015).
>>Batalkan Liburan>>
Batalkan Liburan Demi AirAsia QZ8501
Batalkan Liburan Demi AirAsia QZ8501
Serda Bek/W Tri Kusmawardhani mengaku sangat bersyukur dan menikmati bertugas dalam misi pencarian AirAsia QZ8501. Sebab, tugas kemanusiaan ini menjadi pengalaman pertamanya sejak masuk militer 2 tahun lalu.
"Senang di sini. Ini pengalaman pertama ikut SAR, saya senang bisa ikut menolong buat kemanusiaan. Ini pengalaman baru, pengalaman itu guru terbaik kan?" ungkap Tri tersenyum.
Sebelum mendapat tugas pencarian ini, Tri jauh-jauh hari berniat liburan akhir tahun. Namun demi tugas kemanusiaan ini, ia merelakan niatnya itu tidak terwujud. "Tadinya mau ada acara, tapi sudah tugas, nikmati saja. Happy saja."
Bagi wanita kelahiran Pasuruan 6 Maret 1993 ini, bertugas di laut yang sudah berjalan selama sepekan, tak jauh beda saat bertugas di darat. Bedanya tidak dapat bertemu keluarga langsung.
"Tapi di sini sangat kekeluargaan. Lingkungan kebanyakan laki-laki, tapi mereka sudah seperti kakak, saudara yang selalu mengayomi. Kalau ada apa-apa mereka selalu membantu. Benar-benar sudah seperti saudara meski di lingkungan kerja," ujar Tri antusias.
Perasaan senang juga dirasakan Serda TTU/W Azmiatul Hasanah yang bertugas di Departemen IV KRI Banda Aceh, khusus bagian adminsitrasi.
Wanita kelahiran Jambi 13 Desember 1993 ini menganggap, tugas berlayar mencari AirAsia bersama KRI Banda Aceh sebagai sebuah petualangan. Sebab, wanita sedikit tomboi ini sangat menyukai petualangan.
"Ini tuh kayak petualangan, seru. Jadi nggak ada beban," ujar wanita yang juga berambut cepak ini.
Serda Bek/W 118732 Riska Auli Hardi yang bertugas di departemen yang sama dengan Tri mengungkapkan, momen liburan tahun baru bersama sang pacar gagal, demi tugas kemanusiaan mencari AirAsia QZ8501. Namun dia tidak mengeluh dan tetap menjalani tugasnya dengan tulus.
"Ninggalin pacar, keluarga, nggak apa-apa demi tugas ini. Tapi saya seneng dapat banyak pengalaman dan wawasan," ujar wanita kelahiran Bogor 15 Oktober 1993 itu.
Advertisement
Belajar Menakhodai Kapal
Belajar Menakhodai Kapal
Selama berlayar bersama KRI Banda Aceh dalam pencarian AirAsia QZ8501, ketiga prajurit wanita AL itu mendapat pengalaman penting yakni menahkodai kapal.
"Selama pelayaran kita juga ada tugas tambahan. Misalnya di atas anjungan belajar menahkodai kapal, protokoler, macam-macam multytalent," ucap Serda Bek/W Tri Kusmawardhani.
Hal yang sama diungkapkan Serda TTU/W Azmiatul Hasanah, "kalau berlayar ikut bantu jaga, belajar juru mudi, nge-plot atau menentukan posisi kapal. Kadang bantu di dapur, apa saja sih."
Menjadi anggota militer, menurut Azmi merupakan pilihan hidup. Padahal secara garis keturunan, hampir sebagian besar keluarganya anggota Polri. "Aku lebih tertarik tentara, nggak tahu kenapa. Padahal keluarga saya banyak yang jadi polisi," pungkas Azmi.
Kekhawatiran orangtua dan keluarga pun sudah tidak diragukan lagi. Namun menurut Tri, ini sudah menjadi pilihan hidup yang harus dijalani dengan sepenuh hati.
"Orangtua was-was pasti ada. Yang penting kita tetap minta doa restu orangtua saat mau bertugas. Insya Allah akan selamat selama bertugas, kerena ini sudah pilihan, panggilan jiwa saya masuk militer," pungkas Tri.
Berhari-hari di tengah laut, tentu ada kejenuhan bagi 3 Kowal tersebut. Namun Tri mengaku punya trik jitu untuk mengusir rasa jenuh. "Misalnya melakukan aktifitas olah raga. Olah raga kan selain meningkatkan stamina juga bisa menghilangkan stres, atau mendengarkan musik," ujar dia.
>>Kemampuan Ekstra>>
Kemampuan Ekstra
Kemampuan Ekstra
Selain kemampuan berlayar dan bidangnya masing-masing, setiap Kowal juga memiliki keahlian lain. Seperti Tri, dia memiliki kemampuan menyelam. Kemampuan ini hampir diasah setiap kali ada waktu luang di luar tugasnya.
"Setiap hari juga bisa, tergantung kemauan saya. Sudah setahun ini saya belajar menyelam," ujar Tri.
Begitu juga dengan Azmi dan Rizka, kedua anggota Kowal ini juga memiliki keahlian terjun payung. Sejak setahun masuk menjadi anggota Kowil, keduanya langsung mendapat pelatihan terjun payung selama 2 bulan.
"Pas kita latihan di ketinggian 10 ribu feet dibantu instruktur. Tapi kalau terjun solo ketinggian 5 ribu feet," jelas Azmi.
Di hari ulang tahun Kowal ke-52 ini mereka berharap Kowal semakin jaya dan berkiprah di Tanah Air. (Sun/Mut)
Advertisement