Sukses

Misteri AirAsia QZ8501: 06.18 WIB...

Pada pukul 06.18 WIB, AirAsia QZ8501 hilang dari radar. Tanpa sempat melepas sinyal bahaya (distress call). Apa yang terjadi?

Liputan6.com, Jakarta - “AirAsia hilang…AirAsia hilang!”

Minggu pagi 28 Desember 2014 situs mikroblog Twitter diwarnai kabar soal hilangnya pesawat AirAsia QZ8501. Itu jelas mengagetkan, sebab, sebelumnya tak pernah ada kecelakaan fatal yang melibatkan maskapai penerbangan murah asal Malaysia itu.

Chiara Natasya Tanus tak tahu hiruk pikuk di jagat maya. Sendirian ia menanti keluarganya di Terminal 1 Bandara Changi, Singapura. Ayah, ibu, dan 2 saudara lelakinya dalam perjalanan untuk menengoknya.

“Seharusnya ini menjadi saat terbaik untuk berkumpul bersama keluarga. Kami berencana berlibur bersama,” kata siswi sebuah SMU di Singapura itu seperti dimuat situs The Star. Saat itu, ia tak sabar menunjukkan kamar asramanya pada keluarganya.

Namun, pesawat yang seharusnya mendarat pukul 08.30 waktu setempat tak pernah tiba... Chiara yang berusia 15 tahun, kini sebatang kara. Gadis kalem itu berduka dalam diam.

(Foto kenangan Chiara Natasya Tanus bersama keluarganya)

AirAsia QZ8501 dinyatakan DETRESFA atau resmi dinyatakan hilang pukul 07.55 WIB.

Sebelumnya, di Bandara Juanda, Sidoarjo, 10 orang berkerumun di depan konter check in AirAsia. Mereka kesal bukan main saat petugas menginformasikan, pesawat yang  seharusnya membawa mereka ke Singapura sudah terbang 2 jam sebelumnya.

AirAsia QZ8501 yang awalnya dijadwalkan terbang pukul 07.30 WIB, take off pada pukul 05.20 WIB. Pihak maskapai sudah memberitahukan perubahan jadwal itu, lewat email, dan telepon pada 15 dan 26 Desember. Semua luput dari perhatian.

“Saat itu jelas kami marah-marah,” kata Christianawati. Keluarga perempuan asal Surabaya itu, juga keluarga kakak lelakinya berencana merayakan tahun baru di Negeri Singa. Persiapan pun telah dilakukan, tapi apa daya mereka terpaksa balik kanan.

Tak ada yang menyangka, kemalangan itu bakal mereka syukuri. “Mungkin adalah rencana Tuhan, saya dan keluarga tak ikut terbang,”kata Christianawati.

Video: Batal Naik AirAsia, Satu Keluarga Selamat

Mengapa AirAsia yang dipiloti Kapten Iriyanto terbang 2 jam lebih awal?  Mary Schiavo, analis penerbangan sekaligus mantan inspektur jenderal United States Department of Transportation (DOT) mengatakan, kejadian pesawat yang mengudara sebelum waktu yang dijadwalkan tak pernah terjadi di Amerika Serikat.

Schiavo menambahkan, bukan berarti hal serupa tidak lazim di negara-negara lain.  Namun, “pertanyaannya, mengapa?” kata dia, seperti dikutip dari CNN.

Lantas apa yang membuat AirAsia memajukan jadwalnya? Padahal, ada 6 pesawat lain yang terbang di rute yang sama kala itu.

Saat dikonfirmasi terkait itu, Presiden Direktur AirAsia Indonesia, Sunu Widyatmoko menolak berkomentar. “Saya nggak mau komentar soal kejadian, soal penyelidikan,” kata dia. “Manajemen menyerahkan semuanya ke KNKT. Saat ini kami fokus ke evakuasi.”

Belakangan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa AirAsia baru mengambil bahan informasi cuaca pada jam 07.00 WIB. “Sesudah terjadi lost contact QZ8501 dan bukan sebelum take off,” demikian isi surat Kepala BMKG Andi E Sakya kepada Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang bersifat penting dan terbatas.

Pak Menhub pun langsung melakukan inspensi mendadak. Terutama ke kantor AirAsia di Cengkareng, Tangerang. Di sana, kabarnya ia marah besar. Gara-gara salah satu petinggi AirAsia  menganggap briefing pilot sebelum penerbangan sebagai cara tradisional. Kuno alias jadul.

Namun, tak semua senang dengan tindakan Pak Menteri.  Misalnya yang diungkap seorang pilot, Fadjar Nugroho lewat surat terbuka – yang dibalas dengan cara serupa oleh pihak Kementerian Perhubungan.

“Yang dipersoalkan Menhub adalah apakah ada briefing langsung dari Flight Operation Officer (FOO) atau Flight Dispatcher kepada pilot tentang informasi cuaca,” demikian isi surat terbuka dari Kementerian Perhubungan yang ditulis Staf Khusus Menteri Perhubungan, Hadi M Djuraid. “Tidak benar bahwa Menhub Ignasius Jonan marah karena laporan cuaca tidak diambil di briefing office tapi malah mengambil dari internet.”

Dia menambahkan, pada hari yang sama Menhub juga mengunjungi FLOPS Garuda Indonesia, Lion, Sriwijaya, dan Citilink. Di maskapai-maskapai tersebut briefing FOO-Pilot secara langsung dilakukan.

Jika masalahnya jumlah FOO terbatas dan tidak mungkin melayani seluruh penerbangan, bisa kelelahan, dan sebagainya, menjadi kewajiban maskapai untuk menambah jumlah FOO.

“Mahal? Benar. Keselamatan memang bukan barang murahan. Jika terjadi kecelakaan, biaya yang harus dikeluarkan akan jauh lebih mahal karena nyawa manusia tidak ternilai harganya,” lanjut Hadi. Lebih baik tidak pernah berangkat dari pada tidak pernah sampai ke tujuan.

Kemenhub pun mengeluarkan kebijakan baru, mewajibkan semua pilot untuk melakukan briefing dengan flight operation officer (FOO) terkait perkembangan cuaca. Briefing ini dilakukan secara langsung di bandara sebelum melakukan penerbangan.

Video: Pro-Kontra Kebijakan Briefing Pilot dengan FOO Sebelum Terbang

2 dari 4 halaman

Dibekukan

Dibekukan

Tak hanya mempermasalahkan briefing soal cuaca, Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara membekukan sementara izin rute penerbangan Indonesia AirAsia Surabaya-Singapura PP terhitung mulai 2 Januari 2015. Hingga penyelidikan dari hulu selesai dilakukan.

Menurut Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, J.A Barata, pembekuan izin rute itu dilakukan karena Indonesia AirAsia telah melakukan pelanggaran persetujuan rute yang diberikan.

Pada Surat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Nomor AU.008/30/6/DRJU.DAU-2014 tanggal 24 Oktober 2014 perihal Izin Penerbangan Luar Negeri Periode Winter 2014/2015, rute Surabaya Singap,ura PP yang diberikan kepada Indonesia Air Asia adalah sesuai dengan jadwal penerbangan pada Senin, Selasa, Kamis dan Sabtu.

Namun pada pelaksanaannya penerbangan PT Indonesia Air Asia rute Surabaya-Singapura PP dilaksanakan di luar izin yang diberikan, yaitu pada hari Minggu. Pihak Indonesia Air Asia tidak mengajukan permohonan perubahan hari operasi kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. “Hal ini merupakan pelanggaran atas persetujuan rute yang telah diberikan,” kata Barata.

(Foto: Penerbangan AirAsia Surabaya-Singapura dibekukan, penumpang ubah jadwal)

Sebaliknya, Otoritas Penerbangan Sipil Singapura atau Civil Aviation Authority of Singapore (CAAS) yang menegaskan penerbangan AirAsia QZ8501 dengan rute Surabaya-Singapura pada Minggu 28 Desember 2014 adalah legal. Hal itu dijelaskan CAAS dalam situs resminya www.caas.gov.sg.

Meski penerbangan AirAsia Surabaya-Singapura sama-sama beroperasi 4 hari dalam sepekan menurut Kementerian Perhubungan Indonesia maupun CAAS, namun kedua otoritas menyebut hari yang berbeda.

CAAS menyebutkan penerbangan AirAsia rute Surabaya-Singapura berlaku setiap Senin, Rabu, Jumat dan Minggu. Sementara Kemenhub menyatakan rute itu tersedia pada setiap Senin, Selasa, Kamis dan Sabtu.

Versi mana yang benar? Belum ada kejelasan.

Plt Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Djoko Murjatmodjo mengatakan, berdasarkan hasil investigasi, memang ditemukan terdapat perbedaan penggunaan data untuk izin terbang.

“Dari investigasi awal yang kami lakukan dengan seluruh unit terkait. Ternyata ada penggunaan data yang berbeda antara  Direktorat Jenderal (Ditjen)  Perhubungan Udara dengan unit di bandar udara yang memberikan clearance untuk diizinkan terbang," kata dia di Jakarta, Senin (5/12/2014).

Ditjen Perhubungan Udara menggunakan data berupa surat izin penerbangan. Sementara, pengelola bandara menggunakan data slot yang diterbitkan Indonesia Slot Committe (IDSC).

Dari izin penerbangan yang dikeluarkan oleh kementerian kepada pihak AirAsia untuk periode 2014 hingga 2015, perusahaan tersebut mendapat jadwal terbang Senin, Selasa, Kamis dan Sabtu.

Sementara dari  IDSC menyebutkan bahwa AirAsia memiliki slot terbang selama tujuh hari. Untuk mengubah izin penerbangan, AirAsia harus melaporkan ke Ditjen Perhubungan namun tak kunjung dilakukan. AirAsia tetap melakukan penerbangan pada Senin, Rabu, Jumat dan Minggu.

Djoko mengatakan, atas kejadian tersebut Kemenhub akan menindak tegas pihak-pihak yang terkait.

“Tahap awal ini Bapak Menteri memberi instruksi Airnav dan Angkasa Pura I (API) mengambil langkah awal memindahkan teman-teman operasional di lapangan terkait dengan kejadian ini, dan sesuai arahan pimpinan jika Kemenhub ada yang salah juga akan tindak Airnav dan API pada anggotanya,” tandas dia.

3 dari 4 halaman

Misteri, 06.18 WIB,…

Misteri, 06.18 WIB,…

Dunia terkejut saat mendengar kabar Airasia QZ 8501 hilang kontak dalam penerbangan rute Surabaya-Singapura. Kata yang sama terlontar dari bibir banyak orang, “Lagi…?”

Dalam setahun 3 pesawat milik maskapai negeri jiran mengalami celaka.  Total, 699 nyawa melayang. Tak heran jika Menteri Pertahanan Malaysia, Hishammuddin Hussein, yang menjadi figur terkemuka terkait kecelakaan MH370 merasa terguncang. “Tak bisa dipercaya,” tweet dia pasca-menerima kabar AirAsia yang nahas di Selat Karimata.

Pada 8 Maret 2014, pesawat Malaysia Airlines hilang dalam penerbangannya dari Kuala Lumpur, Malaysia menuju Beijing, China. Boeing 777-200 itu dan 239 orang di dalamnya raib tanpa meninggalkan jejak. Menjadi misteri terbesar dalam dunia penerbangan.

Sementara, pada 17 Juli 2014, pesawat Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh di langit Ukraina timur yang bergejolak. Sampai saat ini belum jelas siapa yang bertanggung jawab atas tewasnya 298 penumpang dan awak kabin di dalamnya.

Sama seperti MH370, AirAsia QZ8501 lenyap dari radar tanpa sempat memancarkan sinyal bahaya.

Sejumlah ahli penerbangan, juga Perdana Menteri Tony Abbott menepis unsur misteri dalam kecelakaan AirAsia QZ8501. “Saya pikir adalah kesalahan besar menyamakannya dengan MH370,” kata dia.

Faktor cuaca buruk diduga menjadi  penyebab kecelakaan AirAsia. Seperti yang menimpa Air France Penerbangan 447 yang  celaka di Lautan Atlantik pada 1 Juni 2009.

Petunjuknya ada pada komunikasi terakhir pilot yang dilakukan pada pukul 06.12 WIB. Pesawat memberitahu akan menghindari awan ke arah kiri dari M-635 dan meminta naik ke ketinggian 38.000 kaki (FL 380).

Dua menit kemudian, ATC Jakarta menyatakan kembali agar pilot standby di level saat itu karena terdapat pesawat Garuda GA 500 RTE Jakarta-Pontianak di ketinggian 35 ribu kaki yang akan segera memotong jalur M 635 pada level tersebut. Namun pilot tidak merespons, tidak ada konfirmasi

Untuk sesaat, pesawat masih terlihat di layar radar. Pada pukul 06.18 WIB, target hilang dari radar. Tanpa sempat melepas sinyal bahaya (distress call), tanpa seruan ‘Mayday’.

Berdasarkan pantauan satelit BMKG pukul 05.00 - 07.00 WIB wilayah perairan Selat Karimata didominasi awan cumulonimbus yang berbahaya untuk penerbangan. Cumulonimbus (Cb) adalah awan yang sangat tebal mencapai 5-10 kilometer. Mirip bunga kol besar berwarna abu-abu yang menggantung di langit

Pengamat penerbangan Arista Atmadjati mengatakan, awan cumulonimbus (kumulonimbus) harus dihindari pilot.  Sebab, di dalamnya ada listrik, potensi petir, dan ada potensi partikel es. “Kalau dia kena petir masuk situ, itu bahayanya, petir bisa mengakibatkan radar dan sistem navigasi pesawat itu bisa rusak. Penerbang seperti orang buta jalan, nggak mengerti arah,” kata dia kepada Liputan6.com.

Bahaya kedua, tambah dia, partikel es yang bisa tersedot ke mesin. “Kalau terlalu berlebihan, itu bisa menyebabkan mesin pesawat berhenti total. Sistem anti-icing pesawat memang ada. Tapi kalau berlebihan menyebabkan mesin berhenti dan jatuh.”

Ketiga, potensi listrik di situ ya bisa mengakibatkan navigasi korslet. Padahal, beban listrik yang banyak mempengaruhi kerja sistem navigasi, sistem avionik (peralatan elektronik yang mencakup sistem komunikasi, navigasi dan indikator serta manajemen dari keseluruhan sistem). “Kalau tiga-tiganya kena ke pesawat berbarengan, pesawat sudah selesai. Gagal total. Istilahnya, aerodynamic stall atau kehilangan daya terbang. Pesawat bisa langsung menghujam ke tanah.”

Bisa jadi, kata dia, sistem radar (sistem avionik) mati itu mendadak. Sistem komunikasi radio bisa juga rusak. Semua sistem dalam ruang kemudi pesawat (kokpit) bisa mati semua secara mendadak. “Analisa saya, pilot tidak sempat ngomong 'Mayday' minta bantuan. Karena datangnya mendadak.”

Sementara, menurut pakar penerbangan internasional, Geoffrey Thomas, saat itu pilot diprediksi memperlambat kecepatan pesawat dalam upaya menghindari awan. Karena kecepatan melambat, kapal terbang mengalami aerodynamic stall yang membuatnya jatuh ke bawah.

“Kecepatan pesawat diperkirakan melambat hingga membuatnya terkena aerodynamic stall, seperti yang terjadi pada pesawat Air France AF447 pada 2009,” ujar Thomas, seperti dimuat The Guardian.

Angkatan Udara Amerika Serikat atau United States Air Force (USAF) juga tak menganggap remeh cuaca buruk. Sambaran petir bisa merusak perangkat elektronik seperti peralatan navigasi atau radio dan juga dapat meledakkan tangki bahan bakar. Turbulensi  bisa merobek sayap. Angin yang bergeser tiba-tiba bisa menjatuhkan pesawat.

Buku panduan USAF bahkan menggarisbawati:  “PERINGATAN: Ketika Anda terbang menembus badai, bahaya yang Anda hadapi ekstrem. Anda akan mempertaruhkan pesawat, hidup Anda, dan juga nyawa awak pesawat pada kekuatan alam. Itu harus jadi alternatif terakhir!” demikian ditulis Mayor Jenderal Timothy Peppe dari situs National Weather Association.

AirAsia terbang di wilayah yang dikenal rawan badai selama Bulan Desember dan Januari -- periode paling basah dalam setahun di Indonesia. Turbulensi parah, petir, wind shear (angin yang berubah arah dan kecepatan dalam waktu singkat), juga icing (terbentuknya lapisan es di pesawat) menjadi risiko yang dialami penerbang.

“Rute ini  rawan badai karena kedekatannya dengan khatulistiwa,” kata Cheung Ping, ilmuwan dari Hong Kong Observatory seperti Liputan6.com kutip dari The Australian. "Mereka yang terbang di rute itu pasti tahu."

Saat menghadapi situasi itu, pilot bisa melakukan sejumlah taktik. Misalnya, berusaha untuk terbang di atas atau menjauhi badai. Cara lain adalah memutar pesawat kembali ke titik asal. Namun, pertanyaannya, tak ada permintaan serupa dari maskapai lain yang terbang pada lokasi dan waktu sekitar pilot AirAsia mengajukan permintaan pada ATC.

Sementara, WeatherBug, Badan Pemantau Cuaca Swasta yang bermarkas di Germantown, Maryland, AS mengungkapkan, pihaknya menemukan fakta bahwa di sekitar lokasi AirAsia QZ8501 terbang, tengah terjadi badai dan petir.

“Dalam data kami, tengah terjadi sambaran petir di jalur penerbangan AirAsia QZ8501,” kicau @WeatherBug. “Citra satelit kami menunjukkan ada badai di sana.”

4 dari 4 halaman

Kunci Misteri

Kunci Misteri

Puing dan jasad-jasad yang terapung menjadi petunjuk nasib tragis AirAsia QZ8501. Namun, cuaca buruk dan ganasnya ombak menghalangi temuan pecahan badan pesawat yang terbaring di dasar Laut Jawa, kursi-kursi bengkok tempat para penumpang mungkin tertahan sabuk pengaman, juga kotak hitam yang menjadi kunci jawaban misteri besar:

Mengapa pesawat yang membawa 162 orang itu bisa jatuh dari langit? 

Apa yang sesungguhnya terjadi pada detik-detik akhir sebelum AirAsia QZ8501 celaka?

Apapun penyebab AirAsia QZ8510 celaka, adalah wewenang Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyimpulkannya. Kepala KNKT, Tatang Kurniadi, mengatakan pihaknya telah mengumpulkan sejumlah informasi seperti data penumpang, kargo, data cuaca, maintenance. Namun, kata dia, “Intinya black box (kotak hitam).”

Investigator KNKT FX Nurcahyo Utomo‎ mengatakan, “Kalau kita tidak bisa ditemukan badan pesawat, maka kita harus temukan black box.”

Kotak hitam terdiri dari Flight Data Recorder (FDR) dan  Voice Cockpit Recorder (VCR). FDR merekam ratusan pengukuran teknis seperti temperatur mesin, kecepatan vertikal dan horizontal. Sementara, CVR merekam percakapan antarpilot dan suara apapun yang dari kokpit.

“Dua kotak itu memberitahu banyak sekali data tentang apa yang terjadi,” kata Bob Francis, anggota dewan Flight Safety Foundation seperti Liputan6.com kutip dari LiveScience.

Pihak KNKT akan dibantu tim Airbus untuk menguak penyebab kecelakaan AirAsia QZ8501.  Para penyelidik dari Bureau d'Enquêtes et d'Analyses (BEA) yang menginvestigasi Air France 447 kini juga ada di Indonesia.

Lima tahun lalu, pada 1 Juni 2009, pesawat Air France AF 447 jatuh di Samudera Atlantik dalam perjalanan dari Rio de Janeiro ke Paris.

Seperti pesawat AirAsia QZ 8501, pesawat yang mengangkut 216 penumpang dan 12 awak itu nahas tanpa sempat memberi sinyal mayday. Baru 2 tahun kemudian, kotak hitam ditemukan di Samudera Atlantik.

Berdasarkan analisis, Air France 447 jatuh karena dipicu lapisan es yang menutupi silinder tipis pesawat -- yang  merupakan alat untuk memberitahu pilot dan kopilot seberapa cepat pesawat itu melaju. Akibat tertutup lapisan es, mereka tidak tahu kecepatan pesawat.

Penyebab berikutnya diduga ketidaksiapan penerbang di tengah situasi darurat. Pilot dan kopilot memutuskan untuk melambatkan laju pesawat sehingga pesawat mogok di udara dan meluncur ke bawah. Belakangan beredar rekaman suara terakhir dari kokpit. "F*** we're dead", entah siapa yang berteriak sebelum Air France 447 jatuh dan tenggelam di Atlantik. (Baca juga: Teriakan Terakhir Pilot Saat Air France 447 Celaka: Matilah Kita!)

Terkait benang merah nasib nahas Air France 447 dan AirAsia QZ8501, Deborah Hersman, mantan ketua Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS mengungkapkan, kecelakaan AirFrance 2009 menjadi pelajaran berharga: tentang bahaya otomatisasi penerbangan. Kala itu, penerbang yang panik justru mengambil tindakan yang membuat keadaan menjadi lebih buruk, termasuk mencoba untuk melakukan manuver yang berbeda secara bersamaan dari kedua set kontrol.

“Kami melihat, otomatisasi yang lebih canggih di kokpit memudahkan kerja penerbang, juga menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi penumpang maskapai. Tapi ada kalanya otomatisasi bisa membingungkan,”kata Hersman.

Faktor cuaca buruk, masalah teknis pesawat, maupun dugaan human error...sebelum kotak hitam ditemukan, hindari spekulasi dan menuding siapa salah. Itu yang diharapkan Angela Anggi Ranastianis, putri pilot AirAsia QZ8501 Kapten Iriyanto.

Video: Putri Pilot AirAsia QZ8501 Kecewa Ayahnya Disudutkan

“Beliau hanya menjalankan tugas, jangan menyalahkan papa saya aja. Coba kalau Anda-anda di posisi saya, Anda juga tak akan terima,” kata dia.

Ditambahkan Angela, tak ada pilot yang ingin mencelakakan penumpangnya. “Papa saya juga korban, dan sampai hari ini beliau belum ditemukan. Keluarga saya sedang berduka.”(Ein)

Video Terkini