Sukses

4 Kegiatan Unik di KRI Banda Aceh Saat Misi Pencarian AirAsia

Hampir setiap apel dalam misi pencarian AirAsia, gulungan ombak menghantam kapal. Akibatnya, barisan yang tadinya rapi langsung terurai.

Liputan6.com, Laut Jawa - Pencarian Pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang pada Minggu 28 Desember 2014, melibatkan banyak pesawat dan kapal. Salah satunya kapal perang milik RI, KRI Banda Aceh.  

KRI Banda Aceh adalah salah satu kapal perang milik Indonesia yang berjenis armada pendukung. Kapal buatan PT PAL Indonesia tahun 2011 ini memiliki kemampuan mengangkut pasukan serta kendaraan tempur, termasuk helikopter.

Dalam misi pencarian Pesawat AirAsia QZ8501, KRI Banda Aceh yang dikomandani Letkol Laut Arief Budiman, menjadi markas besar atau pusat komando operasi pencarian pesawat berpenumpang 155 dan 7 awak itu.

Sebagai pusat komando, banyak hal penting sekaligus unik terjadi di atas KRI Banda Aceh sejak diterjunkan dalam misi pencarian pada Senin 29 Desember 2014, hingga saat ini. Berikut ulasannya; 

>>Apel Digoyang Ombak>>

2 dari 4 halaman

Barisan Apel Digoyang Ombak

Barisan Apel Digoyang Ombak

Selama proses pencarian Pesawat AirAsia QZ8501, cuaca buruk terus melanda perairan Laut Jawa dan Selat Karimata, yang merupakan lokasi jatuhnya pesawat nahas itu. Gelombang laut bahkan mencapai ketinggian 4 meter. Hal ini tentu mengganggu aktivitas di atas kapal.

Misalnya saat prajurit TNI AL dan awak media apel pagi. Hampir setiap apel, gulungan ombak menghantam kapal. Akibatnya, barisan yang tadinya rapi langsung terurai. Tapi apel tetap berjalan lancar hingga selesai.

Guncangan ombak juga kerap menggangu saat salat berjamaah. Terutama saat gerakan salat yang membutuhkan keseimbangan, seperti saat ruku dan berdiri.

Begitu juga saat jam makan. Tidak jarang piring atau gelas bergeser di atas meja karena guncangan keras ombak.

>>Menjemur Pakaian>>

3 dari 4 halaman

Menjemur Pakaian

Menjemur Pakaian

Meski berada di atas kapal, aktivitas seperti mencuci pakaian tetap berlangsung. Namun prajurit di KRI Banda Aceh menjemur pakaiannya tidak di bawah terik matahari. Melainkan di dekat mesin kapal. Uap panas mesin ternyata membuat pakaian lekas kering.

Selain itu, bila coba-coba menjemur pakaian di atas anjungan, bisa-bisa pakaian itu disapu kencangnya angin laut. Apalagi jika badai tiba-tiba menerjang.

Mengisi Waktu Luang

Di tengah misi kemanusiaan pencarian AirAsia QZ8501, ada kala ketika anggota Tim SAR menemui titik jenuh atau bosan. Sebab, sejauh mata memandang, kiri kanan, depan belakang, yang ada hanya pemandangan air laut.

Guna menghilangkan rasa jenuh itu, prajurit dan juga awak media menghibur diri dengan bermain game di ponsel masing-masing saat waktu luang.

Permainan atau game memancing paling banyak diminati prajurit TNI AL di atas KRI Banda Aceh. Saat mereka bermain, tak jarang mengundang tawa orang di sekitarnya.

Begaimana tidak, mereka menggerak-gerakan ponselnya layaknya orang memancing. Melempar kail dan menariknya saat umpan di makan ikan. Padahal di depan si pemain tidak ada pancing, apalagi ikan.

>>Tradisi di Kapal>>

4 dari 4 halaman

Tradisi di Kapal

Tradisi di Kapal

Di atas KRI Banda Aceh ada tradisi yang harus diikuti semua orang. Salah satunya, tradisi makan bersama kapten kapal. Sebelum berdoa, harus membunyikan bel yang sudah tersedia di meja. Begitu juga setelah selesai makan, sebelum membaca doa penutup, harus membunyikan bel.

Selain bel, peluit juga menjadi unsur penting di atas kapal. Setiap kegiatan tertentu di KRI Banda Aceh, akan terdengar bunyi peluit. Bunyi peluit merupakan penanda informasi akan atau sebelum dilakukannya sebuah kegiatan.

Misalnya informasi waktu istirahat malam habis, akan terdengar bunyi peluit 3 kali. Disusul bunyi peluit yang menginstruksikan agar prajurit segera menyiapkan diri apel pagi.

Di tengah misi pencarian AirAsia QZ8501, ada juga sesi curhat anggota TNI AL di KRI Banda Aceh. Namun curhatnya tidak seperti curhat yang umumnya dilakukan anak baru gede (ABG), yang melulu soal kehidupan asmara.

Seperti dilakukan Kadepop KRI Banda Aceh 593 Mayor Laut (P) Cahyo Hendro Guritno. Selama berbincang dengan Liputan6.com, ia kerap mencurahkan hatinya soal kemaritiman RI yang kerap membuat dia merasa miris.

Menurut Cahyo, potensi sumber daya kelautan di Ibu Pertiwi ini sangat tinggi. Namun sayangnya tidak dikelola dengan serius oleh pemerintah. "Sedih saya kalau lihat potensi laut, tapi kondisinya begini."

"Bayangin saja, Indonesia terdiri dari wilayah kepulauan lebih dari 17 ribu pulau. Kita dikelilingi perairan, betapa kaya sumber daya laut kita. Tapi sayang tidak dikelola dengan baik. Makanya banyak negara asing mengincar Indonesia," ujar dia.

Kedua, menurut perwira asal Situbuondo ini, TNI AL selain menjaga wilayah terluar NKRI sekaligus berfungsi sebagai diplomat. Maka itu sangat penting TNI, khususnya TNI AL, dibekali kemampuan dan persenjataan memadai. (Sun/Mut)