Liputan6.com, Jakarta - Memasuki 2015, kinerja kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla terus menjadi sorotan. Meski sejumlah menteri Jokowi memperlihatkan gebrakannya, namun beberapa menteri dinilai masih belum benar-benar bekerja.
Seperti diungkapkan pengamat politik Indonesia Institute for Development and Democracy (INDED), Arif Susanto, banyak menteri yang belum bekerja secara strategis sehingga masih belum bisa mencabut akar masalah yang dihadapi bangsa ini.
Arif mencontohkan bagaimana Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang mengatasi pelanggaran izin terbang dengan menaikan tarif. Begitu juga Menteri Desa Marwan Jafar dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang meributkan soal dana Desa.
"Kebanyakan dari menteri hanya mengurusi masalah teknis, masih banyak hal-hal strategis yang belum dijalankan. Sehingga hanya bersifat reaksional namun tak solutif. Memang bekerja, namun bedakan mana yang bekerja keras dan bekerja cerdas," ujar Arif dalam diskusi yang bertajuk Politik 2015 Milik Siapa, di Jakarta, Minggu (11/1/2015).
Sekretaris Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Romo Benny Susetyo menegaskan hal yang sama. Dia mengatakan, banyak menteri yang belum bisa bekerja secara tim. Akibatnya, mereka tidak memiliki pola kerja yang baik bahkan saling akrobatik, hanya menunjukan reaksional yang menciptakan kegaduhan.
Selain itu, banyak yang tidak solutif dengan hanya menginginkan hal baru, tanpa mempertimbangkan hal-hal lama untuk diperbaiki.
"Para menteri banyak yang tidak tahu kerjanya, sehingga banyak yang melakukan akrobat. Semuanya ingin baru tapi belum ada menunjukan hal yang bersinergis dan menunjukan team worknya. Karena itu saya harapkan mereka bisa fokus," tandas Romo Benny. (Sun)
Pengamat: Menteri Jokowi Belum Kerjakan Hal Strategis
Arif mencontohkan bagaimana Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang mengatasi pelanggaran izin terbang dengan menaikan tarif.
Advertisement