Liputan6.com, Yogyakarta - Pengelola Pengendali Ekosistem Hutan Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) menutup jalur pendakian ke Gunung Merapi. Aturan ini berlaku mulai 16 Januari hingga 16 Maret 2015.
Petugas Pengendali Ekosistem Hutan BTNGM Wahid Hadi Wibowo mengatakan, penutupan untuk memulihkan ekosistem di Merapi.
"Sudah lama pendakian dipakai dan kita lihat dampaknya pada 17 Agustus lalu, momen besar suro dan tahun baru kemarin kan pendaki banyak dan berakibat pada ekosistemnya juga," ujar Wahid kepada Liputan6.com di Yogyakarta, Senin (12/1/2015).
Alasan lain, saat ini sudah memasuki musim penghujan dikhawatirkan potensi kecelakaan saat pendakian cukup tinggi. Menurut Wahid, musim hujan bisa memicu letusan freatik.
"Musim hujan risiko terjadinya kecelakaan para pendaki. Imbuan dari BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi) bahwa potensi letusan freatik meningkat saat musim hujan. Di Merapi, saat musim hujan seperti ini takutnya air masuk ke dapur magma sehingga muncul tekanan uap yang besar sehingga melontarkan batuan," ujar Wahid.
Berbagai alasan itulah, kata Wahid, yang menjadi pertimbangan untuk menutup sementara Gunung Merapi. Penutupan jalur pendakian ini merupakan yang pertama dilakukan BTNGM. Di tahun-tahun selanjutnya, pengelola akan melakukan hal yang sama untuk memperbaiki jalur pendakian yang rusak.
"Ini pertama kali, sebenarnya ini kalau di pegunungan Pangrango, Rinjani, sudah rutin dilakukan, jadi kalau di Merapi ini kali pertama," ujar Wahid. (Sun/Mut)
Pertama Kali, Jalur Pendakian ke Gunung Merapi Ditutup Sementara
Penutupan jalur pendakian ke Gunung Merapi untuk memulihkan ekosistem dan juga karena memasuki musim penghujan.
Advertisement